• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Dampak Keterpisahan Ibu dan Keluarga terhadap Kepribadian Anak dan Suami”

Responden yang satu ini bernama Bapak Yendi, beliau berprofesi sebagai nelayan. Bapak Yendi menceritakan bahwa selama proses pendaftaran sebagai TKW istri bapak Yendi mengalami sedikit kendala dalam persyaratan pendaftaran yaitu yang berhubungan tinggi badan yang tidak mencapai taget minimal, namun akhirnya lolos juga dalam proses penyeleksian. Menurutnya selama sang istri bekerja menjadi TKW, istri tidak pernah mengeluhkan adanya masalah sehingga keluarga hanya tahu bahwa istri selalu dalam keadaan baik-baik saja. TKW Hongkong selalu mendapatkan hari libur satu kali dalam satu minggu serta jam kerjanya mulai dari jam 7 pagi hingga 10 malam, hal ini juga berlaku bagi istri Pak Yendi.

Bapak Yendi sering merasakan kesepian dan stres semenjak ditinggal sang istri. Dia merasa tidak memiliki teman untuk berbagi cerita, sehingga masalah yang terjadi harus dia hadapi sendiri. Menurutnya mengasuh anak tanpa bantuan istri juga merupakan hal yang cukup berat. Pekerjaannya sebagai nelayan memaksanya untuk sering meninggalkan anak dari pagi sampai malam.

Namun beliau merasa banyak terbantu dengan bantuan nenek yang bersedia untuk mengasuh anak selama Pak Yendi bekerja di laut. Beliau merasakan karena kurang dekatnya ia dengan anak serta kurangnya perhatian dari ibu menyebabkan anak menjadi sedikit lebih nakal dan kadang suka membangkang bila diberi perintah atau nasihat. Anak juga kadang mengalami hubungan yang kurang baik dengan temannya, namun hubungan itu dapat dibenahinya kembali.

Bapak Yendi merasakan sedikit berkurangnya kebahagiaan dalam perkawinannya setelah istri berangkat menjadi TKW. Hubungan seksual yang tidak dapat dilakukan bersama istri sering kali mengganggu ketenangan dan ketentraman dirinya. Namun demikian dia terus berusaha untuk selalu menahan hawa nafsunya sehingga hingga kini ia tidak pernah bermain wanita di luar rumah. Selain masalah itu, Bapak Yendi tidak pernah mengalami konflik. Konfliknya sebelum istri berangkat menjadi TKW yang berkaitan dengan keuangan keluarga dapat di atasi namun kini konflik itu tidak pernah terjadi lagi karena pendapatan istri sebagai TKW membantu dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Bapak Yendi mengakui bahwa kepuasan perkawinan dia rasakan sebelum istri berangkat menjadi TKW di bandingkan sekarang ini. Sehingga dalam lubuk hatinya, dia tidak menginginkan istrinya untuk menjadi TKW. Pak Yendi terpaksa mengijinkan istri bejerja sebagai TKW karena adanya keinginan mereka berdua untuk merenovasi rumah yang saat ini masih terbuat dari bilik bambu.

KASUS 10 “TKW Pemberani”

TKW yang bernama Ibu Yuyun ini merupakan mantan TKW yang baru dua bulan pulang dari Arab Saudi. Beliau merupakan tipe orang yang gemar berbagi pengalaman, sehingga beliau menceritakan dengan detail kisah hidupnya selama dua Tahun sebagai TKW. Awal keinginannya menjadi TKW adalah mewujudkan cita-citanya untuk merenovasi rumah, membantu suami yang usahanya sedang sepi dan membuka usaha baru yang akan dibangun bersama suaminya di Jakarta. Sebelum beliau memutuskan untuk mendaftarkan diri kepada sponsor, beliau tidak segan-segan untuk bertanya kepada mantan-mantan TKW lain yang sebelumnya memiliki pengalaman mencari uang di luar negeri. Mantan TKW dari Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi didatanginya demi memperoleh cerita pengalaman kehidupan mereka selama bekerja di luar negeri.

Menurut pengalaman TKW asal Hongkong dan Taiwan, mereka tidak diperbolehkan untuk beribadah, terutama bagi yang beragama Islam, mereka dilarang untuk melakukan ibadah solat. Bahkan selama mereka masih dikarantina di Indonesia, mereka juga tidak diperbolehkan membawa mukena. Pihak PJTKI yang mengirimkan TKW ke Hongkong atau Taiwan beralasan karena calon majikan mereka takut apabila melihat orang yang menggunakan mukena, selain itu menurut tutur Ibu Yuyun, orang Taiwan atau Hongkong percaya bahwa rumah mereka selalu dijaga oleh Tuhan, sehingga tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah lain di luar agama mereka. Hal ini bertujuan agar berkah dan rejeki selalu terlimpah kepada keluarga Hongkong dan Taiwan. Pada akhirnya beliau memutuskan untuk memilih Arab Saudi sebagai negara tujuan yang akan dia datangi dengan berbagai pertimbangan seperti kemudahan dalam beribadah dan mewujudkan keinginannya untuk menginjakkkan kaki di kota suci Makkah.

Ibu Yuyun tidak ingin mengalami nasib buruk seperti TKW-TKW lain yang tidak beruntung. Menurutnya nasib-nasib TKW yang mengalami hal tersebut karena adanya keterbatasan kemampuan komunikasi dengan majikannya. Hal ini menyebabkan sebelum berangkat ke Arab Saudi, beliau banyak menghafal dan berlatih menggunakan bahasa arab dengan cara mempelajari dari buku-buku maupun mencatat kalimat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dari mantan TKW Arab Saudi. Selama tiga bulan sebelum keberangkatannya beliau melakukan pembelajaran bahasa Arab secara intensif sehingga beliau cepet diterbangkan ke Arab Saudi.

