• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Inisiatif Peningkatan Kinerja DJPb

D. Kinerja Lainnya

-- -- - - -

-- -- -- -- - --

Uraian mengenai IKU tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) bertujuan menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan daya keuangan negara serta posisi keuangan pemerintah. Dengan mengetahui opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LKPP, dapat diketahui tingkat transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara sehingga dapat dijadikan pedoman bagi para pengguna untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan politik. Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks Opini BPK atas LKPP dan LKBUN bertujuan menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara.

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Dengan mengetahui opini BPK atas LKPP dan LK BUN, dapat diketahui tingkat transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi para pengguna untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan politik. Opini BPK didasarkan pada 4 (empat) kriteria, yaitu:

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

2. Kecukupan pengungkapan sesuai dengan pengungkapan yang diatur SAP 3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

4. Efektivitas sistem pengendalian intern

Untuk mengetahui tingkat pemenuhan realisasi terhadap targetnya, indeks pengukuran LKPP dan LK BUN tersebut menggunakan skala pengukuran 1 sampai 4 dengan keterangan sebagai berikut:

Tabel 3A.4 Indeks pengukuran LKPP dan LK BUN

Indeks opini tersebut dapat diperoleh dengan sumber data dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas LKPP Tahun 2019 (pemeriksaan dilakukan tahun 2020). Melalui nilai indeks tersebut (realisasi capaian), dapat diketahui apakah capaian untuk IKU tersebut pada tahun 2020 telah memenuhi target yang telah ditetapkan. Terkait dengan pengukuran IKU tersebut tahun 2020, polarisasi data ditetapkan menggunakan maximize (semakin tinggi realisasi terhadap target, semakin baik capaian kinerjanya). Dalam hal ini, semakin sedikit temuan BPK atas LKPP, semakin tinggi nilai indeks opininya, sehingga diharapkan laporan keuangan yang dibuat semakin transparan dan akuntabel. Indeks opini BPK atas LKPP dilaporkan pada triwulan II tahun 2020 dengan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).

1a-CP

BPK atas LKPP

Indeks Keterangan

1,00 Tidak Wajar (TW/Adverse)

2,00 Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer)

3,00 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan 4 permasalahan (temuan) atau lebih 3,25 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan 3 permasalahan (temuan)

3,50 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan 2 permasalahan (temuan) 3,75 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan 1 permasalahan (temuan) 3,90 Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP DPP) 4,00 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

-- -- -- - - - - - - - -

Ditunjukkan pada tabel tersebut bahwa selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 mendapatkan opini Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer), dan dalam kurun waktu 2009 -2015 LKPP mendapatkan opini WDP, namun sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 LKPP untuk keempat kalinya mendapat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

Dalam hal pemenuhan target IKU sebagaimana ditetapkan pada Kontrak Kinerja Kementerian Keuangan setiap tahunnya, Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 dan 2020-2024, dan RJPMN Tahun 2015-2019 dan 2020-2024, perbandingan capaian IKU tersebut dari tahun 2017 hingga 2020 ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 3A.7 Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2020

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, untuk tahun 2020, realisasi IKU Indeks opini BPK atas LKPP telah memenuhi target yang telah ditetapkan, baik pada Kontrak Kinerja Kementerian Keuangan Tahun 2020, maupun pada Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024 (untuk tahun 2020) dan RPJMN Tahun 2020-2024 (untuk tahun 2020). Ditunjukkan pula bahwa realisasi IKU tersebut sejak tahun 2017 juga telah memenuhi target yang ditetapkan.

Secara keseluruhan, melalui LHP BPK atas LKPP Tahun 2019 ditunjukkan pada pemeriksaan atas setiap diLKBUN dan LKKL diketahui bahwa:

1. 84 LKKL dan 1 LKBUN (97% LK entitas yang diperiksa) memperoleh WTP; 2. 2 LKKL (2% LK entitas yang diperiksa) memperoleh opini WDP;

3. 1 LKKL (1% LK entitas yang diperiksa) mendapatkan opini TMP.

Meskipun masih terdapat opini WDP dan TMP pada 3% entitas yang diperiksa (K/L), hal tersebut tidak berpengaruh secara material pada LKPP Tahun 2019. Satu LKKL tahun 2019 yang mendapatkan opini TMP, yaitu Badan Keamanan Laut Republik Indonesia. Rincian jumlah LKKL dan LKBUN yang mendapatkan opini WTP, WDP, TMP, dan TW dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 3A.8 Rincian opini LKKL dan LKBUN

TARGET/REALISASI 2017 2018 TAHUN IKU 2019 2020 IKU: Indeks jumlah LK-KL dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik

Target IKU pada RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 3,5 3,6 3,6 3,6 Target IKU pada Renstra Kemenkeu 2015-2019 dan

