• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, SERTA LATAR

2.1.1 Tokoh dan Penokohan dalam Drama “Bom Waktu”

2.1.1.9 Camat

Camat merupakan tokoh yang suka menjanjikan sesuatu kepada para penghuni kawasan kumuh. Dia menjanjikan perbaikan untuk kawasan kumuh menjadi tempat yang lebih baik lagi. Namun, di sisi lain sebenarnya Camat menginginkan tempat itu bersih dari kaum urban miskin. Jadi, pembangunan yang akan diadakan di tempat itu sebenarnya bukan ditujukan untuk kesejahteraan kaum urban miskin, tapi justru untuk kesejahteraan orang-orang kelas atas.

(48) CAMAT:

(BERSAMA SEKRETARIS DAN PENGAWAL DI JEMBATAN) Pemandangan ini sunguh luar biasa. Saudara-saudaraku, mengapa nasib kalian seburuk ini? Tinggal di gubuk-gubuk jorok dekat kali, berkubang seperti babi. Oh, saudara-saudaraku, siapa yang seharusnya

peduli pada nasib kalian? Aku hanya bisa memandang, cuma bisa melihat, dan sekarang ini... tak bisa berbuat banyak.

Sapu tangan.... SEKCAM:

(MEMBERIKAN SAPUTANGAN).... CAMAT:

(MENANGIS)

Tapi aku bersumpah, penderitaan kalian harus segera diakhiri, harus. Kandang-kandang jelek ini harus segera diganti dengan bangunan gedung-gedung, flat, apartemen, hotel, kondominium, estat! Aku harus

lapor kepada Pak Bupati, Pak Gubernur, kalau perlu kepada Pak Presiden.

(hlm. 12) Camat juga melakukan peninjauan ke tempat kumuh dan berpura-pura simpati terhadap keadaan memprihatinkan para PSK agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri, yaitu mendapat perhatian dari rakyat kecil. Berawal dari peninjauan ke tempat kumuh ini Camat mulai tertarik untuk menyewa jasa PSK. Camat tertarik

kepada Tarsih, PSK paling cantik di kalangan pelacur yang bertempat tinggal di kawasan kumuh tersebut. Bahkan Camat rela sembunyi-sembunyi hanya untuk menyewa jasa Tarsih.

(49) CAMAT:

Sudahlah, apa Tarsih tidak pernah memikirken masa depan? TARSIH:

(MULAI DENDAM)

Tarsih tidak punya masa depan. Semua orang tahu, kita yang ada di sini tidak punya masa depan. Hanya Bapak dan orang-orang semacam

Bapak saja yang punya masa depan. (BERPUISI)

Pelacur-pelacur kota Jakarta, bersatulah!

(PARA PELACUR BERTEPUK TANGAN. MERIAH) CAMAT:

Lho, kok gitu. TARSIH:

Memang begitu. Bapak masih punya harapan naik pangkat, kalau kerja bagus. Kita? Makin tua umur kita semakin berkurang langganan. Padahal kita terus dipajaki. Padahal kerja setengah mati. Goyang kanan, goyang kiri. Mana dikejar-kejar oleh orang-orang macam Kumis yang sering minta imbalan aneh-aneh. Kalau kita berhenti,

lantas mau kerja di mana? CAMAT:

Banyak bidang pekerjaan. Di pabrik-pabrik, di kantor-kantor. Tidak seharusnya orang secantik kamu bekerja seperti ini.

(hlm. 77-78) (50) ORANG-1:

Kalau bukan, jangan banyak omong. Biar dia yang jawab. Nganggur? Kalau nganggur, majikan saya mau pakai. Kalau memuaskan, jangan

kuatir soal honornya.

(TARSIH MELENGGANG MASUK KE DALAM LEMBAH SUNGAI)

TARSIH: Masuklah.

(ORANG-1 BISIK-BISIK SAMA ORANG-2 YANG SEGERA MENGANGGUK DAN BERJALAN MENGIKUTI TARSIH. ORANG-1, JONGKOK DIAM-DIAM DI SAMPING KASIJAH)

KASIJAH: Kamu sendiri tidak?

ORANG-1:

Diam ah, jangan ganggu aku. KASIJAH:

Siapa kamu sih, pakai kerudung segala kayak dukun beranak. ORANG-1:

Tidak mau diam, kugebuk kamu.

