FASILITAS PPN & PPnBM
B. DESKRIPSI MATERI
2. Fasilitas Pajak Terutang Tidak Dipungut
2. Fasilitas Pajak Terutang Tidak Dipungut
a. Sehubungan dengan proyek pemerintah dengan sumber dana dari hibah/bantuan LN, dasar hukum Peraturan
Hal. 54
Nomor 25 Tahun 2001 tentang Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, PPN & PPnBM, dan PPh dalam Rangka Pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana
Pinjaman Luar Negeri, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE ‐ 19/PJ.53/1996.
Fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut untuk proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana pinjaman luar
negeri, pada prinsipnya diberikan untuk :
1) Pemasukan barang/jasa dari luar daerah pabean oleh
kontraktor utama yang meliputi :
a) impor Barang Kena Pajak (BKP),
b) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah
pabean,
c) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar daerah pabean.
2) Penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh
kontraktor utama kepada pemilik proyek.
Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam
daerah pabean yang dilakukan oleh kontraktor utama dari sub
kontraktor atau pihak lain, tetap terutang PPN yang bagi
kontraktor utama merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan, sepanjang Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
tersebut digunakan untuk mengerjakan proyek tersebut.
Dalam hal proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana
pinjaman luar negeri dikerjakan oleh kontraktor utama yang
merupakan Joint Operation (JO), maka berlaku ketentuan‐
ketentuan sebagai berikut :
1) JO dan anggota JO harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dari JO kepada pemilik proyek tidak dipungut PPN, namun
Faktur Pajak tetap harus dibuat oleh JO dengan diberi cap
"PPN dan PPn BM tidak dipungut".
3) Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dari anggota JO kepada JO, terutang PPN dan anggota JO
Hal. 55
PPN dalam Faktur Pajak itu merupakan Pajak Keluaran dan
bagi JO, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
4)Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh
anggota JO tetap terutang PPN yang dapat merupakan Pajak
Masukan bagi anggota JO tersebut.
Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar
"turn key", namun barang‐barang yang tercantum dalam daftar
barang yang akan diimpor (Master List), diimpor oleh dan atas
nama pemilik proyek, maka Dasar Pengenaan Pajak yang
tercantum dalam Faktur Pajak dibuat atas dasar nilai kontrak
dikurangi dengan nilai impor atas barang‐barang yang
Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD‐nya) atas nama
pemilik proyek tersebut.
Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek Pemerintah
yang sebagian dananya dibiayai dari hibah/dana pinjaman luar
negeri dan sebagian lainnya dari APBN/APBD/dana lain selain
hibah/dana pinjaman luar negeri, maka ketentuannya adalah
sebagai berikut :
1) Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai
dari hibah/dana pinjaman luar negeri :
a) Tidak dipungut PPN dan PPn BM,
b)Faktur Pajak tetap dibuat dengan diberi cap "PPN dan
PPn BM tidak dipungut",
c) Surat Setoran Pajak tidak perlu dibuat.
2) Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai
dengan dana dari APBN/APBD/dana lain selain hibah/dana
pinjaman luar negeri :
a) terutang PPN,
b)Faktur Pajak harus dibuat,
c) Surat Setoran Pajak harus dibuat, sesuai dengan
ketentuan‐ketentuan dalam pelaksanaan Keputusan
Presiden Nomor 56 Tahun 1988.
b. Penyerahan BKP di /Ke Kawasan Berikat
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Hal. 56
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) tidak dipungut atas:
2) pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean
ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut;
3) pemasukan kembali barang dan Hasil Produksi Kawasan
Berikat dalam rangka subkontrak dari Kawasan Berikat lain
atau perusahaan industri di tempat lain dalam daerah
pabean ke Kawasan Berikat;
4) pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding)
dalam rangka peminjaman dari Kawasan Berikat lain atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean ke
Kawasan Berikat;
5) pemasukan Hasil Produksi Kawasan Berikat lain, atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean yang
Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi berasal dari
tempat lain dalam daerah pabean, untuk diolah lebih lanjut
oleh Kawasan Berikat;
6) pemasukan hasil produksi yang berasal dari Kawasan
Berikat lain, atau perusahaan di tempat lain dalam daerah
pabean yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil
produksi tersebut berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean, yang semata‐mata akan digabungkan dengan
barang Hasil Produksi Kawasan Berikat untuk
diekspor;atau
7) pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari
tempat lain dalam daerah pabean ke Kawasan Berikat
untuk menjadi satu kesatuan dengan Hasil Produksi
Kawasan Berikat.
c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000
tentang Perlakuan Perjakan di Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET).
Kepada Pengusaha di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya
disebut PDKB, di dalam wilayah KAPET dapat diberikan
Hal. 57
dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut atas:
1) impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
2) impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
3) pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia
Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut;
4)pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya
untuk diolah lebih lanjut;
5) pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam
rangka subkontrak;
6)penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan
subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB
lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
7) peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL
atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
d. Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
580/KMK.04/2003 yang diperbarui dengan PMK Nomor
15/PMK.011/2011 tentang Tata Laksana Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor dan Pengawasannya .
