• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketepatan Sasaran, yang diukur berdasarkan hasil survei atas pencapaian sasaran investasi BUMN, investasi Pemda/BUMD, dan Penyaluran UMi

Bab IV Inisiatif Peningkatan Kinerja DJPb

B. Temuan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

2. Ketepatan Sasaran, yang diukur berdasarkan hasil survei atas pencapaian sasaran investasi BUMN, investasi Pemda/BUMD, dan Penyaluran UMi

N={Penyaluran Investasi} + {Ketepatan Sasaran} (N = Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah)

N={(Devx40%)+(Realx60%)}+{(Investasi BUMN+Investasi Pemda/BUMD)x80%)+(Penyaluran UMix20%)} Penyaluran Investasi = (XN x 50%)+(YN x 40%)+(ZN x 10%)

Keterangan:

XN = Nilai Kualitas Penyaluran Dana Penerusan Pinjaman (BUN BA 999.03) YN = Nilai Kualitas Penyaluran Dana Investasi Pemerintah (BUN BA 999.04) ZN = Nilai Kualitas Penyaluran Dana Kredit Program (BA 999.07)

Ketepatan Sasaran :

Accumulated Disbursement berdasarkan tagihan (invoice) bukan SP3

Penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi)

Nilai Keekonomian Debitur (NKD) = Nilai Keekonomian Pribadi (NKP) (Max 70) + Nilai Keekonomian Usaha (NKU) (Max 30). Nilai Rata-Rata Keekonomian Debitur (NKD) Kredit Ultra Mikro dinyatakan baik apabila mencapai nilai minimal 45.

Kriteria indeks yang digunakan untuk pengukuran realisasi IKU tersebut sebagai berikut:

Target Proyek Fisik BUMN 10 Target Proyek Fisik Pemda 1

Kategori Progress Variant Konversi PV ≥ 1 (On and above Schedule) 1 0,3 < PV ≤ 1 (Behind Schedule) 0,7

PV ≤ 0,3 (At Risk) 0,3

Indeks Pencapaian IKU Tingkat Efektivitas (%) 4 (Sangat efektif) 76 ≤ X ≤ 100

3 (efektif) 51 ≤ X ≤ 75 2 (kurang efektif) 26 ≤ X ≤ 50

1 (tidak efektif) 0-25

Indeks Capaian IKU Efektivitas (%)

4 95%≤X<100% 3,75 90%≤X<95% 3,5 85%≤X<90% 3,25 80%≤X<85% 3 75%≤X<80% 2,75 70%≤X<75% 2,5 65%≤X<70% 2,25 60%≤X<65% 2 40%<X<60% 1 <40%

-- –

-

--

-Selama tahun 2020, perhitungan indeks optimalisasi kas terhadap bunga utang adalah sebagai beri-kut:

Pada triwulan terakhir tahun 2020, beberapa hal yang menjadi akar masalah pencapaian IKU tersebut antara lain:

1. Treasury Dealing Room (TDR) DJPb fokus untuk melaksanakan penempatan dana dalam rangka program PEN, sehingga potensi imbal hasil (return) belum dapat dimaksimalkan. Hal ini karena untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional.

2. Strategi pembiayaan dengan menerbitkan SBN baik secara reguler maupun private placement, sebagai dampak dari peningkatan defisit APBN menjadi 6,34% sehingga Pembiayaan Utang Netto meningkat sekitar Rp1,163 triliun, menyebabkan adanya peningkatan bunga hutang pada triwulan IV 2020.

Hal tersebut mengakibatkan isu-isu utama, antara lain:

1. Kondisi penerimaan remunerasi dari Bank Indonesia pada triwulan IV lebih kecil dibandingkan triwulan III, karena jumlah saldo kas pemerintah yang mengendap di BI berkurang akibat adanya realisasi belanja pemerintah pada akhir tahun 2020.

2. Dengan adanya penempatan uang negara dalam rangka PEN, remunerasi dari pengelolaan TDR naik secara signifikan.

3. Bunga utang pada bulan triwulan IV meningkat karena jatuh tempo pembayaran bunga, sebagai akibat dari penerbitan utang yang mulai ekspansif sejak bulan Maret.

Hal tersebut di atas mengakibatkan implikasi sebagai berikut:

1. Beban bunga pada triwulan IV lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengingat adanya jatuh tempo pembayaran kupon yang diterbitkan pada triwulan I dan II serta kondisi pasar yang masih volatile.

2. Penerimaan remunerasi TDR sebagai akibat dari penempatan pada bank umum mitra dan perluasan counterparty pada bank Syariah dan BPD dalam rangka PEN pada triwulan IV meningkat. Bulan Hasil Optimalisasi Kas DJPb Bunga Utang DJPPR