(KASIJAH MAU MARAH TAK JADI. DIA MEMASANG ROKOK DAN PERLAHAN MENGHAMPIRI)

(KETIKA ORANG-1 LENGAH DENGAN SEBAT DIA MENCABUT KERUDUNG ORANG-1. DUA-DUANYA

TERKEJUT) KASIJAH:

Jadi kamu, kamu sekretarisnya Pak Camat. Sekretarisnya Pak Camat. Jadi yang masuk ke sana itu....

ORANG-1:

Kugebuk kamu, kugebuk. KASIJAH:

(LARI-LARI DIKEJAR ORANG-1)

Dia ini sekretarisnya Pak Camat. Dan yang masuk ke sana itu tentu Pak Camat... Ooii, Pak Camat nyabo....

(hlm. 81-82) Camat juga digambarkan sebagai atasan Kumis yang memanfaatkan jabatan untuk mengendalikan orang lain. Dia merasa bahwa Kumis harus benar-benar tunduk

kepadanya dan mengikuti semua yang diperintahkan tanpa kecuali. Semua yang dilakukan oleh Kumis harus sesuai dengan perintah Camat.

(51) CAMAT:

Ini perintah yang wajib kamu jalanken! Pada tanggal 1 bulan Maret, jadi masih tiga bulan lagi, daerah ini akan diperiksa Pak Gubernur.

Pak Gubernur akan datang dikawal Pak Bupati dan Pak Walikota. Bersama rombongan Gubernur, hadir juga dua menteri senior. Saya diperintahken untuk membersihken seluruh daerah ini. Dan sekarang, saya perintahken kamu untuk membersihken seluruh daerah ini. Tanpa

pandang bulu. Beresken gubuk-gubuk liar, sarang pelacuran, tempat judi dan sebangsanya. Bikin rata tanah. Caranya bagaimana, terserah kamu. Yang membangkang, boleh kamu tangkap! Kalau kerja bagus, kamu bisa naik pangkat, naik gaji. Itu saja yang ingin saya kataken.

KUMIS:

Siap, Pak. Tapi ngomong-ngomong apa daerah tempat Tarsih praktek juga di....

CAMAT:

Saya bilang apa tadi? Semuanya! Dan jangan kamu sebut lagi nama itu. Dia sudah bukan Tarsih lagi. Dia sudah insaf lantaran saya. Luar

biasa.

(hlm. 94-95) Pada proses penggusuran kawasan kumuh, Camat terlihat sebagai orang yang tidak mau bertanggung jawab atas nasib para penghuni kawasan kumuh yang menjadi korban penggusuran.

(52) (CAMAT LARI-LARI DIKEJAR ABUNG) CAMAT:

Tolong, sekretaris, pengawal toloooong. Kalau kamu mau tanya jangan tanya sama saya. Sumpah. Saya tidak punya jawaban apa-apa.

Tanya nanti sama Pak Gubernur kalau beliau datang. ABUNG:

Pak Gubernur? Orang yang ada di atas itu? Orang yang kerjanya cuma makan saja?

CAMAT:

Pak Gubernur belum datang. Orang yang di atas yang mana, saya tidak melihat ada orang di atas.

(hlm. 137) Camat berpura-pura tidak tahu tentang rencana penggusuran, padahal perintah penggusuran yang dikerjakan oleh Kumis datangnya langsung dari Camat. Camat melemparkan masalah penggusuran tersebut kepada Gubernur untuk menghindari tanggung jawab terhadap kaum urban miskin.

Melalui penjelasan di atas bisa disimpulkan penokohan tokoh Camat yaitu Camat adalah tokoh yang suka menjanjikan sesuatu kepada para penghuni kawasan kumuh (48). Camat bahkan berpura-pura simpati terhadap keadaan para PSK di kawasan kumuh dan sebagai orang yang sudah beristri tidak malu untuk memakai jasa pelacur (49), (50). Di samping itu, Camat juga digambarkan sering memanfaatkan jabatan untuk mengendalikan orang lain (51). Sewaktu proses penggusuran kawasan kumuh, Camat tidak mau bertanggung jawab atas nasib kaum urban miskin yang menjadi korban penggusuran (52).

2.1.2 Tokoh dan Penokohan dalam Drama “Opera Kecoa” (Trilogi Bagian