• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan sebagai Destinasi Pariwisata Bahari dan Kawasan Konservasi Maritim

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 132-140)

Indonesia hingga saat ini belum mengembangkan sistem zonasi yang dapat dijadikan pedoman untuk memperjelas peruntukkan potensi lahan suatu kawasan atau areal bagi pengembangan situs kapal karam, misalnya untuk pengembangan pariwisata bahari dan juga untuk melindungi situs sebagai kawasan konservasi. Situs kapal karam sebenarnya dapat menjadi obyek wisata selam bagi para pencinta olahraga selam seperti di Liberty

Wreck - Tulamben Bali, dan Manado. Dikarenakan situs kapal karam biasanya

menjadi pusat kehidupan biota laut karena kapal karam dapat berfungsi sebagai artificial reef, maka situs kapal karam dapat membentuk satu ekosistem tersendiri yang subur, unik, dan menarik untuk diselami.

Dikarenakan bangkai kapal karam MV Boelongan Nederland memiliki nilai sejarah yang perlu diapresiasi serta dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata dan juga merupakan artificial reef yang terintegrasi dengan ekosistem laut di sekitarnya, maka kita perlu memberikan perlindungan hukum dengan menetapkan situs tersebut sebagai Situs Warisan Budaya

127

(berdasarkan UU No 11/2010 tentang Perlindungan Benda Cagar Budaya), memberikan perlindungan hukum dengan menetapkan situs ini sebagai Kawasan Konservasi Maritim (Berdasarkan Keputusan Menteri No 17/2008 tentang Zona Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), meningkatkan kerjasama pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, pemangku kepentingan lainnya; program peningkatan kesadaran masyarakat, pemahaman masyarakat, dan peningkatan kapasitas, dan menjembatani kesenjangan sosial dan ketidakharmonisan antara masyarakat dan pelaku sektor bisnis swasta.

Lokasi situs kapal karamMV Boelongan Nederland di Kawasan Mandeh ini dapat segera diusulkan sebagai kawasan konservasi maritim. Penentuan zonasi terintegrasi (integrated zoning system) perlindungan bawah laut sesungguhnya tidak semudah menentukan zonasi suatu kawasan arkeologis di daratan yang didasarkan pada sebaran temuan artefak yang ada. Pada dasarnya zonasi untuk perlindungan bawah laut harus sesuai dengan prinsip yang diterapkan terkait dengan pelestarian in-situ obyek arkeologi bawah air, akan tetapi pada saat ini kita tidak perlu sepenuhnya mengadopsi prinsip pelestarian in-situ yang ditetapkan oleh UNESCO dikarenakan alasan sosial-ekonomi dan budaya setempat di Indonesia. Apabila lokasi temuan bawah air merupakan tempat tenggelamnya obyek atau kapal kuno yang harus dilindungi dan dimanfaatkan sepenuhnya sebagai obyek penelitian dan wisata bahari, maka obyek tersebut dilarang untuk diubah dan diangkat.

Untuk itu, zonasi yang diperlukan di Kawasan Mandeh adalah mencakup Zona 1 (Core Zone) berfungsi sebagai zona inti proteksi dan preservasi yang mencakup area titik kapal karam dan sekitarnya, misalnya dengan diameter ¼ km. Zona ini harus ditentukan sebagai kawasan perlindungan utama yang harus bebas sepenuhnya dari kegiatan eksploitasi penangkapan ikan oleh nelayan, eksploitasi pengangkatan artefak secara ilegal, aksi vandalisme, dan juga harus terbebas dari lalu lalang kapal nelayan dan transportasi. Luasnya zona ini ditentukan berdasarkan kepentingan preservasi, kepentingan visual (menjaga jarak pandang), dan kepentingan pariwisata selam (daya tampung pengunjung penyelam).

Zona 2 (Buffer Zone) berfungsi sebagai zona penyangga yang berfungsi memberikan ruang untuk pelestarian lingkungan alam sekitarnya serta memberikan ruang apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk perluasan area preservasi in-situ dimana di lingkungan sekitar situs kapal karam ini

128 nantinya dapat digunakan sebagai area untuk menerapkan metode-metode dan upaya-upaya preservasi in-situ untuk mencegah erosi, sedimentasi, naik turunnya permukaan, dan lain-lain, misalnya dengan teknik penanaman

artificial grass, sandbagging, dan lain-lain. Untuk Kawasan Mandeh, zona

penyangga ini dapat ditetapkan kurang lebih sejauh diameter ¼ km.

Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan dan aktivitas eksploitasi lainnya dapat dilakukan di luar zona inti perlindungan situs kapal karam dan zona penyangga atau yang disebut juga zona pemanfaatan (Use Control

Zone). Meskipun zona ini merupakan zona pemanfaatan, akan tetapi, tetap

perlu terjaga dan terawasi agar tetap teratur dan tidak ada aksi penngkapan ikan yang merusak seperti dengan penggunaan dinamit atau racun sianida. Upaya pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung (KJA) juga sebaiknya tidak berada di wilayah sekitar zona-zona tersebut dikarenakan budidaya KJA dalam skala besar akan mengganggu stabilitas lingkungan perairan di sekitar kapal karam yang dapat merubah kualitas air di lokasi perairan tersebut sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap kelestarian kapal karam.

Kawasan perlindungan kapal karam ini harus diawasi dan dikendalikan secara ketat dan kontinyu sehingga tidak ada penyimpangan dari ketentuan perlindungan dan tidak ada kerusakan pada obyek baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun pengaruh alam lingkungan sekitarnya. Kegiatan pengawasan dan pengendalian yang bersifat penegakan hukum dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang di antaranya adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, TNI Angkatan Laut RI, dan Polisi Perairan. Sementara itu, monitoring rutin yang terkait dengan upaya mencegah kerusakan situs dari faktor alam dapat dilakukan oleh instansi riset, direktorat teknis, dan pihak pemerintah daerah setempat. Kegiatan perlindungan dengan pembuatan zonasi dan menetapkannya sebagai kawasan konservasi maritim adalah dalam rangka mempertahankan situs kapal karam tersebut agar tidak hilang atau rusak karena kegiatan manusia maupun aktivitas alam. Pembuatan zonasi untuk melindungi kelestarian kapal karam ini selain merupakan upaya menetapkan situs ini sebagai Kawasan Konservasi Maritim juga merupakan pendekatan kontemporer dalam kegiatan Cultural Resources Management yang saat ini telah digalakan di berbagai wilayah di seluruh dunia (Mundardjito, 2008).

129

Situs kapal karam dapat dijadikan sebagai museum bawah air untuk kepentingan rekreasi dan sebagai tempat pelatihan dan pendidikan yang mengandung aspek edukasi bagi pengunjung. Meskipun pemanfaatan situs kapal karam sebagai museum bawah air akan membutuhkan penganggaran dana yang cukup besar, akan tetapi hal tersebut merupakan salah satu alternatif pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan (sustainability

development). Selain itu, situs kapal karam juga dapat menjadi obyek wisata

ziarah yang pada saat ini sudah mulai menjadi trend, terutama di kalangan bangsa Jepang yang banyak berkunjung ke tempat-tempat para leluhurnya yang meninggal di lokasi-lokasi pertempuran pada masa perang Dunia II misalnya di Samalona Sulawesi Selatan dan di Biak serta Raja Ampat di Papua.

Lokasi situs kapal karam di Teluk Mandeh dapat digunakan sebagai tujuan wisata bahari untuk wisata penyelaman kapal karam yang memiliki nilai ekonomi karena beberapa alasan seperti kondisi teluk yang cukup landai, kondisi laut yang tenang, tidak bergelombang, dan terlindung karena berada di dalam teluk serta dikelilingi oleh pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Cubadak, Sironjong, dan Taraju. Kawasan ini juga memiliki air laut yang cukup jernih sehingga visibilitas di bawah air cukup baik dan situs juga terletak pada lokasi yang memiliki pemandangan yang indah dengan suasana yang tenang dan damai sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Suhu laut sekitar 29 - 30˚ C yang konstan sejauh 30 meter ke bawah air ini menjamin air laut di wilayah tersebut mengandung cukup nutrisi yang memungkinkan pengembangan keanekaragaman ekosistem hayati yang kaya. Iklim yang tidak ekstrim sepanjang tahun memungkinkan wisatawan untuk pergi menyelam di setiap waktu sepanjang tahun. Selain itu, kondisi arus juga tidak kuat di lokasi situs kapal karam dikarenakan zona ini cukup terlindung. Faktor penunjang lainnya adalah adanya Cubadak Paradiso Resort dan kawasan wisata Bukit Langkisau yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing. Namun demikian, dalam upaya pengembangannya sebagai lokasi atraksi menyelam di masa depan, perlu dibuat sejumlah aturan untuk para wisatawan dan juga masyarakat sekitar sehingga mereka tidak akan mengganggu pelestarian situs.

