• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Lanjut atas Evaluasi APIP B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

Halaman ini sengaja dikosongkan

A. Tindak Lanjut atas Evaluasi APIP B. Revitalisasi Manajemen Kinerja DJPb

Implementasi SAKIP DJPb pada tahun-tahun sebelumnya telah dievaluasi setiap tahunnya oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP. Di dalam laporan tersebut terdapat beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti DJPb dalam rangka melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas dalam implementasi SAKIP di Lingkungan DJPb. Beberapa rekomendasi Itjen atas implementasi SAKIP DJPb tahun 2019 dan tindak lanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun mekanisme untuk mengidentifikasi pejabat yang berprestasi dengan memenuhi target kinerja dan yang tidak mencapai target kinerja. Atas pejabat yang tidak mencapai target kinerja agar dapat diusulkan untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian khususnya yang terkait dengan pencapaian target kinerjanya.

Melalui ND-3730/PB.1/2020, DJPb telah menyampaikan masukan atas rancangan Surat Edaran mengenai Pelaksanaan Pembinaan Kinerja di lingkungan kementerian Keuangan, kepada Biro SDM Setjen:

 Pada point penjelasan atas Sasaran Bimbingan Kinerja dan Konseling Kinerja ditujukan kepada pegawai Kementerian Keuangan yang memiliki Target Kinerja, DJPb memberikan masukan agar sasaran bimbingan kinerja dan konseling kinerja agar lebih spesifik karena tidak semua pegawai memerlukan konseling kinerja. Misalnya spesifik diutamakan terhadap para pegawai yang memiliki kinerja kurang optimal (tidak mencapai target atau Nilai Perilaku rendah)  Untuk mendapatkan sasaran yang lebih spesifik sebagaimana tersebut di atas, perlu

ditambahkan ketentuan terkait mekanisme bagi unit kerja untuk melakukan identifikasi status kinerja para pegawai (berprestasi atau kinerja kurang optimal atau lainnya).

 Usulan pengadaan mekanisme dimaksud mengingat Keputusan Menteri Keuangan 590/ KMK.01/2016 tentang Pedoman Dialog Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan dan SE tersebut disusun oleh Setjen untuk menyempurnakan pengaturan e-performance & modul Dialog Kinerja Individu (DKI) yang menginduk ke HRIS yang seharusnya diatur terpusat untuk Kemenkeu.

 Adapun berdasarkan informasi Biro SDM Setjen, SE dimaksud saat ini dalam proses penetapan. Untuk DJPb sendiri telah diupayakan penyampaian panduan langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja melalui ND-2036/PB.1/2020 yang di antaranya (prinsip SFO No. 4, Kondisi No. 6) dengan action plan:

1) Penugasan pengembangan kompetensi melalui bimtek atau diklat didasarkan antara lain pada analisis kebutuhan diklat dan pencapaian kinerja pegawai.

2) Melakukan peningkatan kompetensi dasar terhadap pegawai yang kualitasnya masih kurang.

2. Terus berupaya melakukan upaya inovasi dan reformasi untuk dapat mencapai peningkatan IKU melebih 110% dari IKU tahun sebelumnya.

Dalam hal ini DJPb telah menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja Ditjen Perbendaharaan tahun 2020.

Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan kinerja pada seluruh unit lingkup Ditjen Perbendaharaan, telah diminta kepada seluruh pimpinan unit lingkup DJPb untuk melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memimpin secara aktif dalam merumuskan, eksekusi, dan monitoring strategi/kinerja di unit kerja masing-masing.

b. Meningkatkan intensitas dan inovasi proses internalisasi visi, Misi, peta strategi, IKU, inisiatif startegis, dan nilai-nilai organisasi kepada internal seluruh pegawai maupun pihak eksternal. c. Memonitor dan mengevaluasi secara rutin progress implementasi langkah-langkah peningkatan

kualitas pengelolaan kinerja di unit kerja masing-masing.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas capaian IKU, setiap periode laporan telah diterbitkan panduan kepada seluruh unit secara triwulan berupa Nota Dinas perihal Pengelolaan Kinerja Periode Triwulan berkenaan.

3. Menyusun rencana launching dan penerapan aplikasi INTENSE. Dalam hal kebijakan WFH dan kondisi pandemi covid-19 masih berlanjut, seyogyanya DJPb dapat mengkonsepkan kegiatan launching secara virtual.

