• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Mandeh Di Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 92-95)

Kawasan Mandeh merupakan kawasan wisata unggulan di Kabupaten Pesisir Selatan4 dengan jenis wisata yang ditawarkan adalah wisata bahari. Hal

4

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan gerbang masuk di wilayah selatan Provinsi Sumatera Barat yang pada saat ini merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang menjadi unggulan dalam bidang kelautan dan perikanan dan juga merupakan destinasi unggulan kegiatan kepariwisataan. Pesisir Selatan adalah salah satu daerah tujuan wisata utama yang ditetapkan pemerintah pusat di wilayah Indonesia bagian Barat dikarenakan daerah ini memiliki beragam daya tarik wisata potensial, meliputi wisata alam, wisata bahari, wisata minat khusus, dan wisata budaya/sejarah. Hal ini tidak terlepas dari keindahan alam, peninggalan sejarah serta berbagai ragam budaya yang

87

tersebut dikarenakan kawasan ini mempunyai banyak sebaran pulau, teluk, dan tanjung berpanorama indah yang dapat menarik banyak turis. Di Kawasan Mandeh ini pula lah terletak warisan budaya bawah air bangkai kapal karam

MV Boelongan Nederland. Kawasan Mandeh terletak di Nagari Nanggalo,

Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kota Padang. Lokasi ini disebut sebagai Kawasan Mandeh karena salah satu kampung yang ada di kawasan ini bernama Kampung Mandeh, yang berada di bagian tengah Teluk Carocok Tarusan. Area yang masuk dalam ruang lingkup Kawasan Mandeh yaitu Kampung Mandeh, Pulau Sironjong Besar, dan Pulau Cubadak. Kawasan Mandeh ini berjarak sekitar 56 km dari kota Padang dan 17 km dari Painan (ibukota Kab. Pesisir Selatan). Kawasan Mandeh ini mempunyai luas lebih kurang 18.000 ha dan melingkupi 7 jorong dengan 3 nagari dengan mata pencaharian penduduknya adalah bertani, beternak, dan sebagai nelayan pembudidaya keramba jaring apung (KJA) dan nelayan tangkap. Lingkungan alam perairan di Kawasan Mandeh relatif tenang karena kawasan ini dikelilingi oleh Pulau Traju, Pulau Setan Besar, dan Kecil, serta Pulau Cubadak. Diantara pulau-pulau ini, Pulau Cubadak merupakan pulau terbesar di Kawasan Mandeh5. Di sisi Utara, Kawasan Mandeh dilingkari oleh Pulau Bintangor, Pulau Pagang, dan Pulau

terdapat hampir di seluruh daerah. Pengembangan wisata bahari Pesisir Selatan telah menjadi salah satu produk usaha dan destinasi yang penting. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan mancanegara, nusantara maupun wisatawan lokal dengan peningkatan arus kunjungan 16 % per tahun.Dengan demikian, Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan dapat mengelola secara optimal segala potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang dimilikinya termasuk untuk kepentingan pariwisata Sumatera Barat sehingga dapat menjadi motor penggerak perekonomian untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (www.antara-sumbar.com/eng/index;http://www.pesisirselatan.go.id/,ww.bps.go.id/ KabupatenPesisir Selatan, Peta RTRW Kab. Pesisir Selatan).

5

Di Pulau Cubadak, terdapat sebuah resort terkenal yang selalu didatangi wisatawan yang telah dikelola lebih dari 20 tahun oleh pengusaha asal Italia dan Perancis yaitu Cubadak Paradiso Village Resort (www.cubadak-paradisovillage.com/paradiso.htm). Pulau Cubadak merupakan lokasi yang sangat indah, tenang, strategis, dan sangat dekat dengan titik situs kapal karam Mandeh. Pengelola resort juga menyediakan layanan untuk menyelam dan kegiatan snorkeling dan juga telah mencoba untuk memetakan lokasi penyelaman untuk melihat keindahan karang dan biota laut lainnya serta titik-titik situs kapal karam. Tim kami juga mendapatkan informasi yang sangat memadai dari pengelola resort ini mengenai keberadaan kapal karam di Teluk Mandeh dan mereka juga yang pada awalnya menduga bahwa kapal karam tersebut kemungkinan adalah MV Boelongan Nederland.

88 Marak yang berdampingan dengan Pulau Sikuai Island di Kota Padang (RTRW Kab. Pesisir Selatan 2010-2020).

Gambar 1. Perairan Kawasan Mandeh di sekitar Pulau Cubadak Kawasan Mandeh memang telah menjadi tujuan utama kebijakan sektor pariwisata kebaharian yang dimasukkan kedalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) bersama Biak dan Bunaken. Seluas 8.632 ha lahan di Desa Mandeh akan disediakan untuk pengembangan dan pembangunan resort pariwisata. Resort itu menjadi bagian dalam rencana induk pengembangan pariwisata (RIPP) Sumbar 2006-2010. Pengembangan tersebut didukung posisi desa di Teluk Mandeh yang memiliki potensi untuk resort pariwisata khususnya bidang bahari dan didukung sarana prasarana yang cukup memadai. Pada saat ini, sedang dilakukan pembangunan jalan beraspal hotmix sejauh 30 kilometer yang menghubungkan Desa Mandeh dengan Kota Padang. Aktifitas dan fasilitas resort pariwisata yang dapat dikembangkan di desa itu adalah, menyelam, selancar, berperahu, memancing, berburu, bersepeda, dan jogging

89

(http://pesisirselatan.go. id/index). Pengembangan kawasan ini sebagai obyek wisata unggulan Pesisir Selatan telah ada dalam rencana zonasi pengembangan kawasan wisata pemerintah daerah setempat sejak tahun 2005. Apabila situs kapal karam Teluk Mandeh akan dikembangkan sebagai obyek wisata selam, maka situs tersebut akan menjadi satu paket wisata dengan wisata panorama dan paralayang Bukit Langkisau.

Di sepanjang pantai dari Kampung Sungai Pisang sampai ke Kampung Carocok memiliki kawasan yang cukup landai dan berpasir putih dan dihiasi dengan pohon pelindung seperti kelapa, Waru, Nangka dan sebagainya. Obyek wisata Kawasan Mandeh ini telah dijuluki The Paradise in The South. Tujuh kampung dari 3 nagari yang ada di Kawasan Mandeh itu merupakan kawasan pengembangan wisata yaitu Kampung Mudiak Air, Simpang Carocok, Pulau Karam, Sungai Nyalo, Sungai Tawar, Sungai Pinang dan Teluk Raya. Penduduk di sekitar kawasan Mandeh terkenal dengan keramahannya dan cepat berbaur dengan masyarakat pendatang. Pemerintah daerah mengakui bahwa potensi wisata yang dimiliki kawasan ini sangat banyak namun selama ini belum terkelola secara profesional dan optimal sehingga perkembangannya masih terbilang lamban. Pemerintah daerah berjanji akan melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat sehingga akan terdapat keterpaduan antara pemerintah dengan masyarakat dalam mengelola obyek wisata di lokasi tersebut (Biro Perekonomian Prov. Sumbar, 2010).

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 92-95)