• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar pustaka

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 86-92)

Bakosurtanal (2006). "Karakatau, Laboratorium Alam di Selat Sunda", Ekspedisi Krakatau 2006, Pusat Survei Sumberdaya Laut, Bakosurtanal. Cibinong.

Borrero, J. C., K. Sieh, M. Chlieh, and C. E. Synolakis, (2006). Tsunami inundation modeling for western Sumatra, Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 103, 19673–19677.

Brune, S., Babeyko, A. Y., Gaedicke, C., Ladage, S. (2010). Hazard assessment of underwater landslide-generated tsunamis: a case study in the Padang region, Indonesia. Natural Hazards, 53, 2, 205-218

Chlieh, M., J. P. Avouac, K. Sieh, D. H. Natawidjaja, and J. Galetzka, (2008). Heterogeneous coupling of the Sumatran megathrust constrained by geodetic and paleogeodetic measurements, J. Geophys. Res. B: Solid Earth, 113.

81

Huang, Z., Qiu, Q., Sieh, K, Megawati, K., Natawidjaja, DH., Wang, X. (2009). Numerical simulations of tsunami inundation for the city of Painan, Indonesia - Effects of coastal vegetations and man-made structures, Presented paper on SCSTW3 2009.

Keys, David Patrick (2000). Catastrophe: an investigation into the origins of the modern world. New York: Ballantine Pub. ISBN 0-345-40876-4. Latief, H., Puspito, NT., Imamura, F., (2000), Tsunami catalogue and zones in

Indonesia, Journal of natural disaster science, Vol. 22, nr. 1, 2000, 25-43.

Lorito, S., Romano, F., Piatanesi,A., and Boschi, E., (2008). Source process of the September 12, 2007, mw8.4 southern Sumatra earthquake from tsunami tide gauge record inversion. Geophys. Res. Lett.,35:L02310,doi:10.1029=2007GL032661.

M. Muzli , J. Saul , G. Asch , R. Wang , F. Tilmann. (2010): "Coseismic

displacement of the 2010, Mw 7.8 Mentawai earthquake obtained from strong motion data". Poster EGU 2011

Martin A.J. Williams, Stanley H. Ambrose, Sander van der Kaars, Carsten Ruehlemann, Umesh Chattopadhyaya, Jagannath Pal, Parth R. Chauhan (2009) Environmental impact of the 73 ka Toba super-eruption in South Asia Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, Volume 284, Issues 3–4, 30 December 2009, Pages 295–314

Mc. Adoo, B. G., Dengler, L., Prasetya, G. and Titov, V. (2006), Smong: How an Oral History Saved Thousands on Indonesia’s Simeulue Island, Earthquake Spectra, Volume 22, No. S3, 9pp, June 2006; © 2006, Earthquake Engineering Research Institute

Mc. Creery, C., (2007): Introduction to Using DARTs in Tsunami Warning Center Operations. Training Seminar on Introduction to the Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis (DART) Tsunameter 2007, Jakarta, Indonesia

Natawidjaja DH, Sieh K,Ward SN, Cheng H, Edwards RL, et al. (2004). Paleogeodetic records of seismic and aseismic subduction from central Sumatran microatolls, Indonesia. J. Geophys. Res. 109:B002398

82 Natawidjaja, D., Sieh, K., Chlieh, M., Galetzka, J., Suwargadi, B., Cheng, H., Edwards, R.L., Avouac, J.P., Ward, S., (2006). Source parameters of the great Sumatran megathrust earthquakes of 1797 and 1833 inferred from coral microatolls. Journal of Geophysical Research, VOL 111, B06403, doi:10.1029/2005JB004025.

Natawidjaja, D., K. Sieh, W. Kongko, A. Muhari, G. S. Prasetya, and I. Meilano, (2009) Scenario for future megathrust tsunami event in the Sumatran subduction zone, in Proceedings of the Asian Oceania Geo-sciences Society (AOGS) Meeting, Singapore.

Permana, H., Singh, S., C., Hananto, N., Chauhan, A., Denolle, M., Handryana, A., Sumirah, Djaja, A. W., Rohendi, E., Sudjana, C., Prihantono, J. And Wardhana, D.D. 2010. Submarine Mass Movement and Localized Tsunami Potentiality of Mentawai Basin, Sumatera, Indonesia. Bulletin of The Marine Geology, Vol. 25 No. 2. Hal : 53 – 63

Pranowo, W. S., (2010). Adaptif Mesh Refinement Applied to Tsunami Modelling : TsunaFLASH., Desertation, Universitas Bremen, Jerman Rossetto, T., Peiris, N., Pomonis, A., Wilkinson,S.M., Del Re, D., Koo, R.,

Gallocher, S., (2007): ‘The Indian Ocean Tsunami of December 26, 2004: Observations in Sri Lanka and Thailand’, Natural Hazards. 42 (1). 105-124