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan akuntabilitas pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan DJPb, telah diimplementasikan Aplikasi Integrated Treasury Performance System Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Aplikasi Intense DJPb).

Aplikasi tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengelola data pengelolaan kinerja yang memiliki keterkaitan secara berjenjang antar level unit, sehingga terbentuk data konsolidasi perhitungan Nilai Kinerja Organisasi secara akurat dan otomatis, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 467/MK.1/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan

Aplikasi (INTENSE) DJPb ini di launching pada bulan Agustus 2020, sebagaimana ND Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor ND-2375/PB.1/2020 tgl 5 Agustus 2020 hal Pelaksanaan Implementasi Aplikasi Integrated Treasury Performance System (INTENSE) DJPb.

4. Menyusun mekanisme monitoring target kinerja bagi eselon III dan IV serta mendokumentasikan hasil monitoring dan tindak lanjutnya

Dalam rangka menunjang pencapaian target kinerja dan meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb, telah disusun mekanisme monitoring target kinerja untuk Kemenkeu-Three s.d. Four. Mekanisme monitoring target kinerja bagi eselon III dan IV telah disampaikan seluruh unit DJPb melalui Nota Dinas Sekretaris Nomor ND-3915/PB.1/2020.

Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, bahwa seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan, termasuk DJPb, melaksanakan monitoring atas kemajuan capaian kinerja secara triwulanan.

5. Menyusun mekanisme reviu IKU secara internal yang sekurangnya mengatur tentang periode pelaksanaan reviu, PIC terkait, dan proses dokumentasi hasil reviu

Dalam rangka meningkatkan kualitas IKU khususnya tahun 2021 telah disampaikan mekanisme reviu IKU Kantor Pusat DJPb dan Kantor Vertikal DJPb untuk menunjang pencapaian target kinerja dan meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb.

Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, bahwa seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan, termasuk DJPb, melaksanakan monitoring atas kemajuan capaian kinerja secara triwulanan.

6. Berkoordinasi dengan Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Kemenkeu untuk membahas action plan dalam rangka menyelaraskan struktur dan timeline proses penganggaran dengan penyusunan kinerja

Sebagaimana Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.1/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, bahwa untuk mengaktualkan sasaran strategis organisasi diperlukan adanya continuously improvement terhadap penyusunan kontrak kinerja melalui penyempurnaan Kontrak Kinerja.

Dengan demikian, Kontrak Kinerja lingkup DJPb setiap tahun perlu dilakukan penyesuaian agar lebih adaptif terhadap perkembangan proses bisnis dan isu-isu strategis organisasi DJPb yang akan diimplementasikan pada tahun berkenaan.

Dalam rangka menselaraskan sasaran yang ditetapkan dalam dokumen rencana kinerja tahunan dapat diidentifikasi dengan kegiatan dan anggaran, DJPb telah menyusun draft Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb berdasarkan hasil masukan dari unit eselon II lingkup DJPb, serta mengacu pada dokumen Renstra Kemenkeu tahun 2020-2024, Renstra DJPb tahun 2020-2024, dan hasil pembahasan draft Kontrak Kinerja Kemenkeu-Wide, maupun Renja DJPb Tahun 2021.

Selanjutnya, terkait penyelarasan timeline proses penganggaran dan penyusunan Kontrak Kinerja telah disampaikan kepada Biro Cankeu Setjen Kemenkeu melalui Nota Dinas Setditjen nomor ND-3877/PB.1/2020 hal Penyampaian Draft Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPb Tahun 2021.

Selain itu, koordinasi dengan Biro Cankeu Setjen dilakukan melalui pembahasan dalam rapat-rapat terkait pembahasan refinement Kontrak Kinerja 2021, termasuk di antaranya membahas keselarasan Kontrak Kinerja, Renstra, dan Renja, yang melibatkan seluruh unit Eselon I lingkup Kemenkeu.

7. Mengidentifikasi seluruh SS dan IKU pada tahun (Y) yang digunakan sebagai referensi penyusunan Renja tahun (Y+1) dan memastikan bahwa atas SS atau IKU dimaksud telah dapat dikaitkan dengan Renja.

a. Dalam penyusunan Rencana Kerja dan RKA-K/L satker-satker lingkup DJPb telah mengacu pada Sasaran Strategis dan IKU pada Renstra serta dari awal sudah melibatkan pengelola kinerja dan pengelola keuangan.

b. Penyampaian Renja sesuai Pagu Alokasi Anggaran disampaikan kepada pengelola kinerja sebagai bahan rujukan untuk penyusunan perjanjian kinerja dan refinement IKU.

c. Ikut serta dalam melakukan refinement IKU dengan pengelola kinerja.

