• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk dan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Pertanian Padi Organik yang Diharapkan Petan

PERTANIAN BERKELANJUTAN

3 VALUASI EKONOMI PERTANIAN PADI ORGANIK

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.4 Bentuk dan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Pertanian Padi Organik yang Diharapkan Petan

Bentuk insentif yang diharapkan petani sebagai pembayaran jasa lingkungan agar menerapkan pertanian padi organik yaitu dalam bentuk uang dengan proporsi terbesar, selanjutnya jaminan harga, sarana produksi, ternak dan peralatan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Bentuk pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik yang diharapkan petani

No Bentuk pembayaran jasa lingkungan Jumlah (orang) %

1 Uang 20 38.46 2 Jaminan harga 12 23.08 3 Sarana produksi 10 19.23 4 Ternak 7 13.46 5 Peralatan 3 5.77 Total 52 100.00

Uang merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh petani dikarenakan keterbatasan permodalan yang dimiliki oleh petani. Petani memerlukan uang untuk membeli pupuk kandang dikarenakan sebagian besar petani tidak memiliki ternak. Selain itu uang diperlukan untuk membayar upah tenaga kerja terutama pada kegiatan penyiangan karena budidaya padi organik memerlukan perawatan yang intensif serta untuk membantu petani dalam pembuatan pupuk organik.. Bantuan uang dari pemerintah sangat diharapkan karena petani sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank disebabkan persyaratan yang memberatkan terutama harus adanya agunan.

Petani mengharapkan bantuan jaminan harga dikarenakan harga padi organik maupun beras organik yang diterima selama ini belum sesuai dengan harapan petani karena pemasaran masih dikuasai oleh tengkulak. Hal ini disebabkan lemahnya permodalan dan keterbatasan sumberdaya manusia petani sehingga posisi tawar petani menjadi rendah. Petani menjual hasil ke tengkulak dengan alasan mudah dan cepat serta semua biaya pemasaran ditanggung oleh tengkulak. Petani mengharapkan pemerintah dapat membeli hasil produksi petani dengan harga yang lebih tinggi sehingga petani bersedia menerapkan pertanian padi organik.

Bantuan ternak yang diharapkan petani yaitu berupa ternak kambing atau ternak sapi untuk penyediaan pupuk kandang. Bantuan sarana produksi yang diharapkan petani yaitu dalam bentuk pupuk organik yang siap untuk digunakan dikarenakan keterbatasan bahan organik dan petani tidak memiliki ruangan serta tenaga kerja jika harus memelihara ternak sendiri. Bantuan peralatan yang diharapkan adalah traktor dan alat pembuat pupuk organik.

Hasil di atas memiliki beberapa kesamaan dengan hasil penelitian Irawan (2007) tentang pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan petani agar mereka tetap bertahan sebagai petani. Pembayaran yang diharapkan petani padi sawah adalah bantuan sarana produksi (48.3%), jaminan harga padi (30.0%), perbaikan sarana irigasi (5.0%), tunjangan khusus (5.0%), alat-mesin pertanian (3.3%), penghapusan PBB (3.3%) dan penyuluhan (1.7%). Sarana produksi yang diharapkan adalah pupuk, obat-obatan dan benih padi. Jaminan harga padi sangat diharapkan karena harga pembelian padi oleh pedagang selalu lebih rendah dari harga dasar. Tunjangan khusus adalah seperti gaji bagi pegawai karena petani telah membantu pemerintah dalam menyediakan pangan bagi penduduk. Bantuan alat-mesin pertanian berupa traktor dan alat pemanen padi (thresher) yang dapat dikelola oleh kelompok tani. Sementara pada petani lahan kering, pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan adalah sarana produksi (53.3%), modal/uang (26.7%), kenaikan harga padi (8.9%), penurunan harga sarana produksi (6.7%) dan penyuluhan (4.4%).

Terdapat 3 cara pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan petani untuk menerapkan pertanian padi organik yaitu diberikan dalam bentuk uang dengan proporsi terbesar, dalam bentuk barang yaitu ternak, pupuk organik dan peralatan, serta pemberian jaminan harga (Tabel 17).

Tabel 17 Cara pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik yang diharapkan petani

No Cara pembayaran jasa lingkungan %

1 Uang 53.85

2 Barang 25.00

3 Jaminan harga 21.15

Total 100.00

3.3.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik adalah kualitas sumberdaya manusia petani dan jaminan harga. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani terhadap kelestarian lingkungan serta sikap petani yang tidak berani menanggung risiko merupakan penyebab terbesar petani tidak menerapkan pertanian padi organik. Belum adanya jaminan harga padi dan beras organik ditunjukkan dari bantuan yang diharapkan sebagian besar petani untuk menerapkan pertanian padi organik yaitu dalam bentuk uang dan jaminan harga. Belum adanya jaminan harga disebabkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen dalam pemasaran serta adanya keterbatasan modal menyebabkan posisi tawar petani menjadi rendah sehingga harga dikuasai oleh tengkulak.

Hal di atas sebagaimana ditunjukkan dari variabel keikutsertaan pelatihan dan pendapatan yang berpengaruh signifikan terhadap besaran WTA dan bertanda negatif. Dengan mengikuti pelatihan maka pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan petani dalam budidaya padi organik meningkat sehingga akan meningkatkan kesediaan petani untuk menerapkan pertanian padi organik. Demikian juga semakin meningkatnya harga padi dan beras organik maka pendapatan petani akan meningkat sehingga meningkatkan kesediaan petani untuk menerapkan pertanian padi organik.

Hasil di atas sesuai dengan hasil analisis risiko sebelumnya yang menunjukkan adanya risiko produksi pada masa peralihan menyebabkan petani tidak berani menanggung risiko untuk beralih ke pertanian padi organik. Adanya risiko harga dimana harga padi dan beras organik belum terjamin juga menyebabkan petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik. Bantuan uang dan jaminan harga yang diharapkan petani juga sebagaimana ditunjukkan dari hasil analisis risiko yaitu adanya risiko kelembagaan yang dihadapi petani dimana Dinas Pertanian, kelompok tani, koperasi dan bank yang diharapkan memberikan bantuan pemasaran dan modal belum menjalankan perannya dengan baik sehingga petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik.

Faktor lain yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik adalah ketersediaan bahan organik. Hal tersebut ditunjukkan dari alasan terbesar ke-3 yang menyebabkan petani tidak menerapkan pertanian organik serta bantuan yang diharapkan dalam bentuk sarana produksi dan ternak, selain uang dan jaminan harga. Pertanian padi organik memerlukan pupuk organik dalam jumlah relatif banyak, sedangkan sebagian besar petani tidak memiliki ternak. Oleh karena itu diperlukan ketersediaan bahan organik yang cukup agar petani bersedia menerapkan pertanian padi organik.

Berdasarkan analisis valuasi ekonomi pertanian padi organik diperoleh hasil bahwa terdapat manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik dimana dengan penerapan pertanian padi organik maka dapat memperbaiki kualitas lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas padi serta menurunkan biaya produksi. Hasil analisis ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdullah (2007), Susanti et al. (2008) dan Murniati et al.(2014) yang memiliki hasil yang sama.

3.4 Kesimpulan

1. Manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik adalah adanya peningkatan penerimaan sebesar Rp 4 904 554/ha dan penurunan biaya produksi sebesar Rp 116 666.67/ha sehingga total manfaat kualitas lingkungan sebesar Rp 5 021 220.67/ha dan total manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur sebesar Rp 317.84 milyar. Nilai WTA pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur sebesar Rp 378.78 milyar.

2. Faktor yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi