• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun kemah suci

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 135-142)

Judul: Membangun kemah suci

Pembangunan dimulai dengan mendirikan kemah suci. Kemah yang berukuran lumayan besar ini dibangun dengan mengikuti pola yang sudah dipaparkan secara panjang lebar pada pasal 26. Apa yang dibutuhkan agar pembangunan kemah suci ini bisa berjalan lancar dan mencapai hasil yang ditargetkan Allah bagi umat Israel? Pertama, pola yang sudah Allah berikan harus diikuti secara saksama dan dengan tidak menyimpang. Pola yang Tuhan sudah sediakan pasti yang terbaik sehingga tidak memerlukan modifikasi manusia. Terlihat di Kel. 36:8-38 ini, petunjuk yang Allah sudah berikan di pasal 26 diikuti dengan tepat dan dilaksanakan dengan tidak menyimpang sedikit pun. Kedua, diperlukan kerja sama dari setiap orang yang terlibat dalam pembangunan ini. Kerja sama itu hanya akan terjadi kalau setiap orang yang terlibat di dalamnya jelas akan panggilan dan tugas masing-masing sesuai panggilan itu dan berkomitmen untuk melakukannya dalam sema-ngat kebersamaan.

Pembangunan kemah suci ini penting karena Allah berjanji untuk tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Kemah suci merupakan lambang kehadiran Allah sekaligus tempat umat beribadah kepada-Nya. Kemah suci ini akan didirikan di tengah-tengah perkemahan umat Israel. Ini berarti, Allah menjadi pusat hidup umat Israel. Kelak, setelah Israel masuk ke Tanah Perjanjian dan menjadi satu kerajaan, Bait Allah akan menggantikan kemah suci sebagai pusat ibadah mereka.

Kita tidak perlu seperti umat Israel memfokuskan diri untuk membangun gedung gereja yang megah dan mewah seakan-akan sedang membangun Bait Allah. Yesus adalah Bait Allah, yang hadir di tengah-tengah umat-Nya (Yoh. 2:21). Yang penting kita lakukan adalah hidup

berpusatkan Kristus sehingga hidup kita memancarkan kemuliaan Allah.

Renungkan: Yang menjadikan gereja mulia bukan kemegah-an gedungnya melainkan Kristus yang terwujud dalam hidup umat-Nya.

136 Rabu, 3 Mei 2006 Bacaan : Keluaran 37:1-9

(3-5-2006)

Keluaran 37:1-9

Tabut perjanjian

Judul: Tabut perjanjian

Perabotan pertama kemah suci yang dibuat adalah tabut perjanjian. Sama seperti petunjuk yang diberikan pada Kel. 25:10-22, demikian tabut tersebut dibuat. Tabut perjanjian adalah perabotan utama dari kemah suci karena tabut dan tutup pendamaiannya yang berhiaskan dua kerub emas itu (ayat 37:1-2, 6-7) melambangkan takhta Allah. Jadi, penataan kemah suci dengan ruang mahakudus yang berisikan tabut perjanjian itu menggambarkan penataan sebuah istana bagi Allah. Allah bersemayam di istana mulia-Nya, di pusat perkemahan Israel, duduk di atas takhta-Nya di ruang mahakudus untuk memerintah Israel sebagai raja mereka.

Tabut yang melambangkan takhta Allah tersebut akan menjadi tempat penyimpanan dua loh batu yang berisikan sepuluh perintah Allah (Kel. 25:21). Ini mengisyaratkan bahwa janji Allah untuk memelihara umat-Nya berdasarkan ikatan Perjanjian Sinai tidak mungkin dibatalkan karena Allah sendiri yang menjaminnya. Pada saat yang sama hal itu juga menegaskan kepada umat bahwa mereka tidak boleh berdalih sedikit pun untuk tidak menaati kesepuluh prinsip moral Ilahi tersebut karena sifat kekekalannya dan merupakan kehendak Allah bagi mereka.

Jauh melampaui kemah suci dan tabut perjanjian yang melambangkan istana dan takhta Allah yang hadir di tengah-tengah umat-Nya, Allah hadir dalam kepenuhan kemuliaan-Nya dalam diri dan pelayanan Tuhan Yesus. Seluruh kepenuhan Allah diam di dalam Kristus (Kol. 1:19). Berarti kehadiran Kristus dalam hidup orang-orang percaya menjadi jaminan akan kepastian

keselamatan dan pemeliharaan Allah atas mereka. Sekaligus hal itu menjadi dasar bagi setiap anak-Nya untuk memelihara hidup suci seturut karakter kudus Allah dan sesuai dengan

kehendak-Nya. Seberapa seriuskah kita memelihara hidup kudus dan benar di hadapan Allah?

137

Kamis, 4 Mei 2006

Bacaan : Keluaran 37:10-29

(4-5-2006)

Keluaran 37:10-29

Perabotan kemah suci

Judul: Perabotan kemah suci

Perabotan lainnya dari kemah suci mulai dibuat. Pada perikop ini, meja roti sajian, kandil, dan mezbah pembakaran ukupan serta minyak urapan dan ukupan dibuat. Semua perabotan ini yang terletak di ruang kudus kemah suci memiliki fungsi masing-masing dalam konteks ibadah kepada Allah sebagai Raja Israel.

Meja roti sajian (ayat 10-16) digunakan untuk mempersembahkan roti sajian kepada Allah sebagai ucapan syukur umat kepada Allah untuk berkat-berkat hasil panen mereka di Tanah Perjanjian kelak. Persembahan ini menyatakan bahwa Allahlah sumber kelimpahan makanan. Kandil (ayat 17-24) dipakai untuk menerangi kemah suci. Kandil melambangkan terang Allah yang menyinari umat-Nya. Terang Allah memberikan pengharapan bagi umat akan kasih dan pemeliharaan Allah, pada saat yang sama mengingatkan umat bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Ukupan yang dibakar di mezbah persembahan ukupan (ayat 25-28)

menghasilkan asap harum yang menyenangkan hati Allah. Hal ini melambangkan doa-doa kudus yang dipanjatkan kepada Dia yang berhak menerimanya. Minyak urapan (ayat 29) dipakai untuk mengurapi kemah suci dan perabotannya serta para imam yang melayani di dalam kemah suci tersebut (ayat 30:22-33), sebagai tanda Allah memilih dan meneguhkan semua itu untuk menjadi alat dan sarana ibadah kepada-Nya.

Syukur kepada Allah, dalam Kristus semua fungsi perabotan dalam kemah suci digenapi. Melalui Kristus kita menaikkan syukur dan doa kita kepada Bapa karena kebaikan-Nya. Kristus adalah Terang yang menyinari kehidupan kita sehingga kita didorong menjaga diri hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya serta menjadi saluran terang Ilahi bagi dunia yang ada dalam kegelapan. Mari kita mendedikasikan hidup kita untuk dipakai Kristus memuliakan Bapa dan memancarkan terang-Nya.

138

Jumat, 5 Mei 2006

Bacaan : Keluaran 38:1-20

(5-5-2006)

Keluaran 38:1-20

Mezbah kurban bakaran

Judul: Mezbah kurban bakaran

Pembangunan kemah suci dan perabotan-perabotannya ternyata mengikuti pola tertentu (pasal 36-38). Mulai dari kemah suci secara keseluruhan, lalu masuk ke bagian paling dalam, yaitu ruang mahakudus dan tabut perjanjiannya, kemudian ruang kudus dan perabotan-perabotannya. Pasal 38 menyoroti pembuatan pelataran kemah suci dan dua perabotannya.

Kedua perabotan terakhir ini memang diletakkan di bagian paling luar kemah suci sesuai dengan fungsi masing-masing. Mezbah kurban bakaran (38:1-7) adalah tempat umat menghampiri Allah lewat imam dan ritual persembahan kurban. Rincian tata cara ritual tersebut dibahas di Imamat pasal 1-7 (lihat SH edisi Maret-April 2006). Salah satu fungsi persembahan kurban adalah pendamaian antara umat yang berdosa dengan Allah yang kudus. Hanya setelah mendapatkan pengampunan, umat layak menghampiri Allah dalam ucapan syukur dan doa yang diwakilkan oleh para imam di ruang kudus.