8. Melakukan upaya inovasi dan reformasi serta upaya pembentukan zona bebas korupsi dan meningkatkan inisiatif pencegahan/pemberantasan korupsi untuk menciptakan kondisi bebas korupsi di lingkungan DJPb yang diakui masyarakat

Dalam hal ini telah terdapat upaya DJPb yang terbukti atau diakui dalam inisiatif pemberantasan korupsi pada lingkungan kerja DJPb yang ditunjukkan pada capaian unsur antikorupsi dalam Survei Penilaian Integritas (SPI) yang mengalami kenaikan terus selama 3 tahun (dari indeks 76,22 pada tahun 2017, 90,51 pada tahun 2018, dan 96,61 pada tahun 2019).

Survei Penilaian Integritas (SPI) dilakukan oleh Itjen bekerja sama dengan UKI dalam rangka mengukur budaya integritas unit di lingkungan Kemenkeu menggunakan metodologi SPI yang diadopsi dari Integrity Assessment KPK. Melalui penilaian integritas dari pihak eksternal dan internal, didapatkan gambaran objektif dan terukur mengenai integritas organisasi di lingkungan Kemenkeu yang dapat memberikan feedback perbaikan dalam penguatan budaya integritas yang lebih terarah dan komprehensif.

Selain itu, salah satu terobosan/inovasi DJPb dalam rangka memperkokoh integritas seluruh pegawai sebagai pengembangan lebih lanjut pembangunan zona integritas dan menjabarkan nilai integritas sesuai amanat dari nilai-nilai Kementerian Keuangan serta pencapaian Roadmap SDM 2019-2030, maka DJPb telah mengembangkan Integrity Framework (Kerangka Penguatan Integritas). Integrity framework merupakan quickwins DJPb 2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2019 tanggal 31 Desember 2019 tentang Kerangka Penguatan Integritas Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tujuan kerangka penguatan integritas DJPb yaitu:

a. Pedoman bagi seluruh pejabat, pegawai dan para pemangku kepentingan dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar terhindar dari korupsi dan pelanggaran integritas lainnya.

b. Memberikan arah dan panduan bagi organisasi dalam mengimplementasikan gerakan antikorupsi di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

c. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan kebijakan yang memenuhi prinsip keadilan dan berdasarkan kepentingan organisasi.

d. Membangun kesadaran dan komitmen pimpinan dan seluruh pegawai dalam upaya penguatan integritas serta menjadikan integritas sebagai pedoman hidup.

e. Menciptakan budaya organisasi yang sehat yang menjunjung tinggi profesionalisme, integritas dan sesuai kode etik yang telah ditetapkan.

f. Mewujudkan penyelenggaraan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Direktorat Jenderal Perbendaharaan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan zero tolerance terhadap korupsi dan pelanggaran integritas lainnya.

Sebagaimana amanat Menteri Keuangan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, bahwa seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan perlu mendorong peningkatan implementasi pengelolaan kinerja secara berkelanjutan. Sebagai salah satu langkah untuk mendorong komitmen pimpinan unit dan seluruh pegawai terhadap peningkatan kualitas pengelolaan kinerja, serta bentuk apresiasi atas kontribusi peningkatan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan DJPb, Manajer Kinerja Organisasi DJPb melaksanakan penilaian terhadap implementasi pengelolaan kinerja di masing-masing unit kerja di lingkungan DJPb.

Penilaian implementasi pengelolaan kinerja tersebut difokuskan terhadap hasil capaian kinerja yang telah direalisasikan, serta pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja berlandaskan Strategy Focused Organization (SFO). Penilaian tersebut dilaksanakan terhadap 2 (dua) parameter sebagai berikut:

1. Nilai kuantitatif pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja (bobot 70%), dengan rincian sebagai berikut:

a. Pemenuhan pelaksanaan prinsip SFO (bobot 70%), yang terdiri atas pemenuhan prinsip I (30%), prinsip II (10%), prinsip III (10%), prinsip IV (25%), dan prinsip V (25%);

b. Pemenuhan dokumen pendukung (bobot 5%); c. Prestasi unit kerja (bobot 5%);

d. Kualitas laporan capaian IKU (bobot 15%);

e. Kualitas penyajian laporan Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja (bobot 5%). 2. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) tahun 2019. (bobot 30%):

