• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik

PERTANIAN BERKELANJUTAN

4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK

4.3 Hasil dan Pembahasan 1 Karakteristik Petan

4.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan penerapan pertanian padi organik disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik

No. Variabel Koefisien Standard error Significant Exp(B)

1 Luas lahan 0.734 0.885 0.407 2.084

2 Status pemilikan lahan 2.014 1.091 0.06** 7.495

3 Jumlah anggota keluarga -0.281 0.413 0.496 0.755

4 Ketersediaan tenaga kerja keluarga 0.846 0.747 0.257 2.331 5 Keanggotaan kelompok tani 17.355 1.575 0.999 3.446 6 Keikutsertaan pelatihan 3.224 1.151 0.005* 25.119 7 Harga padi 0.005 0.002 0.012* 1.005 8 Biaya produksi 0.000 0.000 0.331 1.000 9 Pendapatan 0.000 0.000 0.634 1.000 10 Produktivitas -0.223 0.257 0.385 0.800 11 Tingkat kesulitan teknologi 1.137 0.980 0.246 3.117 12 Risiko produksi 0.110 0.389 0.777 1.116 13 Kebijakan pemerintah 4.214 1.260 0.001* 67.593 Konstanta -38.802 1.575 0.998 0.000 R2= 0.845 Percentage correct = 90.4

Keterangan : * signifikan pada α = 5%, **signifikan pada α = 10%.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 104.499 dengan nilai Sig sebesar 0.000 < 0.05, artinya secara bersama-sama variabel luas lahan, status pemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, ketersediaan tenaga kerja keluarga, keanggotaan kelompok tani, keikutsertaan pelatihan, harga padi, biaya produksi, pendapatan, produktivitas, sifat teknologi, risiko produksi dan kebijakan pemerintah berhubungan dengan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. Nilai koefisien determinasi atau R2 sebesar 0.845 yang berarti keragaman variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel dependen sebesar 84.5% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Nilai percentage correctsebesar 90.4 menunjukkan bahwa ketepatan prediksi dalam penelitian ini adalah sebesar 90.4%.

Pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel keikutsertaan pelatihan, harga padi dan kebijakan pemerintah berpengaruh signifikan pada α = 5% dengan nilai Sig masing-masing sebesar 0.005, 0.012 dan 0.001 < 0.05. Variabel lainnya nilai Sig > 0.05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik.

Keikutsertaan pelatihan padi organik memiliki pengaruh signifikan terhadap penerapan padi organik. Hal ini dikarenakan dengan mengikuti pelatihan maka petani akan memperoleh pengetahuan tentang pentingnya kelestarian lingkungan sehingga akan meningkatkan kesadaran petani terhadap pentingnya pertanian padi organik. Selain itu budidaya padi organik memerlukan ketrampilan

dalam pembuatan pupuk dan pestisida organik serta ketrampilan dalam budidaya karena pertanian padi organik memerlukan perawatan yang lebih intensif. Ketrampilan tersebut diperoleh petani dari keikutsertaan pelatihan. Sebagian besar petani padi konvensional (80.77.%) yang belum menerapkan pertanian padi organik dikarenakan belum pernah mengikuti pelatihan sehingga mereka belum mengetahui cara-cara budidaya pertanian padi organik. Nilai Exp (B) keikutsertaan pelatihan sebesar 25.119 dan koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa dengan adanya pelatihan maka jumlah petani yang menerapkan pertanian padi organik sebanyak 25.119 atau 25 orang lebih banyak dibandingkan apabila tidak terdapat pelatihan.

Harga padi memiliki pengaruh signifikan terhadap penerapan padi organik karena dengan semakin meningkatnya harga maka pendapatan petani akan meningkat. Harga padi organik lebih tinggi dari padi konvensional karena kualitas yang lebih sehat dapat mendorong petani untuk menerapkan pertanian padi organik. Harga padi konvensional yang diterima petani sebesar Rp 2 500 – Rp 3 700/kg, sedangkan harga padi organik sebesar Rp 3 000 – Rp 5 500/kg.

Nilai Exp (B) harga padi sebesar 1.005 dan koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa jika harga padi naik maka jumlah petani yang menerapkan pertanian padi organik sebanyak 1.005 atau 1 orang lebih banyak dibandingkan jika harga padi tidak naik. Nilai Exp (B) yang relatif kecil disebabkan harga padi organik yang diterima petani meskipun lebih tinggi dari padi konvensional tetapi harga tersebut masih belum sesuai dengan harapan petani. Harga padi organik yang relatif rendah disebabkan harga jual beras organik hanya sedikit lebih tinggi dari beras konvensional disebabkan belum adanya sertifikasi karena mahalnya biaya sertifikasi organik. Harga beras konvensional yaitu sebesar Rp 10 000/kg dan beras organik sebesar Rp 13 000 – Rp 15 000/kg, sedangkan harga beras organik bersertifikasi sebesar Rp 20 000 – Rp 35 000/kg.

