• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak imam

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 95-100)

Judul: Hak imam

Perikop ini ditujukan kepada umat Israel untuk menegaskan kembali hak imam dalam persembahan kurban keselamatan yang dibawa oleh umat. Orang yang mempersembahkan kurban keselamatan harus membawa sendiri kurban itu ke hadapan Tuhan untuk diserahkan kepada imam yang akan mempersembahkannya (ayat 29-30).

Dalam perikop ini, prosesi persembahan kurban keselamatan itu juga dijelaskan secara rinci. Lemak kurban (dan bagian dalam perut kurban) dibakar di mezbah bagi Tuhan (Im. 3:4). Bagian ini disebut kurban api-apian yang aroma keharumannya akan menyenangkan Tuhan. Daging dada kurban menjadi hak para imam, demikian juga daging paha kanan kurban. Peraturan ini merupakan peraturan yang bersifat permanen bagi umat Israel (Im. 7:34b-36). Pelanggaran terhadap aturan ini, mis.: menahan hak imam untuk memperoleh dada dan paha kanan dari persembahan kurban adalah suatu kesalahan karena menghilangkan hak Allah/kemah suci. Hal ini harus diselesaikan dengan mempersembahkan kurban penebus salah (lihat Im. 5:15). Bagian penutup perikop ini, pasal 7:37-38 adalah kesimpulan bagi keseluruhan peraturan persembahan kurban yang dibawa oleh umat Israel bagi Tuhan. Lewat berbagai persembahan kurban keselamatan ini, umat dapat menghampiri Allah lewat ritual kemah suci sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Beberapa kurban itu dilakukan bersama-sama dalam upacara tertentu, seperti upacara penahbisan imam besar (pasal 8-9), upacara hari raya pendamaian (pasal 16), dll.

Sebagai umat Tuhan masa kini, perikop ini dan Imamat pasal 1-7 mengingatkan kita bahwa ibadah yang khidmat itu penting bagi-Nya. Sikap kita dalam ibadah dan terhadap para hamba Tuhan sebagai penyelenggara ibadah menunjukkan sikap kita terhadap Tuhan.

Renungkan: Orang yang menghormati hamba Tuhan berarti ia sedang menghormati dan memuliakan Tuhan.

96 Jumat, 24 Maret 2006 Bacaan : Imamat 8:1-21

(24-3-2006)

Imamat 8:1-21

Pentahiran imam

Judul: Pentahiran imam

Rangkaian peraturan seputar berbagai persembahan kurban di kemah suci diakhiri dengan penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam besar dan para imam umat Israel (pasal 8), serta inagurasi pelayanan keimaman mereka (pasal 9).

Penahbisan Harun dan anak-anaknya dimulai dengan kalimat: "Musa melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya" (ayat 8:4a), dan diakhiri dengan kalimat: "Harun dan anak-anaknya melakukan segala firman yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa" (ayat 36). Pola dasar penahbisan ini adalah, "�seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa" (ayat 9b, 13b, 17b, 21b, 29b). Secara umum upacara penahbisan Harun dan keturunannya ini bisa dibagi dua, yaitu upacara pentahiran (ayat 1-21) dan upacara penahbisan (ayat 22-36). Upacara pentahiran terdiri dari beberapa langkah yang dimulai dengan persiapan (ayat 2-5). Kemudian pembasuhan Harun dan anak-anaknya yang dilanjutkan dengan mengenakan pakaian lengkap keimaman kepada mereka (ayat 6-9). Langkah ketiga adalah pengurapan kemah suci dan perabotannya termasuk Harun dan anak-anaknya yang akan mengelola seluruh kegiatan kemah suci tersebut (ayat 10-13). Pengurapan adalah penugasan atau pengutusan dari Allah. Langkah keempat adalah memberikan dua persembahan kurban, yakni: kurban penyucian/pentahiran (ayat 14-17) dan kurban bakaran (ayat 18-21). Kedua kurban ini memastikan Harun dan anak-anaknya layak menjadi imam kemah suci dan menyatakan tanda pengabdian mereka kepada Tuhan. Tuhan Yesus jauh melebihi persyaratan yang diminta dari keimamatan Harun. Meski Dia Putra Allah, dalam keadaan ketika Ia menjadi manusia, Ia menyatakan diri sebagai seorang hamba Tuhan yang layak di hadapan Allah. Di dalam Dia dan melalui teladan-Nya semua orang percaya harus menjadi pelayan-pelayan Allah yang layak bagi-Nya.

