• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, SERTA LATAR

2.1.1 Tokoh dan Penokohan dalam Drama “Bom Waktu”

2.1.1.7 Kumis

Kumis, seorang aparat keamanan pemda, bertugas sebagai komandan hansip yang biasa melakukan patroli keamanan di kawasan kumuh dan bekerja sebagai anak buah Camat. Kumis merupakan orang yang takut sekaligus patuh pada atasan. Kumis juga merupakan simbol anak buah yang memanfaatkan situasi untuk mencari untung dari atasan; misalnya dengan mencari keuntungan berupa dana untuk kepentingan pribadi ketika proses penggusuran sedang direncanakan.

Kumis adalah gambaran pihak aparat pemda yang senang menekan anggota kaum urban miskin. Dengan mengatasnamakan diri sebagai pelindung daerah, Kumis mempunyai tugas untuk mengusir secara halus kaum urban miskin dari tempat

tinggal mereka dalam rangka penggusuran kawasan kumuh sebagai bentuk pembangunan.

(38) BLEKI:

Eee, tunggu dulu komandan. Jangan putus asa dulu. Cerita sama Bleki, apa yang merisaukan hati komandan. Tapi ngomong-ngomong, siapa

sih orang yang berkerudung tadi? Kelihatannya, kelihatannya komandan....

KUMIS:

Takut setengah mati? Tentu aku takut setengah mati, dia itu Pak Camat.

(hlm. 91)

(39) CAMAT:

Itu tugas negara yang penting. Tentunya untuk, untuk... wooahh, mana saya tahu. Yang jelas beliau mau meninjau, titik. Itu saja. Dan kamu

harus jalanken perintah saya tadi. Titik. Siap? KUMIS:

Siap, Pak. CAMAT: Kapan mulai kerja?

KUMIS:

Kalau dana operasinya sudah turun, tentu saya akan segera memulainya, Pak. Kan harus ada visibiliti studinya dulu, Pak. Berapa

biayanya, bujet tak terduganya.... CAMAT:

Omong kosong itu. Saya perintahken supaya kamu bertindak jangan sampai lewat minggu ini. Senin depan saya sudah harus terima

laporannya. KUMIS:

Siap, Pak, akan kami kerjakan segera, Pak.

(hlm. 95-96)

(40) KUMIS:

Nah, saya sebagai pelindung daerah ini, akan mencoba bertindak lunak. Saya harap kalian tidak perlu buru-buru pindah. Nenek-nenek dan kakek-kakek kagak perlu gedebukan beres-beres pindahan. Nanti

kalau kepleset, malah bisa koit. Tenang saja. Kita akan tungguin pindahannya sampai orang yang terakhir. Yang perlu bantuan, akan kami bantu. Kita harus saling membantu sesama, ya nggak? Ini bentuk

pengabdian saya sebagai aparat pemda. Tulus dan murni.... (hlm. 104) Kumis merupakan orang yang merasa paling berkuasa di daerah kumuh. Sebagai komandan keamanan di kawasan kumuh, Kumis merasa kedudukannya harus dihormati oleh semua orang, baik para penghuni kawasan kumuh maupun para pelanggan pelacur di kawasan tersebut.

(41) KUMIS:

Apa dehem-dehem. Aku komandan keamanan daerah sini, kalau aku sedang ada urusan sama perempuan ini, kamu boleh minggir. Atau

datang sesudah aku selesai urusan.

(hlm. 89) Kumis termasuk orang yang senang mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Banyak penghuni kawasan kumuh mengetahui watak Kumis yang sering mengambil keuntungan dari orang lain. Kumis seringkali meraup keuntungan dari para penghuni kawasan kumuh yang memiliki posisi lemah. Misalnya dalam kasus ladang Tibal, Kumis tidak hanya menginginkan setoran dari ladang Tibal, tapi Kumis juga memanfaatkan posisi Tibal yang lemah dan mengancam Tibal demi mendapat keperawanan Tuminah.

(42) JULINI:

Nyogok berapa sama si Kumis? TIBAL:

JULINI:

Jangan percaya sama si Kumis. Dia hanya bikin apa yang menguntungkan untuk dirinya sendiri. Hati-hati saja.

(hlm. 69-70)

(43) TIBAL:

Lantas, bagaimana ladang saya yang baru saja ditanami bibit? Tanaman baru bisa dipetik dua bulan kemudian.

KUMIS:

(PURA-PURA TAK MENDENGAR) Ini setorannya?

TIBAL:

Ya, bagian Mas Kumis itu. KUMIS:

Tidak ada tipu-menipu ‘kan? TIBAL:

Ada perinciannya, Mas. Kalau mau lihat, boleh. KUMIS:

Percaya, percaya. (PADA BLEKI)

Bleki, hitung! BLEKI: Apa nih, upeti?

KUMIS:

Hitung saja, jangan banyak tanya. Kamu dapat bagian sepuluh persen. BLEKI:

Siap, Komandan. Segera saya kerjakan. (MENGHITUNG)

TIBAL:

Soal penggusuran itu, Mas. Saya minta keringanan. Kalau boleh, ladang jangan digusur. Gubuk sih tak apa-apa asal jangan ladang.

Boleh, boleh, tapi ada imbalannya. (MEMBERI TANDA)

Sini kubisiki.... TIBAL:

(MENDEKAT. KUMIS BERBISIK. TIBAL MERAH MUKANYA).... KUMIS:

Tuh kan, sudah saya duga pasti marah. Ya sudah tidak jadi. Tapi jangan harap kamu bisa tinggal di sini lagi.

(hlm. 109-111) Kumis adalah anak buah Camat. Dia selalu menyertai kepergian Camat, termasuk ketika Camat melakukan peninjauan ke kawasan kumuh. Dalam kunjungan Camat, sempat terjadi protes dari para PSK. Situasi ini menjadi cukup panas dan demi mengamankan diri sendiri karena tidak ingin disalahkan atas situasi yang sedang terjadi, Kumis mengajak Camat untuk segera mengakhiri acara peninjauan.

(44) TARSIH:

Apa gunanya kalian datang. Meninjau? Untuk apa? Berikan kami kerja yang layak dan dengan sendirinya kami akan berhenti jadi cabo. Jangan cuma ngomong, meninjau, ngomong. Tidak habis-habis.

Diperhatiken, nasib kami diperhatiken, tai babi semuanya. KUMIS:

Pak, lebih baik kita pergi. Suasana sudah panas. Kalau ada apa-apa, nanti saya yang dipersalahkan.

CAMAT:

Diperhatiken, nasib kalian diperhatiken....

(hlm. 79) Kumis juga dikenal para PSK di kawasan kumuh sebagai pengumbar janji. Kumis yang biasa menjadi pemakai jasa PSK ternyata sudah seringkali tidak membayar upah jasa setelah memakai Tarsih. Kumis hanya sekadar berjanji akan

membayar jasa Tarsih padahal Kumis sudah terlalu banyak berhutang. Bahkan ketika hutang-hutangnya belum dilunasi, Kumis dengan tidak sungkan-sungkan masih meminta Tarsih untuk melayaninya.

(45) TARSIH:

(DARI BALIK TANGGUL)

Janji melulu, janji melulu. Apa kamu pikir aku bisa hidup hanya dari janji-janji?

KUMIS:

(DARI BALIK TANGGUL)

Cuma malam ini, besok kalau aku datang lagi, aku kasih kamu empat kali lipat. Sekarang aku tidak bawa uang.

TARSIH:

Besok, besok. Selalu besok. Sudah berapa besok.

(hlm. 57) Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan penokohan tokoh Kumis adalah Kumis merupakan komandan hansip kawasan kumuh yang takut sekaligus patuh kepada atasan, yaitu Camat (38), (39). Kumis mempunyai sifat suka mencari keuntungan untuk diri sendiri (40); merasa paling berkuasa di kawasan kumuh (41); memanfaatkan kelemahan orang lain (42), (43); mencari aman untuk dirinya sendiri (44); dan mengumbar janji (45).