Harga padi organik yang relatif rendah juga disebabkan lemahnya pemasaran. Sebagian besar petani menjual hasilnya ke tengkulak dengan alasan mudah dan cepat karena segera diperoleh pembayaran dan semua biaya pemasaran ditanggung oleh tengkulak. Sebagian petani juga memiliki keterikatan modal dengan tengkulak sehingga harus menjual hasilnya ke tengkulak. Kelompok tani belum dapat menampung seluruh hasil produksi anggota dikarenakan keterbatasan modal dan manajemen. Hanya sebesar 21.43% petani padi organik yang menjual hasilnya ke kelompok tani. Petani lainnya sebesar 64.29% menjual ke tengkulak, sebesar 11.90% menjual ke restoran dan hotel, dan sebesar 2.38% menjual ke koperasi.

Kebijakan pemerintah memiliki pengaruh signifikan terhadap penerapan pertanian padi organik dikarenakan adanya keterbatasan permodalan petani sehingga petani memerlukan bantuan pemerintah dalam penerapan pertanian padi organik. Sebanyak 53.85% petani memiliki tenaga kerja keluarga sebanyak 1 orang, maka petani memerlukan modal untuk membayar upah tenaga kerja untuk mencari bahan-bahan organik dan membantu pembuatan pupuk organik atau untuk membeli dan mengangkut pupuk kandang dari peternak karena sebagian besar petani tidak memiliki ternak. Budidaya padi organik juga memerlukan perawatan yang lebih intensif terutama untuk penyiangan sehingga memerlukan biaya tenaga kerja yang lebih besar.

Belum adanya jaminan pasar dan harga dari beras organik juga menyebabkan petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik. Konsumen beras organik hingga saat ini masih terbatas pada masyarakat golongan menengah ke atas dan memiliki kesadaran tentang pangan sehat dikarenakan harga beras organik lebih mahal karena kualitas beras yang lebih sehat. Beras organik Kabupaten Cianjur sebagian besar dipasarkan ke konsumen perseorangan di daerah Jakarta namun belum kontinu. Selama ini bantuan pemerintah dalam pengembangan pertanian padi organik belum banyak dirasakan oleh petani sehingga petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik. Sebanyak 43 orang petani padi konvensional (82.69%) menyatakan tidak bersedia menerapkan pertanian padi organik jika tidak ada bantuan pemerintah. Nilai Exp (B) kebijakan pemerintah sebesar 67.593 dan koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa dengan adanya kebijakan pemerintah maka jumlah petani yang menerapkan pertanian padi organik sebanyak 67.593 atau 68 orang lebih banyak dibandingkan apabila tidak ada kebijakan.

Keanggotaan kelompok tani tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan padi organik meskipun sebagian besar petani (95.19%) telah menjadi anggota. Hal ini disebabkan kelompok tani belum banyak berperan dalam mendukung pengembangan pertanian padi organik. Peran kelompok tani dalam penyebaran informasi tentang pertanian padi organik hasil dari pelatihan belum intensif dan kontinu. Kelompok tani juga belum dapat memasarkan seluruh hasil produksi anggota karena lemahnya manajemen dan keterbatasan modal.

Biaya produksi tidak berpengaruh signifikan karena meskipun petani tidak perlu lagi membeli pupuk kimia dan pestisida, namun petani perlu mengeluarkan tambahan biaya tenaga kerja untuk mencari bahan baku dan membuat pupuk organik atau mengangkut pupuk kandang dari peternak serta untuk penyiangan yang lebih intensif. Demikian pula produktivitas padi organik tidak berpengaruh signifikan karena pertanian padi organik masih relatif baru diterapkan oleh sebagian besar petani (< 5 tahun) sehingga produktivitas padi organik belum menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan padi konvensional. Oleh karena itu variabel pendapatan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan pertanian padi organik.