Schlurmann, T., Kongko, W., Goseberg, N., Natawidjaja, D.H., Sieh, K., (2010). Near-field tsunami hazard map Padang, West Sumatra: Utilizing high resolution geospatial data and reseasonable source scenarios, Coastal Engineering

Sieh, K., Natawidjaja,D. H., Meltzner, A.J., Shen, C-C., Cheng, H., Li, K-S., Suwargadi, B., Galetzka, J., Philibosian, B., Edwards, R.L. (2008). Earthquake Supercycles Inferred from Sea-Level Changes Recorded in the Corals of West Sumatra, Science Vol. 322. no. 1674 .DOI: 10.1126/science.1163589.

Subarya, C., M. Chlieh, L. Prawirodirdjo, J.-P. Avouac, R. McCaffrey, Y. Bock, K. Sieh,A.J. Meltzner, and D.H. Natawidjaja (2006). Plate boundary deformation associated with the great Aceh-Andaman earthquake. Nature, Vol 440, 2 March 2006, doi:10.1038/nature04522

Symons, G.J. (1888). ''The Eruption of Krakatoa and Subsequent Phenomena'' (Report of the Krakatoa Committee of the Royal Society). Thrubner & co., London

83

Taubenböck, H., Goseberg, N., Setiadi, N., Lӓmmel, G., Moder, F., Oczipka, M., Klüpfel, H., Wahl, R., Schlurmann, T., Strunz, G., Birkmann, J., Nagel, K., Siegert, F., Lehmann, F., Dech, S., Gress, A., and Klein, R., (2009), “Last-Mile” preparation for a potential disaster – Interdisciplinary approach towards tsunami early warning and an evacuation information system for the coastal city of Padang, Indonesia, Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 9, 1509–1528, 2009

Williams, M.A.J, Ambrose, S.H, Van der Kaars, S., Ruehlemann, C., Chattopadhyaya, U., Pale, J., Chauhan, P.R. (2009). Environmental impact of the 73 ka Toba super-eruption in South Asia. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, Volume 284, Issues 3–4, 30 December 2009, Pages 295–314

Wiseman, K., Banerjee, P., Sieh, K., Bürgmann, R and Natawidjaja, DH., (2011), Another potential source of destructive earthquakes and tsunami offshore of Sumatra, Geophysical Research Letters, Vol. 38, L10311, doi:10.1029/2011GL047226.

Woodbury, W. B. (1885). Coral block thown onto the shore of Jawa after the Krakatau eruption of 1883. Fotografi. Tropen Museum of the Royal Tropical Institute. Amsterdam

Zachariasen, J., K. Sieh, F. Taylor, R. Edwards, and W. Hantoro, 1999, Submergence and uplift associated with the giant 1833 Sumatran subduction earthquake: Evidence from coral microatolls: Journal of Geophysical Research 104, 895-919.

84

Kapal Karam MV Boelongan Nederland di Kawasan

Mandeh, Lingkungan Laut Sekitarnya, dan Kemungkinan

Pengembangannya

Nia Naelul H. R

1

, Gunardi Kusumah

2

, Semeidi Husrin

3

, Terry L. Kepel

4

1

Peneliti Arkeologi Maritim di Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP

2

Peneliti Geologi Lingkungan di Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP

3

Peneliti Oseanografi - Tsunami di Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP

4Peneliti Ekologi Kelautan di Pusat Penelitian Sumberdaya laut dan Pesisir, Balitbang KP

Pendahuluan

Berdasarkan data arkeologis dan historis, dapat diketahui bahwa kawasan di pesisir barat Sumatera Barat sudah mempunyai peranan penting sejak masa Prasejarah hingga masa Perang Dunia II di Indonesia. Sejak masa sebelum masa kolonial Belanda di Indonesia, daerah-daerah yang berada di wilayah tersebut merupakan pelabuhan-pelabuhan transit bagi kapal-kapal dagang karena sejak dahulu wilayah pesisir barat Sumatera Barat merupakan salah satu penghasil komoditas rempah-rempah seperti lada dan juga komoditas barang tambang seperti emas dan perak yang terkenal di masa itu. Dengan demikian, aktivitas pelayaran-perdagangan internasional di wilayah pesisir barat Sumatera Barat telah ada sejak masa Portugis, VOC, hingga kolonial Belanda. Berdasarkan sumber literatur, pada masa Perang Dunia II atau yang dikenal juga dengan Perang Asia Pasifik, kawasan pesisir barat Sumatera juga ikut berperan penting dan menjadi medan pertempuran antara pasukan Sekutu yang di antaranya adalah Amerika, Belanda, dan Australia, dengan pasukan Poros As yang terdiri atas Jepang, Jerman, dan Italia. Sejumlah kapal milik negara-negara yang terlibat dalam Perang Asia Pasifik tersebut diketahui tenggelam karena dibombardir oleh pesawat tempur Jepang di wilayah perairan barat Sumatera Barat, di antaranya adalah: SS Elout, SS Buyskes, dan MV Boelongan Nederland (Bakker, 1945; www.wrecksite.au; Reid, 1993).