Bejana pembasuhan (Kel. 38:8) berfungsi untuk membersihkan tangan dan kaki para imam yang terkena percikan darah setelah mempersembahkan kurban bakaran (30:17-21). Bukan hanya umat, hamba Tuhan pun dalam menghampiri Allah harus bersih luar dalam. Hal menarik di pasal 38:8 adalah disebutnya para pelayan perempuan yang melayani di pintu kemah suci. Ini

menunjukkan bahwa kaum perempuan juga dilibatkan dalam pelayanan kemah suci.

Dua pelajaran bisa kita tarik dari perikop ini. Pertama, menghampiri Allah apalagi melayani Dia tidak boleh sembarangan, harus dalam kekudusan. Syukur kepada Allah, melalui Kristus kita didamaikan dengan Allah dan dilayakkan untuk melayani-Nya. Kedua, di dalam Kristus, tidak ada perbedaan. Baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama boleh melayani Dia.

139

Sabtu, 6 Mei 2006

Bacaan : Keluaran 38:21-31

(6-5-2006)

Keluaran 38:21-31

Biaya kemah suci

Judul: Biaya kemah suci

Setelah pembangunan kemah suci dan pembuatan semua perabotannya selesai dilakukan, diadakanlah perhitungan berapa banyak biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan kalau dihitung dengan ukuran sekarang sama dengan satu ton emas (ayat 24), empat ton perak (ayat 25), dan tiga ton tembaga (ayat 29).

Jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran waktu itu, mungkin menjadi relatif untuk ukuran masa kini. Namun, bukan jumlahnya yang relevan untuk kita simak. Rekapitulasi yang dilakukan umat Israel setelah selesai pembangunan ini mengajarkan beberapa hal. Pertama, Tuhan

menuntut pertanggungjawaban atas semua dana yang sudah dipersembahkan untuk pembangunan ini. Persembahan umat berasal dari Tuhan jua, maka tidak boleh dipakai sembarangan, apalagi disalahgunakan. Kedua, ada persembahan sukarela, yaitu emas dan tembaga, disebut juga persembahan unjukan, dan ada persembahan wajib, yaitu perak. Seluruh umat Israel yang berusia di atas dua puluh tahun wajib memberikan setengah syikal perak per orang (Kel. 30:13). Persembahan sukarela merupakan pengucapan syukur umat Israel atas kebaikan Tuhan yang sudah membebaskan mereka dari per-budakan Mesir dan menjadikan mereka umat-Nya. Persembahan wajib menunjukkan ketundukan mereka kepada Allah sebagai raja.

Bukan besar kecilnya pemberian yang Allah lihat dan perkenan melainkan berapa besar hati kita tatkala kita terlibat dalam berbagai pelayanan yang menuntut persembahan diri kita. Orang yang sudah mengalami anugerah Tuhan pasti tidak memikirkan untung rugi pribadi ketika ia melayani Tuhan. Sebaliknya, orang demikian akan memastikan per-sembahannya tepat sasaran dan setiap tenaga, waktu, dan rupiah yang dipersembahkan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya.

140 Minggu, 7 Mei 2006 Bacaan : Keluaran 39:1-31

(7-5-2006)

Keluaran 39:1-31

Pakaian imam

Judul: Pakaian imam

Fokus pembangunan kini diarahkan pada pembuatan pakaian imam dan kelengkapannya. Sama seperti bahan-bahan kemah suci dan isinya berkualitas mulia, demikian juga dengan pakaian imam.