Renungkan: Siapkah Anda menjawab panggilan-Nya dengan mengabdikan diri Anda sepenuh hati bagi Dia?

97 Sabtu, 25 Maret 2006 Bacaan : Imamat 8:22-36

(25-3-2006)

Imamat 8:22-36

Penahbisan imam

Judul: Penahbisan imam

Langkah kelima dalam proses penahbisan Harun dan anak-anaknya adalah memberikan

persembahan kurban penahbisan (ayat 22-29). Harun dan anak-anaknya menaruh tangan mereka ke atas kepala domba jantan. Ini adalah simbol peneguhan mereka sebagai pengantara bagi umat Israel dengan Tuhan.

Setelah domba jantan itu disembelih, darahnya dibubuhkan pada telinga kanan, jempol tangan kanan, dan jari kaki kanan Harun dan anak-anaknya. Pada Im. 14:1-32 ritual seperti ini

digunakan untuk menyatakan ketahiran seseorang dari kusta. Ini adalah simbol pemulihan seseorang dari keadaan najis menjadi tahir. Jadi, ritual ini menegaskan bahwa sesudah mereka sendiri tahir baru Harun dan anakanaknya dapat melakukan fungsi pentahiran umat Tuhan. Selanjutnya, dibuatlah persembahan kurban yang mirip dengan persembahan kurban keselamatan dan sajian (ayat 25-26). Semua bahan persembahan itu diletakkan pada tangan Harun sebagai simbol bahwa dirinyalah yang akan melaksanakan berbagai ritual kurban tersebut. Kemudian kurban itu dibakar dan aroma keharumannya menyenangkan Allah (ayat 28). Demikianlah Harun dan anak-anaknya ditahbiskan oleh Allah melalui Musa (ayat 30). Langkah terakhir adalah petunjuk yang diberikan Musa agar Harun dan anak-anaknya merayakan penahbisan mereka, menghabiskan roti dari persembahan penahbisan itu, dan menetap dalam kemah pertemuan itu selama tujuh hari. Ini menjadi simbol pelayanan mereka yang harus terus-menerus

diselenggarakan dengan setia (ayat 35).

Para pelayan Tuhan dalam berbagai kegiatan gereja tidak lagi menjalani ritual seperti ini. Namun prinsip pengudusan, penyerahan diri, penyertaan Tuhan, dll. tetap berlaku dan diterjemahkan ke dalam berbagai peraturan gerejani. Arti dan bentuk penyiapan para pelayan Tuhan tersebut harus terus dihayati dengan segar.

98 Minggu, 26 Maret 2006 Bacaan : Imamat 9:1-24

(26-3-2006)

Imamat 9:1-24

Pelantikan imam

Judul: Pelantikan imam

Setelah melalui tujuh hari upacara penahbisan maka Harun dan anak-anaknya siap untuk memulai pelayanan ritual kemah suci. Musa mempersiapkan mereka dan juga seluruh umat Israel untuk pelantikan pelayanan Harun dan anak-anaknya (ayat 1-7).