Rekomendasi

Lokasi situs kapal karam MV Boelongan Nederland dapat dijadikan sebagai salah satu proyek percontohan In-Situ Preservation yang sangat sesuai dengan Konvensi UNESCO 2001. Selain itu, situs bawah air ini dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Maritim seperti yang diamanatkan oleh Per Men KP 17/2008. Lokasi situs di Kawasan Mandeh ini dapat dijadikan

130 sebagai lokasi tujuan wisata bahari yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Secara umum kondisi pola dan sebaran gelombang, arus, pasang surut, di lokasi perairan Kawasan Mandeh dan sekitarnya tidak mengindikasikan fenomena alam yang ekstrim yang dapat merusak atau menghancurkan secara fisik - mekanik situs kapal karam MV Boelongan

Nederland. Faktor-faktor kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, DO, dan BOD

juga memperlihatkan kondisi alami yang masih sesuai dengan nilai baku mutu air laut untuk wisata bahari dan biota laut yang disyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Akan tetapi, proses sedimentasi yang bersumber dari muara Sungai Mandeh dan Sungai Nyalo yang terletak di Teluk Mandeh cukup berdampak terhadap warisan budaya bawah air kapal karam MV Boelongan Nederland. Sedimentasi yang cukup tinggi pada lokasi kapal karam MV

Boelongan Nederland di Teluk Mandeh menjadikan adanya perubahan

lingkungan fisik situs yang cukup signifikan dan dapat mempengaruhi keberadaan kapal karam tersebut. Hal ini dapat dikaji lebih lanjut untuk menentukan kecepatan tingkat sedimentasi dan mengetahui seberapa lama tinggalan kapal karam tersebut akan tertimbun oleh sedimen lumpur dari sungai.

Kajian mengenai faktor kerentanan lingkungan perairan terhadap kelestarian situs bawah air ini merupakan langkah awal untuk upaya-upaya optimasi pelestarian dan pemanfaatan Sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir sekaligus juga sebagai dasar untuk mengambil langkah pengembangan warisan budaya bawah air tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang dan diharapkan juga akan meningkatkan kehidupan perekonomian di wilayah tersebut dari sektor pariwisata bahari. Keberadaan situs bawah air ini menjadi sangat penting dan dapat dijadikan sebagai obyek penelitian lebih lanjut dan mendalam dan juga penting untuk proses pembelajaran dari berbagai aspek dan berbagai disiplin ilmu dilihat dari kondisi situs, kondisi temuan, dan kondisi perairan.

Persantunan

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Drs. Teguh Hidayat, M.Hum (Balai Pelestarian Cagar Budaya Batu Sangkar) dan Drs. Ali Arman Lubis, MT (Badan Tenaga Nuklir Nasional) selaku narasumber kegiatan penelitian LPSDKP mengenai kapal karam di Teluk Mandeh. Ucapan terima kasih juga

131

disampaikan kepada pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Batu Sangkar; Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan; Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan; Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, Kantor UPTD Pelabuhan Carocok Tarusan, masyarakat di Nagari Mandeh, Carocok Tarusan, dan Sungai Nyalo, serta kepada pihak Manajemen Cubadak Paradiso Village Resort (Mr. Nanny Casalegno, Mrs. Federica, Mr. Marco dan Mrs. Dominique) yang telah mengizinkan kami untuk memasang berbagai instrumen kelautan untuk penelitian kami di lokasi resort mereka. Dalam kesempatan ini,kami juga ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak Samsuardi dan tim penyelam dari Yayasan Minang Bahari, Bapak Harfiandri (Universitas Bung Hatta), Mas Ingki Rinaldi (Kompas Media) yang selalu setia memberitakan semua kegiatan kami, rekan-rekan di kantor LPSDKP dan P3SDLP, serta semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian dan penulisan untuk buku ini.