Nilai kuantitatif pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dinilai berdasarkan 17 (tujuh belas) action plan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja, yaitu:

1. Menyusun strategi organisasi berdasarkan tools STEP, SWOT, dan TOWS

Unsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan untuk memimpin dan menginisiasi secara langsung penyusunan/identifikasi strategi organisasi dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Kriteria pemenuhan action plan tersebut dalah sebagai berikut:

Tabel 4B.1. Kriteria Penilaian Unsur Pertama Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA

100 Telah disusun strategi organisasi, serta memenuhi kriteria berdasarkan tools STEP, SWOT, dan TOWS.

80 Telah disusun strategi organisasi, tetapi yang memenuhi kriteria hanya berdasarkan tools STEP dan SWOT. 60 Telah disusun strategi organisasi, tetapi yang memenuhi kriteria hanya berdasarkan tools STEP. 40 Telah disusun strategi organisasi, tetapi belum memenuhi kriteria berdasarkan tools STEP, SWOT, dan TOWS.

2. Melaksanakan dan menghadiri rapat untuk membahas Peta Strategi, IKU, Inisiatif Strategis, Penetapan target dan Manual IKU-nya

Unsur ini dinilai dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di masing-masing unit, salah satunya dengan kehadiran kepala kantor dalam memimpin rapat untuk membahas draft template Peta Strategi, IKU, Manual IKU, perumusan Inisiatif Strategis yang memadai di masing-masing unit. Kriteria pemenuhan action plan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4B.2. Kriteria Penilaian Unsur Kedua Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

3. Melaksanakan dan menghadiri DKO secara rutin untuk membahas isu-isu strategis organisasi dan mengevaluasi capaian IKU, proyeksi capaian, dan merumuskan langkah tindak lanjutnya.

Action plan ini dalam rangka mendorong komitmen pimpinan terhadap pengelolaan kinerja di masing-masing unit, salah satunya melalui kehadiran kepala kantor untuk memimpin DKO monitoring dan evaluasi capaian IKU secara periodik serta langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada periode mendatang dalam rangka mengoptimalkan pencapaian target IKU.

Sebagaimana Keputusan Menteri Keuangan Nomor 590/KMK.01/2016 tentang Pedoman Dialog Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan, dokumen kelengkapan Dialog Kinerja Organisasi adalah sebagai berikut:

a. Kerangka Acuan Dialog Kinerja (KADK); b. efektivitas waktu Dialog Kinerja;

c. Kuesioner umpan balik pelaksanaan Dialog Kinerja; d. Risalah Rapat (Notula) Dialog Kinerja;

e. Matriks Tindak Lanjut Dialog Kinerja.

Tabel 4b.3. Kriteria Penilaian Unsur Ketiga Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

NILAI KRITERIA

100 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah didukung dokumentasi secara memadai, yaitu nota dinas/undangan, daftar hadir, notulen, dan dokumentasi foto.

75 Telah dilaksanakan rapat pembahasan dan dihadiri oleh kepala kantor, tetapi rapat tersebut tidak didukung dokumentasi secara memadai.

50 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor. Rapat tersebut telah didukung dokumentasi secara memadai.

25 Telah dilaksanakan rapat pembahasan, tetapi tidak dihadiri oleh kepala kantor, serta tidak didukung dokumentasi secara memadai. 0 Rapat pembahasan tidak dilaksanakan.

NILAI KRITERIA

100

Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal satu bulan sekali dan selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai yaitu nota dinas/ undangan, daftar hadir, dokumen kelengkapan DKO sebagaimana 590/KMK.01/2016, dan dokumentasi foto.

90 Telah dilaksanakan DKO secara rutin, minimal satu bulan sekali dan selalu dihadiri oleh kepala kantor. Namun, DKO tersebut tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

80 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal satu bulan sekali, namun tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai. 70 Telah dilaksanakan DKO secara rutin minimal satu bulan sekali, namun tidak selalu dihadiri oleh kepala kantor dan tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.

60 Telah dilaksanakan DKO secara Triwulanan dan selalu dihadiri oleh kepala kantor. DKO tersebut selalu didukung dokumentasi secara memadai. 50 Telah dilaksanakan DKO secara Triwulanan dan selalu dihadiri oleh kepala kantor. Namun, DKO tersebut tidak selalu didukung dokumentasi secara memadai.