2020-2024 3,5 3,6 3,6 3,6

IKU: Indeks opini BPK atas LKPP

Target IKU pada Kontrak Kinerja (KK) Kementerian

Keuangan 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP)

Realisasi IKU 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP)

TAHUN LKKL dan LKBUN

Opini 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2019 WTP (K/L: 62; 69 BUN: 7) 65 (K/L: 65) (K/L: 62) 62 (K/L: 56) 56 74 (K/L: 73; BUN: 1) 80 (K/L: 79; BUN: 1) 82 (K/L:81; BUN: 1) 85 (K/L: 84; BUN: 1) 85 (K/L: 84; BUN: 1) WDP (K/L: 21; 22 BUN: 1) 19 (K/L: 18; BUN: 1) 18 (K/L: 17; BUN: 1) 26 (K/L: 25; BUN: 1) 8 (K/L: 8) (K/L:6) 6 (K/L: 4) 4 (K/L: 4) 4 (K/L: 2) 2 TMP (K/L: 3) 3 (K/L: 3) 3 (K/L: 7) 7 (K/L: 4) 4 (K/L: 6) 6 (K/L: 2) 2 (K/L: 1) 1 (K/L: 1) 1 (K/L: 1) 1 TW 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Secara grafik, perkembangan jumlah LKKL dan LKBUN (LK) untuk setiap jenis opini dari laporan tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 ditunjukkan sebagai berikut:

Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik tersebut, diketahui sebagai berikut:

1. Sejak LKKL dan LKBUN (LK) tahun 2010 sampai dengan tahun 2019, jumlah LK yang mendapatkan opini WTP selalu menjadi yang tertinggi dibandingkan LK yang mendapatkan opini WDP dan TMP; 2. Jumlah LK beropini WTP tahun 2019 (85 LK) merupakan prosentase tertinggi dibandingkan jumlah

LK beropini WTP tahun-tahun sebelumnya;

3. Jumlah LK beropini WDP tahun 2019 (2 LK) menurun (turun 50%) dari jumlah LK beropini WDP tahun 2018 (4 LK);

4. Jumlah LK beropini TMP tahun 2019 (1 LK) sama dengan jumlah LK beropini TMP tahun 2018 (1 LK).

Dengan demikian, secara umum terdapat peningkatan atas kualitas LKKL dan LKBUN tahun 2019 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dicerminkan dari opini BPK atas setiap laporan tersebut. BPK menilai Pemerintah telah menindaklanjuti rekomendasi permasalahan yang ada pada Tahun 2019. Pemerintah telah menyelesaikan TDK (Transaksi dalam Konfirmasi) dengan membangun single database melalui e-rekon dan sistem penyusunan LKPP yang lebih baik, sehingga pada LKPP Tahun 2018 dan 2019 tidak terdapat TDK. BPK berpendapat LKPP Tahun 2019 secara umum telah menyajikan secara wajar untuk seluruh aspek yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemeritahan (SAP). Namun demikian, masih terdapat beberapa temuan dalam hal Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Perundang-undangan yang rekomendasinya akan ditindaklanjuti oleh pemerintah, tetapi dijelaskan oleh BPK bahwa temuan tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap kewajaran LKPP Tahun 2019. Beberapa temuan dimaksud dalam hal Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan dimaksud adalah sebagai berikut:

A. Temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI)

53 67 69 65 62 56 74 79 82 85 29 18 22 19 18 25 8 6 4 2 2 2 3 3 7 4 6 2 1 1 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 20 19 Tahun Laporan WTP WDP TMP TW

No Uraian temuan Siklus

1

Terdapat Penggunaan Rekening Pribadi untuk Pengelolaan Dana yang Bersumber dari APBN, Saldo Kas Tidak Sesuai dengan Fisik, Sisa Kas Terlambat/ Belum Disetor dan Penggunaan Kas yang Tidak Dilengkapi Dokumen Pertanggungjawaban pada 34 Kementerian/Lembaga

Aset 2 Terdapat Ketidaksesuaian Pencatatan Persediaan dengan Ketentuan pada 53 Kementerian/Lembaga

3 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern dalam Penatausahaan Piutang Perpajakan pada DJP serta Pengelolaan dan Penatausahaan Piutang pada DJBC Belum Optimal 4 Penghapusan Piutang Negara atas Pemberian Pinjaman yang Seharusnya Menjadi Kewenangan Presiden Dilaksanakan Tidak Sesuai Ketentuan

5 Pengelolaan Piutang BUN yang Berasal dari Pinjaman Dana Antisipasi Penanganan Luapan Lumpur Sidoarjo kepada Lapindo Brantas Inc. dan PT Minarak Lapindo Jaya Belum Memadai

