• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saksi kebangkitan Yesus

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 120-123)

Judul: Saksi kebangkitan Yesus

Mengapa Maria tidak segera mengenali Yesus ketika pertama kali Yesus menyapanya? Ada penafsir Alkitab yang memperkirakan linangan air mata mengaburkan mata Maria untuk mengenali sosok Tuhannya itu. Namun mungkin lebih tepat, jika kita mengatakan bahwa Maria tidak mengharapkan bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit.

Dalam pemahaman Maria yang sederhana, juga jauh dari kebenaran rohani, mayat Yesus telah hilang diambil orang.Hal lain yang menyebabkan Maria tidak langsung mengenali Yesus adalah karena Yesus pascakebangkitan tidak lagi sama dengan Yesus sebelum kematian-Nya. Kini, Dia adalah Yesus Sang Pemenang atas kuasa dosa dan maut. Namun, kasih dan perhatian-Nya terhadap para murid-Nya, juga Maria tak berubah. Perhatian-Nya itu diungkapkan-Nya dengan memanggil Maria dengan namanya (ayat 16; band. Yoh. 10:3). Maria segera mengenali

panggilan itu berasal dari Tuhannya. Karena itu ia segera menjawab "Guru!" Mengapa Yesus melarang Maria memegang-Nya? Sangat mungkin ketika Maria mengenali Yesus, ia segera sujud menyembah dan mencium serta memegang kedua kaki-Nya dengan erat seakan-akan Yesus tidak akan dilepaskannya lagi. Maria takut jangan-jangan sekali lagi ia bisa kehilangan Tuhannya. Namun, Yesus menegaskan Maria bahwa Ia belum pulang kepada Allah Bapa (ayat 17a). Tugas Maria adalah memberitahukan kebangkitan Yesus dan saat-Nya untuk pulang ke rumah Bapa kepada murid yang lainnya (ayat 17b).

Apakah kita seperti Maria, mencari Yesus yang hidup di kubur yang kosong? Sekarang waktunya untuk mengikrarkan iman kita bahwa Dia sudah bangkit dari kematian. Dia akan datang lagi untuk menjemput setiap orang percaya masuk dalam hidup yang kekal. Inilah waktunya bagi kita untuk memberitakan kebenaran itu.

Renungkan: Tugas kita adalah menjadi saksi kebangkitan Kristus dengan kata-kata dan melalui hidup kita yang sudah diubah-Nya.

121

Selasa, 18 April 2006

Bacaan : Yohanes 20:19-23

(18-4-2006)

Yohanes 20:19-23

Diutus untuk bersaksi

Judul: Diutus untuk bersaksi

Malam pada hari kebangkitan-Nya, Yesus tiba-tiba hadir di tengah-tengah para murid untuk mengutus mereka supaya mereka menyatakan keselamatan bagi umat manusia (ayat 21-23). Bagaimana mungkin, murid-murid Yesus yang baru saja melarikan diri ketika Ia ditangkap dan dibunuh, dan yang sekarang sedang ketakutan terhadap orang-orang Yahudi sehingga mereka harus mengunci pintu rapatrapat, bisa menjadi wakil Yesus menyatakan pengampunan dosa bagi manusia (ayat 19)?

Jawabannya ada pada kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka yang menerobos segala keterbatasan. Ia hadir bukan untuk menegur sikap pengecut mereka yang melarikan diri dan meninggalkan-Nya saat Ia di salib. Yesus hadir untuk menyatakan damai sejahtera bagi mereka (ayat 19b, 21a). Damai sejahtera itu bukan didasarkan pada kondisi iman para murid melainkan pada kehadiran Yesus yang sudah bangkit.

Kehadiran Yesus membuktikan bahwa misi yang mereka emban bukan suatu misi mustahil karena di balik pengutusan itu, Roh Kudus akan berperan aktif. Apa artinya Yesus menghembusi mereka Roh Kudus? Kata menghembusi sama dengan kata yang dipakai Kejadian 2:7, ketika Tuhan Allah "menghembuskan" nafas hidup kepada debu tanah yang dibentuk-Nya menjadi manusia pertama. Artinya, oleh Roh Kudus para murid menjadi lahir baru (band. Yoh. 3:5). Pada hari Pentakosta, apa yang Yesus telah berikan dalam ruang tertutup itu akan dinyatakan secara terbuka kepada orang banyak. Hal itu sekaligus menandakan era Roh Kudus yang memulai misi para murid Yesus dan gereja.

Yesus yang bangkit telah mengutus para murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Dengan kuat kuasa Roh Kudus, gereja sepanjang zaman dan segala tempat akan melanjutkan misi

penyelamatan ini. Hari ini, tugas penginjilan ini diletakkan di pundak kita. Maukah kita menjadi saksi-saksi-Nya?

122

Rabu, 19 April 2006

Bacaan : Yohanes 20:24-31

(19-4-2006)

Yohanes 20:24-31

Sikap kritis dan iman

Judul: Sikap kritis dan iman

Kadang kala iman dihubungkan dengan sikap nrimo dan nonrasional. Percaya atau beriman dipahami sebagai sikap menerima apa saja yang memakai atas nama iman atau Tuhan. Bersikap kritis atau bertanya tentang logika iman Kristen dianggap sebagai sikap tidak percaya.

Paling sedikit penulis Injil Yohanes mencatat dua murid Yesus yang mengambil sikap hati-hati dan kritis terhadap-Nya. Natanael mempertanyakan apakah mungkin muncul sesuatu yang baik dari Nazaret. Ia meragukan Yesus dari Nazaret sebagai Mesias (Yoh. 1:45-46). Tomas bersikap skeptis dengan menyatakan argumennya sebelum melihat dan meraba sendiri lubang paku dan tusukan tombak di tubuh Yesus yang sudah bangkit itu (pasal 20:25b). Marahkah Yesus terhadap pertanyaan dan sikap kritis Natanael dan Tomas? Tidak. Justru sebaliknya, Natanael dipuji-Nya sebagai orang Israel sejati (pasal 1:47). Bahkan Tomas dizinkan-Nya meraba luka-luka di tubuh-Nya. Tomas juga ditantang Yesus untuk menanggalkan ketidakpercayaannya itu dan sebaliknya percaya dan tetap hidup dalam iman (ayat 20:27).

Bagian terakhir ucapan Yesus kepada Tomas dalam ayat 29 ditujukan kepada para pembaca Injil Yohanes pada masanya, juga kepada kita pada masa kini. Kita tidak mungkin lagi bersikap seperti Tomas, meminta pada Yesus untuk melihat dan meraba lubang di tangan dan kaki serta lambung-Nya untuk membuktikan kebangkitan-Nya. Namun, penulis Injil Yohanes menyajikan dalam tulisannya banyak tanda yang diperbuat oleh Yesus sebagai bukti bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Yesus tidak meminta tiap orang untuk beriman tanpa sikap kritis melainkan Ia mendorong setiap orang untuk menguji kebenaran kesaksian para penginjil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) tentang diri-Nya.

Renungkanlah: Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (ayat 29b) karena oleh iman kepada Yesus, mereka memperoleh hidup dalam nama-Nya (ayat 31).

123 Kamis, 20 April 2006 Bacaan : Yohanes 21:1-14

(20-4-2006)

Yohanes 21:1-14

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 120-123)