SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG
B. DESKRIPSI MATERI 1. Saat Terutang Pajak
3. Pemusatan Tempat Pajak Terutang
3. Pemusatan Tempat Pajak Terutang
Berdasar pasal 12 UU PPN kemudian diatur lebih jauh dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER‐19/PJ/2010 tentang
Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat PPN Terutang,
menerangkan bahwa tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai
Terutang adalah tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat
kegiatan usaha yang dipilih sebagai tempat pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai terutang. Pengusaha Kena Pajak yang memiliki
Hal. 84
1 (satu) tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai Terutang.
Tata Cara Pemusatan Pajak Terutang :
a. PKP harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat‐tempat
Pajak Pertambahan Nilai terutang yang akan dipusatkan.
b. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) harus memenuhi persyaratan :
1) memuat nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang;
2) memuat nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
akan dipusatkan; dan
3) dilampiri surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.
c. Kepala Kantor Wilayah atas nama Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu paling lama 14 hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan menerbitkan :
1) SK DJP tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN Terutang,
2) Surat Pemberitahuan Penolakan Pemusatan Tempat PPN
Terutang,
d. Persetujuan Pemusatan Tempat PPN Terutang mulai berlaku untuk
masa pajak berikutnya setelah tanggal Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tersebut diterbitkan berlaku untuk 5 tahun.
e. PKP dapat memilih tempat PPN terutang yang lain sebagai Tempat
Pemusatan PPN Terutang yang baru dan wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah
setelah jangka waktu 2 tahun sejak masa pajak dimulainya
pemusatan PPN terutang, tidak berlaku apabila Tempat Pemusatan
PPN Terutang secara permanen tidak lagi melakukan aktivitas
usaha.
Pencabutan Tempat Pajak Terutang :
a. PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang
pencabutan pemusatan tempat PPN terutang kepada Kepala Kantor
Hal. 85
b. Pemberitahuan secara tertulis harus disampaikan selambat‐
lambatnya 2 bulan sebelum masa pajak dimana PKP tidak lagi
menginginkan tempat‐tempat PPN terutang dipusatkan,
c. Kepala Kantor Wilayah atas nama Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan secara tertulis, menerbitkan SK DJP tentang
Pencabutan Pemusatan Tempat PPN Terutang.
Tata Cara Memperpanjang Tempat Pemusatan Pajak Terutang:
a. PKP dapat memperpanjang atau tidak memperpanjang jangka
waktu pemusatan tempat PPN terutang dan harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah
selambat‐lambatnya 2 bulan sebelum batas waktu persetujuan
pemusatan PPN terutang berakhir, jika tidak dianggap tidak
memperpanjang jangka waktu pemusatan PPN terutang
b. Kepala Kantor Wilayah atas nama DJP dalam jangka waktu paling
lama 14 hari sejak diterimanya pemberitahuan menerbitkan SK DJP
tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN Terutang yang baru
berlaku untuk masa pajak berikutnya
c. PKP dapat menyampaikan kembali pemberitahuan pemusatan
tempat PPN terutang dalam jangka waktu setelah 2 tahun sejak SK
DJP tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN Terutang
berakhir.
C. LATIHAN
1. Jelaskan saat pajak terutang untuk penyerahan Barang Kena Pajak!
2. Apa yang dimaksud dengan pemusatan pajak terutang? Dan
bagaimana syarat untuk mendapatkannya?
3. Apa perbedaan perlakuan pajak untuk PKP yang melakukan
pemusatan pajak terutang dan tidak melakukan pemusatan pajak
terutang?
4. Jelasskan pengusaha kena pajak terutang pajak di mana saja atas
penyerahan BKP danJKP dan ekspor BKP dan/ JKPnya?
D. TUGAS PETUNJUK :
Hal. 86
• Tugas diketik dalam kertas ukuran A4, dengan margin ukuran
normal, jenis huruf Arial ukuran 12, spasi 1,15
• Tugas dilengkapi dengan keterangan : nama, NIM, ruang kelas, dan
nilai (dikosongkan saja) pada pojok kanan atas. Contoh layout
lembar jawaban sebagai berikut :
• Tugas dikumpulkan pada saat pertemuan berikutnya.
• Sanksi keterlambatan adalah dianggap tidak mengerjakan dan
mendapatkan nilai 0 (nol) untuk Tugas V
RINCIAN TUGAS :
1. Carilah 2 kasus yang sumbernya dapat dari mana saja disertai
analisa saudara tentang saat dan tempat pajak terutang .
2. Tuan Arifin adalah pedagang eceran baju batik dengan omzet lebih
dari Rp7.000.000.000,00 tahun 2014, dengan jumlah toko 4 unit di
pertokoan Tanah Abang. Menurut Saudara, perlukah Tuan Arifin
melakukan pemusatan pajak terutang? Jelaskan alasan Saudara.
E. RINGKASAN MATERI
Saat pajak terutang seperti diatur dalam pasal 11 undang‐undang
PPN adalah :
a. penyerahan Barang Kena Pajak;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean;
Nama :
NIM :
Ruang Kelas : Nilai :
Hal. 87
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau
h. ekspor Jasa Kena Pajak.
i. Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena
Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
j. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat
terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar
ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat
menimbulkan ketidakadilan.
Sedangkan tempat pajak terutang seperti diatur dalam pasal 12
UU PPN adalah :
a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP dan atau
JKP, mengekspor BKP , BKP Tidak Berwujud, dan atau JKP terutang
pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain selain tempat tinggal atau
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Atas pemberitahuan secara tertulis dari Pengusaha Kena Pajak,
Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih
sebagai tempat pajak terutang.
b. Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena
Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
c. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
d. Dalam hal‐hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan
tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan
tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak terutang.
Untuk lebih memudahkan administrasi wajib pajak, pemerintah
membolehkan adanya pemusatan pajak terutang yang diatur dalam
Hal. 88
tempat PPN terutang. Dalam peraturan tersebut diatur tata cara
pengajuan tempat pemusatan pajak terutang, tata cara pencabutan, dan
tata cara perpanjangannya.
F. REFERENSI
Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Prof. Dr. Mardiasmo, Mba., Ak, CV Andi
Offset, Yogyakarta
Pajak Pertambahan Nilai, Edisi Revisi 2009, Untung Sukardji, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta
UU Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN & PPnBM
PP Nomor 01 tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU PPN &PPnBM
PER Nomor 4 tahun 2010 tentang Tempat Lain Selain Tempat Tinggal/
Tempat Kedudukan &/ Tempat Kegiatan Usaha Dilakukan Sebagai
Tempat Terutang PPN / PPN & PPnBM
PER Nomor 19 tahun 2010 tentang Penetapan Satu Tempat / Lebih
sebagai Tempat PPN Terutang
Hal. 89