No Uraian temuan Siklus

6

Penyajian Akun-Akun LKPP Tahun 2019 terkait Penyertaan Modal Pemerintah pada PT Asabri (Persero) dan Nilai Akumulasi Iuran Pensiun yang dikelola PT Asabri (Persero) Belum didukung Laporan Keuangan PT Asabri (Persero) Tahun 2019 (Audited) dan Kewajiban Pemerintah Selaku Pemegang Saham Pengendali PT Asabri (Persero) Sebagaimana Diatur UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian Belum Diukur/Diestimasi

Aset 7

Akun-Akun terkait Investasi Permanen PMN LKPP 2019 (Audited) Belum didukung Laporan Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2019 (Audited) dan Kewajiban Pemerintah Selaku Pemegang Saham Pengendali PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Sebagaimana Diatur UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian Belum Diukur, Diestimasi, dan Dilaporkan

8 Terdapat Pencatatan Ganda atas Aset Sebesar Rp1,47 Triliun yang Diakui Sebagai Aset Tetap pada LK PTNBH Universitas Indonesia Tahun 2019 dan Persediaan pada LK Kemenristekdikti Tahun 2019

9 Proses PMN atas Pengembalian Aset BPYBDS Jaringan Gas dan SPBG dari PT Pertamina (Persero) kepada Kementerian ESDM sebesar Rp3,68 Triliun Berlarut-larut

10 Penyajian Hasil Perbaikan Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 pada LKPP Audited Tahun 2019 Tidak Akurat;

11 Pengendalian atas Pengelolaan Aset Tetap pada 77Kementerian/Lembaga Belum Memadai Berdampak AdanyaSaldo BMN yang Tidak Akurat serta Penatausahaan danPencatatan Aset Tetap yang Tidak Sesuai Ketentuan;

12

Hasil Identifikasi Pemerintah atas Akun-Akun terkait Transaksi Konsesi Jasa Berdasarkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengaturan Konsesi Jasa Belum Didukung denganPernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) dan Dokumen Sumber yang Memadai

13 Pengendalian atas Pengelolaan Aset Tak Berwujud pada 32 Kementerian/Lembaga Belum Memadai Berdampak Adanya Saldo BMN yang Tidak Akurat serta Penatausahaan dan Pencatatan Aset Tak Berwujud yang Tidak Sesuai Ketentuan 14 Pengendalian atas Pencatatan Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Belum Memadai;

15 Pengelolaan DJKN atas Aset yang Berasal dari Pengelolaan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Belum Memadai;

16

Pengungkapan Kewajiban Jangka Panjang atas Program Pensiun pada LKPP Tahun 2019 Sebesar Rp2.876,76 Triliun belum didukung Standar Akuntansi dan Perhitungan Aktuariayang Akurat, serta Terdapat Potensi Kewajiban Pemerintah atas Unfunded Past Service Liability (UPSL) Tunjangan Hari Tua(THT) PT Asabri (Persero) yang Belum Ditagihkan;

Kewajiban 17

Barang Milik Negara Sebagai Underlying Asset Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Belum Mencerminkan Nilai Wajar Aset SBSN Termutakhir dan Berpotensi Tidak Mencukupi Nilai SBSN yang Diterbitkan

18 Kewajiban Pemerintah Kepada PT Pertamina (Persero) atas FeePenjualan Migas Bagian Negara Belum Dapat Diukur Dengan Andal;

19 Pencatatan Saldo dan Mutasi Utang Kelebihan Pembayaran Pajak Masih Belum Akurat

20

Penyajian Aset yang Berasal dari Realisasi Belanja dengan Tujuan untuk Diserahkan Kepada Masyarakat sebesar Rp44,20 Triliun pada 34 K/L Tidak Seragam, serta Terdapat Permasalahan Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Realisasi Belanja dengan Tujuan untuk Diserahkan Kepada Masyarakat yang tidak Sesuai Ketentuan

Belanja 21 Kebijakan Penyelesaian Kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Listrik Belum Didukung dengan Mekanisme Penganggaran yang Memadai

22 Pemanfaatan Sisa Anggaran Belanja Subsidi untuk Penyelesaian Kurang Bayar Subsidi Belum Optimal;

23 Pengalokasian Dana Alokasi Umum Tambahan pada APBN TA 2019 Sebesar Rp6,50 Triliun Tidak Selaras dengan UU Nomor 33 Tahun 2004

24 Perhitungan Alokasi Transfer Daerah pada 11 Bidang/Subbidang DAK Fisik Belum Didukung Dokumentasi dan Penjelasan yang Memadai dari K/L Teknis

25 Pengelolaan Dana Desa Belum Sepenuhnya Sesuai dengan Ketentuan dan Belum Dilaksanakan secara Memadai

26 Skema Pengalokasian Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pengadaan Tanah PSN pada Pos Pembiayaan Masih Sama Dengan TA 2018 Mengakibatkan LKPP Tahun