PPN tidak dipungut atas :
1) Terhadap barang dan/atau bahan asal impor untuk diolah,
dirakit, atau dipasang pada barang lain di Perusahaan
dengan tujuan untuk diekspor dapat diberikan Pembebasan
serta PPN dan PPnBM tidak dipungut.
2) Terhadap hasil produksi yang bahan bakunya berasal dari
impor yang diserahkan ke Kawasan Berikat untuk diproses
lebih lanjut dapat diberikan Pembebasan dan/atau
Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut
Cara untuk mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut :
1) Perusahaan wajib memiliki Nomor Induk Perusahaan
Hal. 58
mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap
dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik.
2) Kantor Wilayah melakukan penelitian administratif dan
lapangan terhadap kebenaran data dalam DIPER, dan
hasilnya dituangkan dalam Berita Acara dalam waktu 14 hari
kerja.
3) Persetujuan atau penolakan terhadap permohonan NIPER
diberikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak tanggal Berita Acara.
4)Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut‐
turut terhitung sejak NIPER diterbitkan perusahaan tidak
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM
tidak dipungut, NIPER dicabut.
5) Terhadap perusahaan penerima Pembebasan dan/atau
Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, yang
NIPER‐nya dicabut, BM dan/atau Cukai serta PPN dan
PPnBM yang terutang, bunga serta sanksi wajib dilunasi
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
pencabutan
6)dilakukan oleh perusahaan yang mengimpor barang
dan/atau bahan dan mengekspor hasil produksinya atau
perusahaan yang menyerahkan hasil produksinya ke
Kawasan Berikat untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain;
7) perusahaan mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Kantor Wilayah dengan melampirkan Daftar Keterkaitan
antara barang dan/atau bahan asal impor dengan hasil
produksi yang diekspor atau yang diserahkan ke Kawasan
Berikat atau dijual ke dalam DPIL.
e. Impor BKP Tertentu yang Dibebaskan dari Bea Masuk
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
142/PMK.010/2015 yang mengatur tentang Perlakuan PPN dan PPn
BM atas Impor BKP yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk,
dapat diketahui bahwa Atas impor Barang Kena Pajak yang
dibebaskan dari pungutan Bea Masuk tetap dipungut Pajak
Hal. 59
Penjualan Atas Barang Mewah berdasarkan ketentuan perundang‐
undangan perpajakan yang berlaku, kecuali :
1) barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2) barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia;
3) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, kebudayaan, atau barang untuk kepentingan
penanggulangan bencana alam;
4) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum, serta barang
untuk konservasi alam;
5) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
6) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya;
7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8) barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri
Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri
sekurang‐kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang
tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat
rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
9) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan perundang‐undangan Pabean;
10) barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;
11) perlengkapan militer termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan
Negara;
12) barang impor sementara sesuai ketentuan peraturan
perundang‐undangan mengenai impor sementara;
13) barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi dan
Hal. 60
eksploitasi panas bumi;epanjang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;
b) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau
c) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.
14) barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor
15) barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan, dan pengujian, kemudian diimpor kembali; sepanjang pada saat ekspor Barang Kena Pajak dimaksud
dinyatakan akan diimpor kembali.
16) obat‐obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran
pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;
17) bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan
penjenisan jaringan yang diimpor dengan menggunakan
anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat.
Untuk memperoleh fasilitas tersebut, Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
bersamaan dengan permohonan untuk memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk, dengan dilampiri Rencana Impor Barang
(RIB) yang telah disetujui dan ditandasahkan oleh Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi atau Direktur Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, yang tata caranya mengikuti ketentuan
perundang‐undangan Pabean.
f. Fasilitas PPN Tidak Dipungut untuk JKP dan BKP Alat Angkutan Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 TAHUN 2015 tentang
Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut PPN, Jasa yang tidak dipungut PPN nya meliputi :
1) Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional,
Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Hal. 61
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan kapal;
b)jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa
tambat, dan jasa labuh; dan
c) jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal;
2) jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan pesawat udara; dan
b)jasa perawatan dan reparasi pesawat udara; dan
c) jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum
Sedangkan barang kena pajak berupa alat angkutan tertentu yang
atas impor dan penyerahannya PPN tidak dipungut adalah :
1) alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di
udara, dan kereta api, serta suku cadangnya yang diimpor atau
diserahkan oleh atau kepada Kementerian Pertahanan, Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut;
2) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan
kapal angkutan penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal
pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan suku cadangnya, serta
alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diserahkan atau diimpor untuk digunakan oleh Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan
Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya;
3) pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan
penerbangan dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk
perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya,
serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara
yang diperoleh atau diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
Hal. 62
dalam rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat
udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional; dan
4) kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan
dan pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diserahkan
atau diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, dan komponen
atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan
Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau
Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang,
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana
perkeretaapian yang akan digunakan oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan
Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum