• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian Lainnya Tahun 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

4. Capaian Lainnya Tahun 2020

a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Dari BPK RI untuk Ke-empat kalinya

Di tengah upaya Pemerintah melakukan penanganan pandemi Covid-19, Pemerintah berhasil mempertahankan Opini WTP atas LKPP tahun 2019. Badan Pemeriksa Keuangan kembali memberikan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2019 yang merupakan laporan pertanggunggjawaban Pemerintah atas pelaksanaan APBN tahun anggaran 2019. Opini WTP atas LKPP Tahun 2019 ini tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan BPK kepada Menteri Keuangan sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam penyusunan laporan keuangan. Menteri Keuangan menerima LHP tersebut, setelah BPK menyampaikan secara resmi LHP dimaksud kepada DPR, DPD dan Presiden. Opini WTP atas LKPP Tahun 2019 menunjukkan bahwa pertanggungjawaban Pemerintah atas pelaksanaan APBN TA 2019 dinilai sangat baik oleh BPK, dan diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah serta kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

Opini WTP tahun ini adalah Opini WTP keempat kali yang diterima Pemerintah Pusat dari BPK.

Upaya Pemerintah untuk meraih dan mempertahankan Opini WTP dilakukan melalui

berbagai langkah perbaikan dan peningkatan kualitas serta efektifitas pengelolaan keuangan negara. Langkah tersebut dilakukan antara lain melalui: perbaikan dan penyempurnaan regulasi dan tata kelola; pengembangan dan optimalisasi penggunaan sistem dan teknologi informasi; peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola keuangan; optimalisasi nilai, kualitas dan pemanfaatan aset Barang milik Nega-ra (BMN); dan optimalisasi peNega-ran ApaNega-rat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), mulai dari tahapan perencanaan, penganggaran, pelaksa-naan, hingga tahapan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Opini WTP yang diraih Pemerintah tahun ini menjadi spesial karena pemeriksaan dan penyelesaian laporan keuangan dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Upaya penanganan pandemi berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar, tidak hanya berdampak kepada Pemerintah selaku entitas yang diperiksa (auditee), melainkan juga kepada BPK selaku pemeriksa laporan keuangan (auditor). Penyesuaian pola kerja menjadi Work From Home (WFH) dan pembatasan pertemuan tatap muka (physical distancing), mewarnai proses pemeriksaan dan penyelesaian LKPP. Namun demikian, berbagai dinamika yang terjadi tidak mengurangi semangat untuk penyelesaian seluruh rangkaian pemeriksaan maupun penyelesaian LKPP. Sebaliknya, justru hal ini menjadi pendorong untuk tetap bisa menyajikan LKPP yang andal dan berkualitas. Gambar Presiden

Jokowi saat menerima Opini WTP atas LKPP 2020 dari Kepala BPK RI.

Dengan tetap diraihnya Opini WTP, Pemerintah semakin percaya diri untuk terus berupaya secara optimal memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menggunakan APBN secara efektif untuk mencapai target pembangunan serta menjadikan bangsa Indonesia lebih bermartabat, adil dan makmur.

b. Penyaluran Subsidi Bunga/Subsidi Margin Bagi UMKM Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

para pelaku usaha dari sektor riil dalam menjalankan usahanya yang terdampak pandemi COVID-19. Relaksasi berupa subsidi bunga kredit diberikan selama 6 bulan dengan besaran yang disesuaikan dengan skala usaha UMKM. Melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK 65/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin Untuk Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, pemerintah sekali lagi hadir dan mengambil langkah cepat dan nyata dalam upaya membuat pelaku UMKM dapat terus bertahan.

Tahun 2020, pemerintah telah mengalokasikan dana subsidi bunga KUR sebesar Rp4,97 triliun dan sampai dengan Desember 2020 telah terealisasi sebesar Rp4,88 triliun yang disalurkan oleh 34 lembaga Penyalur. Sedangkan KUR Supermikro yaitu kredit yang ditujukan kepada pekerja yang terkena PHK dan ibu rumah tangga produktif, telah ditargetkan penyaluran sebesar Rp11,3 triliun dan telah terealisasi sebesar Rp7,69 triliun pada 16 lembaga keuangan. Sementara itu Subsidi Bunga Non KUR sampai dengan Desember 2020 telah terealisasi sebesar Rp3,84 triliun dari pagu sebesar Rp 30,5 Triliun. Subsidi Bunga Non KUR ini telah disalurkan oleh 867 Lembaga penyalur yang terdiri atas 4 Bank Himbara, 22 Bank Umum Nasional, 19 BPD+ 4 Unit Usaha Syariah, 10 Perusahaan Pembiayaan, 812 BPR/ S. Realisasi pencairan Subsidi Bunga Non KUR melalui PT Pegadaian adalah sebesar Rp 422 Miliar untuk lebih dari 1,6 juta debitur, dan Realisasi pencairan melalui PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sebesar Rp 1,22 Triliun untuk lebih dari 5,1 juta debitur dan realisasi sebesar Rp 25,39 Miliar melalui 12 koperasi mitra BLU PIP.