Beberapa hal menarik dapat kita simak dari pembuatan pakaian imam ini. Pertama, segala kegiatan pembuatan ini dikomentari dengan kalimat "...seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa" (ayat 1b, 5b, 7b, 21b, 26b, 29b, 31b). Hal ini menunjukkan bahwa pakaian imam bukan sekadar penutup tubuh imam melainkan memiliki simbol-simbol penting fungsi imam di dalam ritual kemah suci. Oleh karena itu perhatian detail dan teliti terhadap pembuatannya menjadi sangat penting. Kedua, beberapa ornamen yang dilekatkan pada pakaian imam bertuliskan (ayat 6-7) atau mewakili (ayat 10-14) kedua belas suku Israel. Ini menunjukkan fungsi imam yang mewakili umat Israel dalam menjalankan ritual kemah suci. Ketiga, ada giring-giring yang dipasang berselang seling dengan buah delima pada kemeja (gamis) baju efod (ayat 25-26). Giring-giring itu menimbulkan suara setiap kali imam bergerak. Suara itu memungkinkan umat memonitor kegiatan imam di ruang kudus. Keempat, pada penutup kepala imam, ada hiasan dari emas murni yang berpahatkan kata-kata "Kudus bagi Tuhan" (ayat 30). Ini menyatakan sifat pelayanan imam yang kudus.

Bagi seorang imam, pakaian dinas yang dikenakannya menyatakan kudus dan luasnya cakupan pelayanannya. Hal ini memberikan rasa bangga akan kepercayaan Allah kepadanya sekaligus peringatan untuk tidak sembarangan melayani. Seharusnya sikap demikian kita miliki setiap kali kita terlibat dalam pelayanan. Rasa syukur dan bangga karena dipercaya Allah menjadi alat anugerah-Nya harus diimbangi dengan sikap serius dan menjaga kekudusan diri agar pelayanan mendatangkan kemuliaan Allah

Renungkan: Pelayanan mulia bukan karena fasilitasnya baik, tetapi karena panggilan dan kepercayaan Allah.

141

Senin, 8 Mei 2006

Bacaan : Keluaran 39:32-43

(8-5-2006)

Keluaran 39:32-43

Pekerjaan yang tuntas

Judul: Pekerjaan yang tuntas

Ada pepatah mengatakan permulaan yang baik dari sebuah pekerjaan adalah separuh jalan dari keseluruhan pekerjaan. Namun, banyak pekerjaan yang dimulai dengan sangat baik, disertai ketekunan dalam mengerjakan, dikerjakan dalam kerja sama yang harmonis, dengan

pengurbanan diri demi terwujudnya hasil, dll., ternyata tidak diselesaikan dengan baik dan tuntas, bahkan tidak jarang berhenti di tengah jalan.

Tidak demikian dengan pekerjaan pembangunan kemah suci dan perabotan-perabotannya serta pakaian kerja imam. Setelah selesai seluruh pekerjaan besar ini, bukan hanya penggunaan dana dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan oleh pihak pelaksana (38:21-31), tetapi ada serah terima hasil pekerjaan itu dari mereka kepada Musa. Musa menerima dan memeriksa semua hasil pekerjaan itu. Kesimpulan yang dicatat adalah, "Tepat seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu" (39:42). Seperti Tuhan memberkati hasil karya penciptaan-Nya selama enam hari (Kej. 1:31), demikian Musa mewakili Tuhan menyatakan berkat atas umat-Nya yang sudah menyelesaikan tugas

pembangunan ini (Kel. 39:43b).

Tidak ada karya yang lebih indah yang pernah dilakukan umat Israel Perjanjian Lama daripada pembangunan kemah suci di kaki Gunung Sinai ini. Karya ini terjadi bukan karena kehebatan Israel melainkan karena kasih karunia Allah atas mereka. Tugas pembangunan ini bukan tugas sepele, bahkan sebenarnya teramat rumit. Namun karena ketaatan mereka kepada petunjuk yang Allah berikan melalui Musa, mereka mampu menyelesaikannya dengan baik dan tuntas. Tugas panggilan yang Tuhan percayakan kepada umat-Nya masa kini sangat tidak mudah. Hanya dengan bersandar penuh kepada-Nya, kita sanggup menyelesaikannya tuntas.

142

Selasa, 9 Mei 2006

Bacaan : Keluaran 40:1-19

(9-5-2006)

Keluaran 40:1-19

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 135-142)