• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikanlah hartamu bagi-Ku!

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 47-51)

Judul: Berikanlah hartamu bagi-Ku!

Kekayaan bukanlah jaminan seseorang bersedia memberikan uangnya bagi pembangunan gedung gereja. Tidak sedikit mereka yang memberi hartanya adalah orang yang hidup dalam kekurangan. Di mana perbedaannya? Perbedaannya ada pada hati seseorang bukan uangnya. Sebelum meninggalkan Mesir, Allah menggerakkan hati bangsa Mesir untuk membekali Israel dengan benda-benda berharga (Kel. 12:35-36). Apa fungsi perbekalan barang berharga itu di tengah-tengah padang gurun? Sebenarnya, makanan dan minumanlah yang lebih mereka

butuhkan untuk perjalanan melintasi padang gurun. Lalu, mengapa Allah mengatur supaya Israel memiliki semua barang itu?

Pada nas ini, barulah terlihat rencana Allah yang mengizinkan Israel memperoleh emas, perak, serta kain-kain berharga itu, yakni semua harta itu akan digunakan sebagai persembahan khusus bagi pembangunan kemah suci (Kel. 25:3-6). Allah tidak merampasi harta umat-Nya bagi kepentingan diri-Nya sebab Ia tidak membutuhkan harta untuk memperkaya diri-Nya sendiri. Ia justru menciptakan alam semesta dengan kekayaan bumi yang terkandung di dalamnya. Jika Ia meminta Israel memberikan harta mereka maka Ia bermaksud melihat kerelaan hati umat-Nya memberi bagi pekerjaan-Nya di bumi ini. Ia menghendaki hati yang rela untuk memberi bagi pekerjaan-Nya (ayat 1-2). Namun, pembangunan kemah suci tidak hanya membutuhkan beragam batu-batu mulia melainkan juga memerlukan tenaga dan keahlian untuk membuat perabotannya dan baju efod sebagai baju para imam (ayat 7, 9). Semua itu diperlukan bagi kepenuhan

kemuliaan Allah di tengah-tengah manusia (ayat 8).

Sudah selayaknya kita memberi harta, tenaga, dan waktu kita bagi pekerjaan Tuhan. Dia sudah memberikan yang terbaik bagi kita, yakni diri-Nya sendiri. Pemberian yang terbaik diukur dari kerelaan hati, bukan besar jumlahnya.

48

Sabtu, 4 Februari 2006

Bacaan : Keluaran 25:10-22

(4-2-2006)

Keluaran 25:10-22

Tutup pendamaian sejati

Judul: Tutup pendamaian sejati

Tabut perjanjian merupakan simbol kehadiran Allah. Dalam sejarah Israel, tabut ini berfungsi sebagai berikut: Pertama, tempat Allah berhubungan dengan Musa, pemimpin umat-Nya (ayat 22). Kedua, melambangkan bimbingan (Bil. 10:33). Ketiga, melambangkan kemenangan (Yos. ps. 6). Keempat, melambangkan kepemimpinan Ilahi (Yos. 3:14-17).

Di atas tabut itu dibentangkan tutup pendamaian terbuat dari emas murni seirama dengan panjang dan lebar tabut itu (Kel. 25:17). Di kedua ujung tutup pendamaian itu dibuatlah dua kerub dari emas (ayat 18-19). Kedua kerub itu membentangkan sayap mereka menutupi tutup pendamaian tersebut, sedangkan kedua muka mereka menatap pada tutup pendamaian itu (ayat 20). Tutup pendamaian itu bersama kedua kerub tersebut membentuk semacam singgasana tempat Allah bertakhta secara simbolis (Mzm. 80:2, 99:1). Di dalam tabut pendamaian itu ditaruhlah kedua loh batu berisikan Sepuluh Hukum Allah (Kel. 25:21), buli-buli yang berisikan manna (ayat 16:32-34) yang melambangkan pemeliharaan Allah atas umat-Nya, dan kemudian hari tongkat Harun yang bertunas yang melambangkan penetapan Allah atas kepemimpinan di Israel ditaruh di hadapan tabut itu (Bil. 17:10). Ada tafsiran yang mengatakan bahwa kerub-kerub itu melambangkan kebenaran dan keadilan Allah yang menutupi dosa-dosa umat (dilambangkan oleh kedua loh batu).

Setahun sekali, imam besar akan mempersembahkan kurban pendamaian dengan masuk

menghadap tabut beserta tutup pendamaian itu agar umat Israel mendapatkan pengampunan dosa mereka. Tutup pendamaian itu melambangkan Tuhan Yesus (Rm. 3:25). Oleh darah-Nya yang Ia persembahkan sendiri ke hadirat Allah di surga satu kali untuk selamanya (Ibr. 9:13-14, 24-27), Yesus menjadi jalan pendamaian antara kita dengan Allah.

Renungkan: Harga pendamaian dosa kita mahal harganya, yaitu penumpahan darah Yesus. Kita patut menjunjung tinggi Dia saja dan bukan menyombongkan diri.