Sejak Covid-19 melanda di belahan dunia termasuk Indonesia, perekonomian mulai terdampak secara masif dan signifikan. Untuk itu, pemerintah berupaya merespon cepat untuk penyelamatan sekaligus antisipasi dampak yang lebih besar. Salah satu sektor yang paling rentan terdampak adalah UMKM, sehingga pemerintah mempersiapkan skema dukungan kepada UMKM dalam bentuk subsidi bunga kredit. Subsidi bunga yang diberikan kepada UMKM merupakan salah satu instrumen kebijakan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk mendukung dari sisi supply side (penawaran). Program ini merupakan langkah Pemerintah dalam melindungi, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi

c. Menerima kunjungan Delegasi Accountant General’s Departement Of Malaysia

Modernisasi sistem penerimaan negara adalah mandat yang tidak dapat dinegosiasikan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan, Saiful Islam, saat menerima delegasi study visit dari Accountant General’s Departement of Malaysia yang ingin belajar dari pengalaman Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam pengelolaan keuangan negara khususnya tentang sistem penerimaan negara berbasis teknologi, di ruangan Treasury Premiere Service Jakarta (24/02). Direktorat Jenderal Perbendaharaan dijadikan lokasi tujuan study visit karena dianggap sudah dapat mengaplikasikan sistem penerimaan negara secara elektronik dengan baik menggunakan Modul Penerimaan Negara Generasi ke-3 (MPN G3). “Kami ingin belajar dari yang terbaik,” ucap Norzairin, Senior Assistant Director Accountant General’s Departement of Malaysia.

Seperti diketahui, perjalanan Modul Penerimaan Negara (MPN) telah melalui berbagai tahapan, mulai dari MPN generasi pertama (MPN G1) di tahun 2006 dimana sistem pendapatan pemerintah tersebut masih dalam tahap manual dan belum terintegrasi. MPN G1 selanjutnya digantikan dengan MPN Generasi ke-2 (MPN G2) di ahun 2015 yang dirancang untuk menjadi sistem terpusat dan terintegrasi serta akan bekerja dengan baik bersama dengan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). MPN G2 kini berkembang menjadi MPN Generasi Ke-3 (MPN G3) yang di luncurkan tahun 2019. MPN G3 menawarkan sistem pendapatan pemerintah yang lebih andal, kuat, dan modern dengan penambahan saluran pembayaran dari berbagai instrumen.

Kepada peserta study visit, Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan mengatakan bahwa reformasi bukanlah hal yang mudah. Keberhasilan Indonesia mereformasi sistem manajemen keuangannya saat ini tidak lepas dari dukungan kuat pemangku kebijakan, tim yang berdedikasi dan profesional, kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, serta manajemen perubahan yang kuat.

“Reformasi bukanlah pekerjaan mudah, ini adalah perjalanan yang panjang dan membutuhkan tujuh belas tahun bagi kami untuk menjadi seperti sekarang ini. Kami telah melewati berbagai tantangan, keengganan, bahkan penolakan” ungkap Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan.

d. Optimalisasi Pelaksanaan Pembinaan Serta Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L Untuk Pengawalan Pelaksanaan APBN Dan Capaian Output Belanja Prioritas Nasional Tahun 2020

Sebagai implementasi atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga, dilaksanakan upaya pengawalan dan peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran melalui penyusunan spending review (SR), perumusan langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran Tahun 2020, reviu pelaksanaan anggaran, dan evaluasi pelaksanaan anggaran. Pada Tahun 2020, kegiatan-kegiatan tersebut difokuskan pada program prioritas nasional yang menjadi perhatian pemerintah dan presiden, termasuk untuk mengawal belanja belanja priotitas K/L yang sebagian besar digunakan dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19.

Dalam rangka mendorong peningkatan Value for Money, khususnya pada Belanja Pemerintah yang dilaksanakan oleh K/L, telah dilaksanakan SR tahun 2020 yang meliputi 2 aspek, yaitu review efisiensi dan review efektivitas. Hasil review disampaikan untuk kebutuhan eksternal dan internal DJPb. Untuk eksternal, hasil review disampaikan kepada DJA untuk masukan perbaikan penganggaran periode selanjutnya. Untuk keperluan internal DJPb, review efisiensi diarahkan untuk (1) Monitoring dan memastikan pelaksanaan kegiatan dan monitoring penyerapan belanja, (2) Penyediaan alokasi belanja dan kecukupan kas, dan (3) Memastikan value for Money Belanja (Kualitas Belanja). Pada SR 2020, aspek efektivitas dilakukan dengan melihat keterkaitan antara realisasi belanja dengan capaian output belanja, untuk menilai apakah belanja Pemerintah disalurkan secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat penerima sehingga dampak/manfaat dari belanja tersebut dapat dirasakan masyarakat secara optimal.

Dalam Spending Review Efektivitas, analisis dilakukan tidak hanya dari sisi penyaluran atau administrasi pengelolaan keuangan, namun spesifik berbasis output belanja K/L dan mengaitkan dengan berbagai sasaran/target yang ada selaras dengan concern berbagai pihak untuk mengetahui bagaimana capaian output dan outcome program pemerintah.

Dalam beberapa tahun terakhir, DJPb telah secara khusus melihat pentingnya monitoring atas capaian output dan secara aktif mendorong penataan kembali struktur/nomenklatur program, kegiatan, output belanja yang lebih mencerminkan realisasi belanja dan mendukung implementasi penganggaran ber-basis kinerja. Concern tersebut pertama kali disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam penyam-paian hasil SR Efektivitas 2018, dan diangkat kembali pada Rapim BA 015 Kemenkeu di awal tahun 2019 dan Rapim Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) di akhir tahun 2019. Sebagai hasilnya, Kementerian Keuangan telah menginisiasi dan menyusun Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) yang secara masif merubah struktur belanja dalam upaya peningkatan keselarasan perencanaan-penganggaran dan peningkatan kualitas belanja. Selanjutnya, dengan implementasi RSPP di tahun 2021, DJPb akan lebih siap dalam mengawal implementasi RSPP menggunakan hasil-hasil review beberapa tahun terakhir.

Dengan semangat koordinasi, DJPb telah bersinergi secara intensif dengan DJA untuk menyamakan perspektif review baik dari sisi obyek, jenis dan evaluasi belanja yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan manfaat hasil review sekaligus meningkatkan sinergi antar tahapan baik

tahapan perencanaan, tahapan penganggaran, dan tahapan pelaksanaan anggaran. Untuk SR Efektivitas 2020, evaluasi dilakukan atas eksekusi belanja selama tahun anggaran berlangsung di tahapan pelaksanaan anggaran tentunya bermanfaat sebagai feedback untuk perbaikan perencanaan dan penganggaran periode selanjutnya. DJPb menyampaikan hasil Review Efektivitas ini kepada DJA sebagai salah satu masukan untuk Evaluasi Kinerja Anggaran yang selanjutnya digunakan dalam mempersiapkan perumusan Arah Kebijakan, Sasaran, Tema dan Prioritas Nasional 2021. Sementara itu, SR Efisiensi dilakukan dengan review atas angka kebutuhan ideal belanja K/L. DJPb menyampaikan hasil Spending Review atas aspek efektivitas kepada DJA sebagai salah satu masukan untuk kebutuhan tinjau ulang (review) angka dasar dalam rangka penyusunan pagu indikatif Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Review Efisiensi dilakukan terhadap 4 kelompok output, yaitu output cadangan, operasional, generik, dan teknis. Selanjutnya, DJPb menggunakan hasil review efisiensi tersebut untuk mendorong Satker dalam efisiensi belanjanya.

Selain melalui SR, dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas belanja (spending better) dan mewujudkan percepatan pelaksanaan program/kegiatan pada tahun 2020, sebelum tahun anggaran dimulai, diterbitkan Surat Menteri Keuangan S-837/MK.05/2019 hal Langkah-langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran (LLSPA) K/L Tahun Anggaran 2020. Terdapat beberapa poin penting yang menjadi penekanan dalam langkah-langkah strategis tersebut, yaitu: (1) Pelaksanaan reviu atas DIPA dan pengajuan usulan revisi DIPA di awal tahun terutama bagi K/L yang mengalami perubahan sehubungan dengan pembentukan Kabinet Indonesia Maju; (2) Peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran; dan (3) Peningkatan kinerja pelaksanaan anggaran berdasarkan penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA). Dalam rangka memastikan langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran dilaksanakan dan dijalankan K/L secara optimal, secara periodik dilakukan kegiatan penyusunan Reviu Pelaksanaan Anggaran dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dengan melibatkan pihak K/L melalui one on one meeting.

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut, telah disiapkan tools evaluasi berupa Indikator Kuali-tas Pelaksanaan Anggaran (IKPA) sesuai PER-4/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L. Sesuai ketentuan tersebut, mulai tahun 2020, pengukuran IKPA telah disempurnakan dan diperluas menjadi 13 indikator, dengan menambahkan konfirmasi capaian output. Untuk kemudahan, perhitungan IKPA dilakukan dan ditampilkan secara otomatis pada aplikasi Online Monitoring SPAN (OMSPAN). Bahkan, sebagai bagian dari upaya perbaikan sistem monev kinerja anggaran melalui implementasi Single Budget Monitoring System sebagai Single Source Of Truth untuk monitoring, yang juga merupakan salah satu milestone dalam IS RBTK #14 (Integrasi Proses Bisnis Perencanaan dan Penganggaran), dilakukan proses integrasi data penilaian Indikator Kualitas Pelaksanaan Anggaran (IKPA) dan Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) melalui melalui pertukaran data (data interchange) antara aplikasi OMSPAN DJPb dan SMART DJA.

Di tengah Tahun 2020, saat situasi pandemi Covid-19 mulai hadir, diterbitkan beberapa kebijakan pelaksanaan anggaran sebagai respon dalam rangka membantu pelaksanaan penanganan pandemi Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN). Beberapa kebijakan yang diterbitkan tersebut bersifat relaksasi terhadap mekanisme pelaksanaan anggaran dan pembayaran yang berlaku secara umum dan diharapkan dapat mengakselerasi pelaksanaan anggaran, seperti:

1. Simplifikasi mekanisme/proses pelaksanaan komitmen dan alokasi belanja, berupa kebijakan yang mengatur bahwa dalam rangka PC-PEN, PA/KPA dapat melakukan perikatan walaupun dana tidak tersedia/cukup tersedia dalam DIPA.

2. Simplifikasi mekanisme/proses pelaksanaan pembayaran APBN, berupa kebijakan yang mengatur bahwa: (1) pembayaran dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima setelah rekanan menyam-paikan jaminan; (2) mekanisme pembayaran dapat dilakukan dengan mekanisme LS atau TUP; (3) relaksasi pembayaran TUP untuk keperluan operasional dan Nonoperasional serta dapat dipergunakan untuk pembayaran pekerjaan kontraktual.

3. Kemudahan penyampaian SPM ke KPPN untuk percepatan pencairan dana berupa penyampaian SPM secara elektronik melalui e-SPM serta pengaturan batas dan persyaratan penyampaian spm yang lebih longgar.

Bahkan, untuk mengawal pelaksanaan program PC-PEN secara lebih optimal, maka pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran (Monev PA) K/L dilakukan secara lebih intensif, melalui:

1. Pemantauan secara harian/regular melalui koordinasi dengan K/L pengelola belanja PEN.

2. Penyusunan laporan rutin progress pelaksanaan belanja PEN dan penanganan Covid (2 kali per minggu).

3. Melakukan one-on-one meeting dengan K/L (EPA) secara bulanan dalam rangka mendorong akselerasi belanja dan debottlenecking pelaksanaan belanja PEN. Sejak Agustus 2020, bahkan EPA dilakukan secara bulanan.

4. Melakukan survey atas pelaksanaan program PEN, seperti; (i) Survei bansos Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT); serta (ii) Survei insentif tenaga Kesehatan.

Melalui sarana monev PA K/L tersebut di atas, dibahas capaian kinerja pelaksanaan anggaran yang diukur dengan menggunakan IKPA, isu-isu strategis pelaksanaan anggaran, tantangan/permasalahan teknis yang teridentifikasi dan dihadapi K/L dalam rangka pelaksanaan program/kegiatan maupun optimalisasi penyerapan anggaran serta pencapaian target outputnya.

Berbagai upaya yang dilakukan sepanjang tahun 2020 memberikan hasil yang positif terhadap kualitas pelaksanaan anggaran belanja K/L. Meskipun di tahun 2020 dihadapi berbagai ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang berakibat pada pembatasan sosial yang menghambat berbagai kegiatan, keterbatasan resource, dan perubahan alokasi keuangan yang menyertainya, realisasi belanja dan capaian output K/L tetap dapat tercapai dengan cukup baik. Hal tersebut turut berkontribusi pada upaya menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi serta percepatan pemulihan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19.

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi APIP