Inagurasi ini dibagi menjadi tujuh langkah. Harun mulai dengan mengadakan persembahan kurban penyucian bagi dirinya sendiri (ayat 8-11). Disusul dengan persembahan kurban bakaran bagi anak-anak Harun (ayat 12-14). Lalu persembahan kurban penyucian bagi umat Israel (ayat 15), yang diteruskan dengan persembahan kurban bakaran bagi umat Israel (ayat 16),

persembahan kurban sajian (ayat 17), dan persembahan kurban keselamatan (ayat 18-21). Akhirnya, berkat bagi umat Israel (ayat 22). Allah memberkati institusi keimaman ini dengan menurunkan api surgawi yang membakar habis kurban-kurban di atas mezbah itu (ayat 24). Dengan inagurasi ini, Harun dan anak-anaknya resmi memegang jabatan imam dan bertugas menyelenggarakan ritual kemah suci. Ada dua hal penting dari inagurasi ini. Pertama, sebelum Harun menyelenggarakan persembahan kurban penyucian/pentahiran bagi umat Israel, ia harus terlebih dahulu menyelenggarakan persembahan kurban itu bagi dirinya sendiri. Ini tentu menyentuh Harun karena dia pernah berbuat dosa besar dengan mengikuti desakan Israel membuat patung lembu emas (Kel. 32). Hanya karena kemurahan Tuhan belaka ia tidak mati, tetapi boleh tetap melayani. Kedua, persembahan kurban memiliki tiga fungsi: fungsi ibadah, fungsi persekutuan dan pengucapan syukur, dan fungsi pendamaian.

Berbeda dari Harun, manusia lemah dan pernah gagal, Tuhan Yesus adalah Imam Besar yang sempurna dan tanpa dosa. Oleh anugerah Tuhan Yesus kita dilayakkan untuk dapat melayani Dia yang Maha Suci.

Tekadku: Aku akan menjaga hidup dan pelayananku kudus agar tetap layak menjadi alat anugerah Tuhan Yesus.

99

Senin, 27 Maret 2006

Bacaan : Imamat 10:1-11

(27-3-2006)

Imamat 10:1-11

Akibat tidak kudus

Judul: Akibat tidak kudus

Kisah di pasal sepuluh ini merupakan tragedi bagi keluarga Harun dan juga bagi umat Israel. Belum sempat Harun dan anak-anaknya menyelenggarakan ritual kemah suci secara rutin, kedua anak sulung Harun sudah dihukum oleh Tuhan secara dahsyat.

Mengapa begitu dahsyat hukuman yang ditimpakan Tuhan kepada Nadab dan Abihu? Karena mereka menajiskan kemah suci dan perabotannya dengan membawa api asing untuk membakar ukupan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan. Kekudusan-Nya tidak boleh dikompromikan sedikit pun. Hukuman keras ini justru ditujukan kepada umat yang dekat dengan-Nya (ayat 3). Harun dan keluarganya dilarang berdukacita dengan menyesali hukuman Allah atas kedua putra sulungnya tersebut karena hukuman itu menyatakan keinginan Allah agar umat menghormati kekudusan Allah dan menjaga hidup mereka dalam kekudusan (ayat 6-7).

Ternyata penyebab Nadab dan Abihu melanggar kekudusan Tuhan adalah mereka mabuk oleh minuman keras. Karena mabuk mereka kehilangan kendali atas diri mereka sendiri sehingga mereka melakukan kesalahan fatal. Oleh karena itu, larangan minum minuman keras saat mereka bertugas menjadi sangat penting (ayat 9). Sebagai pemimpin mereka seharusnya mengajari umat dan menjadi teladan bagi umat dalam hal membedakan apa yang kudus dari yang kotor dan apa yang tahir dari yang najis (ayat 10-11).

Hukuman keras pada awal pelayanan Harun dan anakanaknya bisa dibandingkan dengan kisah Ananias dan Safira pada masa gereja mula-mula (Kis. 5:1-11). Hukuman diberikan Tuhan untuk menghindarkan terjadinya pengulangan tindakan sembrono dalam pelayanan. Walaupun kita memiliki anugerah Kristus dan penyertaan Roh Kudus, itu tidak berarti mengurangi tanggung jawab kita untuk hidup kudus dan benar sebagai umat Tuhan.

100 Selasa, 28 Maret 2006 Bacaan : Imamat 10:12-20

(28-3-2006)

Imamat 10:12-20

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 95-100)