Rasio Hasil DJPb terhadap Bunga

Utang Realisasi

Bulan Triwulan Indeks Target Capaian 1 537.575.228.614,00 866.212.477.100,00 0,62 0,736 4,00 3,00 120,00 2 619.280.210.268,00 530.164.985.800,00 1,17 3 623.830.795.572,00 1.485.300.000.000,00 0,42 4 582.591.340.295,00 6.659.000.000.000,00 0,09 0,186 3,00 3,00 100,00 5 909.210.825.856,00 5.366.000.000.000,00 0,17 6 765.948.160.721,00 2.550.000.000.000,00 0,30 7 627.636.949.048,00 1.458.900.000.000,00 0,43 0,313 4,00 3,00 120,00 8 597.158.521.186,00 2.188.400.000.000,00 0,27 9 689.402.690.153,00 2.939.000.000.000,00 0,23 10 486.322.160.476,00 6.482.672.287.249,00 0,08 0,194 3,00 3,00 100,00 11 504.962.978.470,00 1.318.300.000.000,00 0,38 12 415.904.443.130,00 3.336.600.000.000,00 0,12

-

-Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks kepuasan pengguna layanan merupakan salah satu IKU Kemenkeu-One DJPb tahun 2020 yang juga menjadi IKU Kemenkeu-Wide tahun 2020 (indirect cascading). IKU tersebut merupakan hasil rewording atas IKU yang semula bernama IKU Indeks kepuasan publik atas layanan DJPb. IKU ini disusun untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap layanan DJPb dan merupakan nilai kepuasan pengguna layanan atas layanan unggulan DJPb terhadap pihak eksternal.

IKU ini diukur atas layanan unggulan yang diberikan oleh DJPb yang diperoleh melalui survei kepuasan pengguna layanan yang dilakukan secara independen yang dikoordinasikan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Sekretariat Jenderal Kemenkeu. Riset dengan instrumen survei tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja layanan Kemenkeu secara umum di tingkat kementerian dan

dan kepuasan pengguna yang mencakup tahun 2020 dan perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Hasil implementasi peningkatan kualitas pelayanan pada DJPb sebagai bagian dari Reformasi Birokrasi di Kementerian Keuangan tercermin antara lain melalui hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan (SKPL) Kementerian Keuangan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang meningkat secara konsisten sejak tahun 2014 dan selalu berada di atas target kinerja serta di atas rata-rata capaian Kementerian Keuangan. Selain itu, Direktorat Jenderal Perbendaharaan juga berhasil meraih indeks kepuasan pengguna layanan tertinggi selama 6 (enam) tahun berturut-turut yaitu tahun 2014–2019 untuk unit eselon I Kementerian Keuangan yang memiliki kantor vertikal. Pada tahun 2014, indeks kepuasan pengguna layanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah 4,23 (dari target sebesar 4,05). Pada tahun 2015 meningkat menjadi 4,32 (dari target sebesar 4,06). Di tahun 2016, indeksnya meningkat kembali menjadi 4,40 (dari target 4,09). Serta, di tahun 2017, indeks kepuasan pengguna layanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan tetap terjaga peningkatannya menjadi 4,56 (dari target sebesar 4,12). Kemudian, pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Perbendaharaan meraih indeks kepuasan pengguna layanan sebesar 4.72 dari target sebesar 4.52, dan pada tahun 2019 dengan indeks kepuasan pengguna layanan sebesar 4,76 dari target sebesar 4.59.

Pelayanan prima merupakan faktor penting dalam dunia birokrasi modern. Pelaksanaan reformasi birokrasi yang didasarkan pada tiga pilar yakni Organisasi, Proses Bisnis dan SDM, Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang merupakan bagian dari organisasi Kementerian Keuangan berupaya meningkatkan kualitas layanan melalui berbagai terobosan inovatif antara lain pengembangan sumberdaya manusia, pembangunan fasilitas kantor pelayanan modern, dan penetapan standar-standar pelayanan yang terukur. Guna memahami sejauh mana program pelayanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan saat ini dapat memuaskan para pengguna layanan dan membangun kepercayaan publik, maka diperlukan proses evaluasi dari waktu ke waktu mengenai tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap sepuluh aspek layanan dari 11 aspek layanan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Kesepuluh aspek tersebut adalah: 1. Keterbukaan/kemudahan akses informasi layanan

2. Informasi Layanan

3. Kesesuaian Prosedur dengan Ketentuan yang Ditetapkan 4. Sikap Pegawai

5. Kemampuan dan Keterampilan Pegawai 2a-CP

6. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan (syarat/ prosedur) 7. Lingkungan Pendukung

8. Akses terhadap Layanan 9. Waktu Penyelesaian Layanan 10. Keamanan Lingkungan dan Layanan

Aspek yang tidak dievaluasi dalam Survei Kepuasan Pengguna Layanan (SKPL) Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2020 yakni pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan. Hal ini dikarenakan pada SKPL 2020 tidak terdapat karakteristik aspek layanan tersebut dalam pelayanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Guna mengukur respon masyarakat terkait inovasi pelayanan yang diberikan Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yakni berupa pelayanan digital ( E-Service) dalam merespon tuntutan pelayanan publik yang dinamis. Pada SKPL 2020, pengukuran kualitas layanan Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan ditambahkan empat aspek layanan terkait layanan digital (E-Service). Oleh karena itu, selain sembilan aspek layanan tersebut di atas, evaluasi tingkat kepuasan pengguna layanan tahun 2020 diperluas menjadi 14 aspek layanan. Keempat aspek layanan berkaitan dengan pelayanan E-Service yang ditambahkan di tahun 2020 yakni:

1. Efficiency, Ease of use and Accessibility