Risiko produksi padi organik tidak berpengaruh signifikan karena petani menghadapi risiko yang relatif sama antara pertanian padi organik dan padi konvensional yaitu terhadap serangan hama dan penyakit tanaman serta cuaca. Dugaan bahwa padi organik lebih tahan terhadap hama karena tanaman menjadi lebih sehat belum dirasakan oleh sebagian petani diduga disebabkan pertanian padi organik masih dalam masa peralihan. Namun petani yang relatif lebih lama menerapkan pertanian padi organik menyatakan bahwa tanaman padi menjadi lebih sehat dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Luas lahan dan tingkat kesulitan teknologi tidak signifikan mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik. Demikian juga jumlah anggota keluarga dan ketersediaan tenaga kerja keluarga tidak menjadi pertimbangan petani dalam menerapkan pertanian padi organik.

Variabel status pemilikan lahan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik pada α = 10%. Hal tersebut disebabkan adanya ketidakpastian petani dalam menggarap lahan dikarenakan sebagian besar lahan di Kabupaten Cianjur dimiliki oleh orang

luar daerah yaitu dari Jakarta dan Bandung yang bertujuan untuk investasi. Apabila harga tanah meningkat maka sewaktu-waktu pemilik lahan dapat menjual tanahnya. Oleh karena itu petani tidak bersedia menanggung risiko penurunan produksi pada masa peralihan karena petani kemungkinan tidak dapat merasakan hasil dari peningkatan produktivitas padi organik apabila lahannya dijual oleh pemiliknya sebelum masa peralihannya dilalui.

Hasil di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya. Keikutsertaan pelatihan merupakan faktor yang mempengaruhi petani memiliki kesamaan hasil dengan penelitian Susanti et al. (2008) yang menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. Meskipun tingkat pendidikan formal petani sebagian besar rendah namun petani dapat memperoleh pengetahuan tentang pertanian padi organik dari pendidikan non formal dengan mengikuti pelatihan sehingga dapat mendorong petani menerapkan pertanian padi organik.

Jaminan harga merupakan faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik sebagaimana hasil penelitian Susanti et al. (2008) serta hasil penelitian Mardiyanto dan Suparmini (2013) yang menyatakan bahwa tersedianya pemasaran hasil merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani karena petani dapat menerima harga padi organik yang lebih tinggi.

Variabel pendapatan dan tingkat kesulitan teknologi tidak signifikan mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik memiliki kesamaan hasil dengan penelitian Susanti et al. (2008). Namun hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Amala et al.(2014) yang menunjukkan bahwa keuntungan relatif dan kerumitan teknologi memiliki hubungan nyata dengan tingkat adopsi terhadap sistem pertanian padi organik. Variabel luas lahan tidak berpengaruh signifikan memiliki kesamaan hasil dengan penelitian Susanti et al. (2008) dan Amala et al. (2014), namun pada penelitian Rukka et al. (2006) menunjukkan bahwa luas lahan garapan berpengaruh positif dan nyata dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa ketersediaan tenaga kerja keluarga tidak berpengaruh signifikan memiliki perbedaan hasil dengan penelitian Mardiyanto dan Suparmini (2013) yang menunjukkan tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik. Hal ini disebabkan ketersediaan tenaga kerja keluarga sebagian besar petani di Kabupaten Cianjur berjumlah 1 orang yaitu petani sendiri, baik untuk petani padi konvensional (55.77%) maupun petani padi organik (51.92%), namun dalam budidaya padi organik petani memerlukan bantuan tenaga kerja, khususnya untuk pembuatan pupuk organik dan perawatan tanaman yang lebih intensif dengan mengupah tenaga kerja luar keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja keluarga tidak menjadi pertimbangan petani dalam penerapan pertanian padi organik, namun lebih ditentukan oleh kesadaran petani tentang manfaat dari pertanian padi organik untuk kelestarian lingkungan.

4.3.3 Pembahasan

Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan penerapan pertanian padi organik adalah keikutsertaan pelatihan. Hal tersebut

menunjukkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kelestarian lingkungan dan kurangnya ketrampilan dalam budidaya padi organik. Dengan mengikuti pelatihan maka petani akan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan dalam budidaya padi organik sehingga akan mempengaruhi petani dalam menerapkan pertanian padi organik.

Harga berpengaruh siginifikan terhadap pengambilan keputusan petani. Harga padi yang diterima petani saat ini relatif rendah karena pemasaran dikuasai oleh tengkulak. Hal tersebut menunjukkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani dalam pemasaran menyebabkan manajemen menjadi lemah. Harga padi yang rendah juga disebabkan adanya keterbatasan modal petani. Petani perlu segera menjual hasilnya karena kebutuhan yang mendesak serta tidak tersedia modal untuk melakukan pemasaran. Hal tersebut menyebabkan posisi tawar petani menjadi rendah sehingga harga dikuasai oleh tengkulak.