49

Minggu, 5 Februari 2006

Bacaan : Keluaran 25:23-30

(5-2-2006)

Keluaran 25:23-30

Roti Hidup dari surga

Judul: Roti Hidup dari surga

Salah satu perabot kemah suci dalam ruang kudus adalah meja roti sajian. Di nas ini, peraturan mengenai pembuatan meja roti sajian dan bahan yang dipakai dijelaskan secara rinci (ayat 23-29). Di Imamat 24:5-9 dijelaskan tujuan meja roti sajian ini, yaitu meletakkan roti sajian sebagai lambang kehadiran Allah di tengah-tengah kedua belas suku Israel dan peraturan siapa saja yang boleh makan roti itu, yaitu para imam. Dua belas roti ini disebut roti kehadiran. Kemenyan tulen di atas roti-roti itu menjadi bagian ingat-ingatan dan kurban api-apian bagi Allah (ayat 7). Ini mengajarkan kebenaran bahwa Allah senantiasa mengingat umat-Nya, bahkan setiap suku Israel

(Kel. 25:30). Roti-roti itu adalah lambang Allah memelihara umat-Nya, bukan seperti

dewa-dewa orang kafir yang perlu disuguhi sajian.

Penggenapan rohani dari roti sajian ini dipaparkan dalam PB. Roti-roti itu melambangkan tubuh Kristus. Roti-roti itu tidak beragi, menunjukkan bahwa tubuh Kristus tidak bercela dan tidak berdosa. Yesus berkata, "Akulah Roti Hidup... jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu" (Yoh. 6:48, 53). Meja roti sajian itu menggambarkan hubungan erat Allah dengan umat-Nya dan penerimaan makanan rohani. Umat Kristen memerlukan kekuatan dan hidup rohani yang hanya didapat dari

persekutuan dengan Kristus dan mendapat bagian di dalam Dia.

Pada zaman PL, hanya para imam yang boleh mendekat dan menghampiri meja itu.

Sesungguhnya kita layak mendapatkan hukuman karena dosa-dosa kita. Namun, Allah menerima kita sehidangan dengan Dia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi Roti Hidup. Melalui Dia kita beroleh harapan, pendamaian, dan kekuatan rohani.

Renungkan: "... hendaklah hidupmu tetap di dalam Yesus. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman..." (Kol. 2:6-7).

50

Senin, 6 Februari 2006

Bacaan : Keluaran 25:31-40

(6-2-2006)

Keluaran 25:31-40

Terang dari Allah

Judul: Terang dari Allah

Sama seperti meja roti sajian, pembuatan kandil dijabarkan pada perikop ini, tetapi fungsi dan tujuannya dijabarkan di nas lain (ayat 27:20-21; Im. 24:2-4). Allah tidak bermaksud agar ruang kudus itu diterangi oleh terang alamiah. Oleh sebab itu, Allah merencanakan agar tempat kudus itu diterangi oleh terang yang khusus, yang terbuat dari kandil emas. Kandil yang terdiri dari tujuh lampu itu harus dinyalakan oleh imam yang bertugas setiap petang hingga pagi hari. Tujuannya semata-mata untuk memancarkan cahaya di seluruh ruangan itu. Oleh sebab itu, imam yang bertugas harus menjaga agar lampu-lampu itu tidak kehabisan minyak yang

dikhususkan Tuhan, yaitu minyak zaitun. Dengan kata lain, ruang kudus itu tidak boleh berada dalam keadaan gelap. Kandil emas itu sendiri melambangkan Tuhan Yesus. Dia menyebut diri-Nya sebagai Terang Dunia (Yoh. 8:12). Wahyu 21:23 juga memberitahukan bahwa Yesus adalah Terang Kota Surgawi. Kehadiran Yesus, melalui Roh-Nya, dalam hati orang Kristen menjadikan kita juga bagian dari kandil emas. Jadi, dapat juga dikatakan bahwa kandil emas menggambarkan kesaksian orang percaya yang telah didiami oleh Roh Yesus (Rm. 8:9). Ketujuh lampu dari kandil itu menggambarkan kemahasempurnaan Roh Yesus.

Manusia duniawi tidak memiliki terang surgawi karena Roh Yesus tidak hadir dalam hati orang tersebut. "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah... ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani" (ayat 1Kor. 2:14).

Kehadiran Roh Yesus dalam diri orang Kristen akan menolong mereka mengerti firman Tuhan, memampukan mereka bersaksi untuk Injil Yesus Kristus, dan memberi mereka kekuatan dalam menghadapi penganiayaan dan penderitaan.

Renungkan: Terang Kristus yang hadir dalam hidup Anda adalah untuk Anda dan sekitar Anda. Hiduplah dalam terang maka Anda akan menerangi sesama yang masih tinggal dalam kegelapan.

51

Selasa, 7 Februari 2006

Bacaan : Keluaran 26:1-37

(7-2-2006)

Keluaran 26:1-37

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 47-51)