Daftar Pustaka

Ardiwidjaja Roby, 2006, ”Sumberdaya Benda Berharga asal Muatan Kapal karam (BMKT) di Indonesia”, dipresentasikan pada Seminar Nasional Pelestarian Pusaka Indonesia, September 2006, Jakarta.

---, 2007, “Pemanfaatan Benda Arkeologi Bawah Air (Shipwreck): Satu Peluang Peningkatan Daya Tarik Wisata Selam”, dipresentasikan pada Diskusi Ilmiah Sumberdaya Arkeologi Laut, Mei 2007, Jakarta.

Bakker, H., Th., 1945, De KPM in Oorlogstijd: 1939 – 1945, KPM, Rotterdam. Balai Pelestarian Cagar Budaya Batu Sangkar, 2008, Laporan Survei

Peninggalan Maritim Pantai Sumatera Barat 17 s.d 21 November 2008.

---, 2010, Laporan Dokumentasi Peninggalan Bawah Air Shipwreck Kawasan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan.

Biro Perekonomian Provinsi Sumatera Barat, 2010, Laporan Perkembangan Pariwisata Tahun 2010 di Sumatera Barat.

Direktorat Peninggalan Bawah Air, 2007, “Survei dan Pemetaan Situs Peninggalan Bawah Air di Perairan Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat”,Laporan Kegiatan, Jakarta.

132 Gusti Asnan, 2007, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, Penerbit Ombak,

Yogyakarta.

Indroyono Soesilo dan Budiman, 2006, “Melacak Harta Karun di Dasar Samudera”, IPTEK: Menguak Laut Indonesia, PT. Sarana Komunikasi Utama, Jakarta, hal 344 – 347.

Ira Dillenia dkk., 2006, Identifikasi dan Inventarisasi Sumberdaya Arkeologi Laut di Kabupaten Pesisir Selatan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Kompas, 14 Januari 2013, Boelongan, Sepenggal Perjalanan Masa Silam. Marganof, 2007, “Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau

Maninjau Sumatera Barat”. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

M.C. Ricklefs, 1999, Sejarah Indonesia Modern, UGM Press, Yogyakarta. Muhammad Zarkasy, 2010, Hikayat Kapal Boelongan Nederland,

www.Muhammad_Zarkasyi.Blogspot.com,15 Juli 2010.

Mundardjito, 2008, “Konsep Cultural Resources Management dan Kegiatan Pelestarian Arkeologi di Indonesia”, dalam Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia dan Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI, 13 – 16 Juni 2008, Solo.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 17 tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Reid, Struan, 1993, The Silk and Spice Routes Exploration by Sea, UNESCO, London.

RTRW Kabupaten Pesisir Selatan 2010 – 2030.

Sumber Website

http://www.arendnet.com, diakses tanggal 10 Oktober 2012.

http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman, diakses tanggal 14 November 2012.

http://www.cubadak-paradisovillage.com, diakses tanggal 28 Juni 2012.

http://eksposnews.com/view/12/24561/Investor-asal-Jerman-Tertarik-Kembangkan-Wisata-Mandeh-Sumbar.html, Jum'at, 25 November 2011, Investor asal Jerman Tertarik Kembangkan Wisata Mandeh Sumbar) diakses tanggal 2 Oktober 2012.

133

http://pesisirselatan.go.id/index.phpmod=artikel&id, Desa Mandeh Dikembangkan untuk Resort Pariwisata. Minggu, 22/06/2008, diakses tanggal 2 Oktober 2012.

http://www.antara-sumbar.com/eng/index.php diakses tanggal 2 Oktober 2012.

http://www.minangkabautourism.info, diakses tanggal 17 September 2012. http://wahyuancol.wordpress.com/2008/06/06/sedimentasi diakses tanggal

17 September 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara, diakses tanggal 17 September 2012.

http://www.unesco.org/new/en/culture/themes/underwater-cultural-heritage/ protection/heritage-in-danger, diakses tanggal 3 Desember 2012.

134

Kandungan Unsur Logam Berat Dalam Air dan Biota Estuari

Sungai Manggar Belitung Timur Berdasarkan Kesesuaian

Dengan Baku Mutu Lingkungan.

Dalam dokumen ISBN /e-ISBN (Halaman 132-140)