Kebijakan pemerintah berpengaruh siginifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah terhadap petani dalam penerapan pertanian padi organik. Kurangnya dukungan pemerintah disebabkan masih adanya kekhawatiran terjadinya penurunan produksi padi pada pertanian padi organik.

Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh signifikan tersebut menunjukkan bahwa penyebab kurang berkembangnya pertanian padi organik adalah faktor kualitas sumberdaya manusia petani maupun pemerintah khususnya Dinas Pertanian yaitu kurangnya kesadaran tentang kelestarian lingkungan, serta kurangnya jaminan harga. Harga padi dan beras organik yang belum terjamin juga disebabkan faktor kualitas sumberdaya manusia petani yaitu lemahnya manajemen dalam pemasaran, serta keterbatasan modal sehingga posisi tawar petani menjadi rendah.

Keikutsertaan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan kepututusan petani dalam penerapan pertanian padi organik sesuai dengan hasil analisis valuasi ekonomi pertanian padi organik sebelumnya yang menunjukkan bahwa keikutsertaan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap besaran WTA dan bertanda negatif. Hal tersebut artinya dengan mengikuti pelatihan maka besaran nilai WTA semakin menurun atau kesediaan petani untuk menerapkan pertanian padi organik semakin meningkat.

Adanya risiko produksi pertanian padi organik yang diduga dapat mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik, berdasarkan hasil analisis menunjukkan tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut disebabkan tidak semua petani mengalami penurunan produksi saat beralih ke pertanian padi organik. Sebagaimana ditunjukkan dari hasil analisis risiko sebelumnya yaitu sebanyak 4.08% petani tidak mengalami penurunan produksi dan sebanyak 16.33% petani bahkan mengalami peningkatan produksi. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak selalu terjadi penurunan produksi pada masa peralihan, tetapi dapat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk organik dengan jumlah dan kualitas yang tepat serta perawatan tanaman yang baik.

Berdasarkan hasil analisis, meskipun biaya produksi dan produktivitas dari pertanian padi organik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik, namun berdasarkan

hasil analisis valuasi ekonomi pertanian padi organik sebelumnya menunjukkan bahwa pertanian padi organik dapat meningkatkan produktivitas padi dan menghemat biaya produksi yang merupakan manfaat dari kualitas lingkungan pertanian padi organik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Status penguasaan lahan sebagian besar petani di Kabupaten Cianjur merupakan lahan sakap yang diduga dapat mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik, berdasarkan hasil analisis menunjukkan tidak berpengaruh

signifikan pada α = 5% namun berpengaruh signifikan pada α = 10%.

Hasil analisis yang diperoleh bahwa keikutsertaan pelatihan dan jaminan harga merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susanti et al. (2008) serta Mardiyanto dan Suparmini (2013). Sedangkan variabel pendapatan dan tingkat kesulitan teknologi tidak signifikan mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik berbeda dengan hasil penelitian Amala et al. (2014), variabel luas lahan tidak berpengaruh signifikan memiliki perbedaan hasil dengan penelitian Rukka et al. (2006), dan ketersediaan tenaga kerja keluarga tidak berpengaruh signifikan memiliki perbedaan hasil dengan penelitian Mardiyanto dan Suparmini (2013). Variabel kebijakan pemerintah merupakan variabel baru yang dimasukkan dalam analisis yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dan diperoleh hasil bahwa kebijakan pemerintah merupakan variabel yang signifikan mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik.

4.4 Kesimpulan

Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik adalah keikutsertaan pelatihan, harga padi dan kebijakan pemerintah. Dengan mengikuti pelatihan, meningkatnya harga padi dan adanya bantuan pemerintah maka jumlah petani yang menerapkan pertanian padi organik akan meningkat. Berdasarkan faktor tersebut menunjukkan bahwa penyebab kurang berkembangnya pertanian padi organik adalah kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani maupun pemerintah yaitu kurangnya kesadaran tentang kelestarian lingkungan, serta kurangnya jaminan harga. Harga padi dan beras organik yang belum terjamin disebabkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen dalam pemasaran, serta keterbatasan modal sehingga posisi tawar petani menjadi rendah.

Faktor luas lahan, status pemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, ketersediaan tenaga kerja keluarga, keanggotaan kelompok tani, biaya produksi, pendapatan, produktivitas, tingkat kesulitan teknologi dan risiko produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik.

5 STRUKTUR SISTEM PERTANIAN PADI ORGANIK