Namun hal yang menarik dari cerita wanita ini adalah sebelum keberangkatannya, beliau dan suaminya bercerai karena suami tidak mengijinkan istrinya pergi ke Arab Saudi. Konflik inilah yang terjadi di keluarganya sebelum bu Yuyun berangkat sebagai TKW. Suami tidak mengijinkan istri berangkat ke Arab Saudi karena takut Ibu Yuyun mengalami nasib jelek. Namun setelah Ibu Yuyun kembali ke Indonesia, Ibu Yuyun dan suamiruju kembali.

Meskipun Bu Yuyun dan suaminya telah bercerai selama Ibu Yuyun menjadi TKW, bukan berarti hubungan mereka menjadi tidak baik. Mereka tetap selalu berkomunikasi melalui telepon seluler dan menjalin komunikasi yang lancar. Uniknya lagi, karena kepercayaan beliau kepada mantan suaminya, yang

kini telah menjadi suaminya kembali, uang hasil kerja beliau tetap dikirim kepada mantan suaminya itu.

Kehidupan keluarga antara ibu Yuyun dan suaminya berlangsung lancar. Meskipun beliau dan suaminya telah bercerai, mereka tetap menjaga kesetiaan satu sama lain meskipun keadaan saat itu mereka telah bercerai. Suaminya tidak pernah bermain dengan wanita lain selama di tinggal. karena suami sangat menginginkan keselamatan istrinya di Arab Saudi. Prinsipnya adalah bila suami melakukan hal “nakal” di Indonesia, maka istri juga akan “dinakalin” orang lain di luar negeri.

Anak diasuh oleh nenek selama Ibu Yuyun menjadi TKW karena suami bekerja di Jakarta. Namun beberapa bulan sebelum istrinya pulang, suami memutuskan untuk membuka usaha di rumah dan mengurus renovasi rumah serta mengurusi anak. Setelah istrinya pulang, mereka memutuskan untuk rujuk kembali.

Namun sepeninggal ibunya, anak menjadi lebih bandel atau susah diatur. Hal ini diduga karena anak kurang perhatian orangtua dan pengasuhan yang dilakukan nenek mungkin tidak sebaik yang dilakukan kedua orangtuanya. Namun anak mapu mempertahankan prestasinya yang semenjak dari kelas 1 SD selalu mendapatkan rangking pertama.

Semenjak kepulangan ibu ke Indonesia, anak agak menjaga jarak kepada ibunya. Kebiasaan istri bernada tinggi selama di Arab, maka nada tinggi tersebut juga terbawa hingga kini sehingga anak-anak agak merasa takut kepada ibunya. Untuk sementara waktu, saat ini anak masih perlu beradaptasi untuk menjalin kedekatan dan kelekatan kembali dengan ibu. Yang menjadi penjembatan antara ibu dan anak adalah suami ibu Yuyun yang tidak pernah lelah memberi pengertian kepada anak agar memaklumi kebiasan ibu selama di Arab. Ibu juga kian lama kian mengurangi kebiasaan buruk untuk tidak berkata dengan nada tinggi kepada anak-anaknya.

Beliau menceritakan bahwa selama bekerja menjadi TKW, waktu tidur beliau hanya 2-3 jam, terutama pada hari libur, beliau harus siap untuk memiliki sedikit waktu tidur dan terkuras tenaganya lebih banyak bila di banding hari biasa. Pekerjaan disana juga sangat berat, majikan sepertinya tidak senang bila pembantunya beristirahat sejenak. Selain pekerjaan yang berat, majikan perempuan juga biasanya sangat cerewet, sehingga menurut Ibu Yuyun

sebaiknya omelan majikan tidak perlu didengarkan dan jangan dimasukkan kedalam hati, istilahnya “masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri”.

Karena beliau telah lancar berbahasa arab maka apabila beliau dipersalahkan majikan maka beliau bisa membela diri. Menurut beliau TKW harus pintar dan cerdas, agar memiliki akal agar tidak selalu dipersalahkan majikan. Menurut TKW yang memiliki keberanian yang luar biasa ini, majikan yang galak memang harus dilawan. Bila kita hanya menurut dan tidak melawan maka selamanya kita akan ditindas.

Selama bekerja, paspor ditahan oleh majikan, gaji juga tidak di berikan tiap bulan. Namun beliau selalu meminta gaji untuk dikirimkan kepada keluarganya di Indonesia setiap 4 bulan satu kali. Bila gajinya tetap ditahan maka beliau mengancam kepada majikan tidak akan melakukan pekerjaan rumah tangga selama gajinya belum dikirimkan kepada keluarganya.

Biasanya di Arab, majikan laki-laki takut kepada majikan perempuan. Namun berbeda dengan keluarga majikanya. Sehingga bila majikan perempuan galak atau menyakitinya maka dia mengancam akan mengadukan kepada majikan laki-laki yang baik hati. Kegalakan majikan perempuan biasanya selain soal pekerjaan, juga soal kecemburuan majikan kepada pembantunya yang berbadan bagus sehingga ada ketakutan suaminya akan tertaerik dengan pembantunya. Kebanyakan wanita arab gemuk-gemuk dan tidak begitu pandai merawat badan.