85

Bangkai kapal karam di Teluk Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, yang saat ini kami anggap sebagai kapal kargo milik Belanda, MV Boelongan

Nederland, telah diteliti sejak tahun 2006 oleh Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Batu Sangkar (BP3 Batu Sangkar)1, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati2, dan juga oleh Direktorat Peninggalan Bawah Air pada tahun 2010. Pada tahun 2007, situs ini dicatat dalam daftar inventaris BPCB Batu Sangkar No. 14/BCB-TB/A/14/2007.

Meskipun penelitian dan survei secara arkeologis telah dilakukan oleh ketiga instansi tersebut, kami dari Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir (LPSDKP) – Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2012 telah berupaya untuk mengkaji kembali bangkai kapal karam MV

Boelongan Nederland tersebut beserta lokasi perairannya untuk mengetahui

tingkat kerentanannya terhadap dinamika perairan dan kondisi lingkungan fisik perairan di sekitarnya termasuk menganalisis berbagai faktor alam yang mengancam kelestarian warisan budaya bawah air tersebut termasuk diantaranya adalah faktor ancaman dampak perubahan iklim seperti perubahan suhu, derajat keasaman, salinitas air laut, dan lain sebagainya. Hasil kajian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar acuan untuk konsep pelestarian selanjutnya dan juga sebagai dasar untuk penetapan Kawasan Konservasi Maritim yang menjadi salah satu mandat Kementerian Kelautan dan Perikanan3, serta sebagai bahan kajian untuk mengembangkan warisan budaya bawah air di Kawasan Mandeh ini sebagai destinasi wisata bahari yang lestari sehingga dapat mendukung pembangunan daerah secara terpadu dan berkelanjutan.

1

Sekarang menjadi BPCB Batu Sangkar 2

Sekarang menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP).

3

Per Men KP 17/2008 Pasal 1 menyebutkan bahwa “Kawasan Konservasi Maritim”adalah Daerah Perlindungan Adat dan Budaya Maritim yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus, situs sejarah kemaritiman, dan tempat ritual keagamaan atau adat, dan sifatnya sejalan dengan upaya konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Di dalam peraturan tersebut, pada pasal 8 ayat 2, dijelaskan bahwa yang dimaksud “Daerah Perlindungan Budaya Maritim” adalah “Tempat tenggelamnya kapal yang mempunyai nilai arkeologi-historis khusus; situs sejarah kemaritiman yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya yang perlu dilindungi bagi tujuan pelestarian dan pemanfaatan guna memajukan kebudayaan nasional; dan tempat ritual keagamaan atau adat”.

86 Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh tim LPSDKP mencakup: konsultasi publik dan koordinasi dengan instansi terkait (di antaranya adalah dengan BPCB Batu Sangkar; Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan; Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan; Badan Tenaga Nuklir Nasional; dan BAPPEDA Kabupaten Pesisir Selatan), studi literatur (historis, penelitian terdahulu, metode), pengumpulan data sekunder berupa data iklim, hidro-meteorologi, oseanografi, data pustaka, peta (Peta Batimetri Dishidros Lembar 231, Lembar 241, dan Lembar 242), RTRW setempat, dan penelitian terdahulu. Pengumpulan data primer dilakukan melalui 4x survei lapangan yang dilaksanakan pada Bulan Juni, Juli, dan Desember yang terdiri atas kegiatan penyelaman untuk melakukan dokumentasi dan pengamatan visual terhadap deteriorasi bangkai kapal karam, pengukuran dimensi kapal karam, wawancara dengan masyarakat lokal, instansi, dan stakeholder untuk mengetahui kondisi cuaca, sejarah lokasi setempat, dan lain-lain. Dilakukan juga pengukuran parameter fisik perairan/kualitas air (ph, salinitas, DO, temperatur, dan lain-lain) pengambilan data oseanografi arus dan pasang surut dengan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) dan Tide Gauge. Dikarenakan lokasi bangkai kapal karam terletak di mulut Sungai Mandeh, maka kami juga melakukan pengambilan data sedimen dengan menggunakan 9 buah penambat sedimen atau sediment trap yang tersebar di lokasi titik kapal karam, di muara Sungai Mandeh dan di Muara Sungai Nyalo yang diperkirakan menyumbang sedimen ke lokasi kapal karamuntuk mengetahui laju sedimentasi yang terjadi di lokasi situs MV Boelongan Nederland tersebut.

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 86-92)