• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kelancaran Komunikasi menjadi Salah Satu Tips untuk Menjaga Kualitas Hubungan Keluarga TKW”

Bapak satu anak ini ditinggal istriya menjadi TKW di Singapura selama 2 Tahun. Istrinya pergi menjadi TKW karena suaminya yang bekerja sebagai kontraktor mengalami kebangkrutan. Bahkan kehidupan keluarganya kini berbeda jauh bila di banding dengan keadaan saat mereka berjaya. Kini bapak Soleh mulai merintis usahanya kembali dengan menyewakan motor untuk diojekkan.

Ibu Yati sudah pulang ke Indonesia sejak dua bulan yang lalu. Sebenarnya, tinggi badannya yang hanya 155 cm tidak memenuhi syarat sebagai TKW Singapura. Namun akibat kegigihannya untuk belajar bahasa Inggris telah membawa dirinya ke Singapura. Selain syarat tinggi badan dan lulus SMA, syarat lain umumnya sama dengan syarat TKW Negara lain yaitu adanya surat ijin dari keluarga dan sehat.

TKW Singapura digaji lebih tinggi bila dibanding dengan TKW di negara-negara lain seperti Malaysia dan Arab Saudi. Pekerjaanya juga tidak terlampau berat bila di banding dengan TKW Arab Saudi. TKW Singapura memiliki waktu istirahat cukup yaitu satu jam untuk tidur siang, malam harinya Ibu Yati beristirahat mulai jam 10 malam hingga jam 7 pagi. Bahkan majikan sangat memperhatikan kesehatan TKW, setiap enam bulan satu kali TKW Singapura melakukan medical ceck up dengan biaya yang ditangung majikan.

Kehidupan di Singapura sangat memperhatikan kehematan dalam pemakaian air dan listrik karena sumber air yang digunakakan di Singapura merupakan air yang di beli dari Malaysia sedangkan listik di Singapura sangatlah mahal.

Suami mengakui bahwa tidak merasakan stres yang berkepanjangan selama ditinggal istrinya. Dia menungkapkan bahwa kesedian dan stresnya hanya tiga bulan awal semenjak keberangkatan istri ke Singapura. Responden merasakan bahwa keluarganya selalu dalam keadaan yang harmonis. Hanya saja saat awal kepergiaan istri kadang terjadi masalah akibat masih dalam proses adaptasi mengatasi kerinduan dan kesepian yang melanda mereka. Komunikasi yang terjalin antara istri dan suami serta anak tergolong lancar. Paling tidak selama seminggu sekali mereka selalu melakukan komunikasi melalui telepon seluler, komunikasi ini tergolong sering bila dibandingkan dengan keluarga TKW lainnya. Cinta dan afeksi serta kehidupan seksual pun tidak menjadi masalah selama istri bekerja di Singapura. Mereka mengakui bahwa keluarganya merupakan keluarga bahagia dan mereka merasa telah memiliki kepuasan akan kehidupan perkawinan mereka. Hubungan antara istri dan suami yang tidak mengalami perubahan setelah istri menjadi TKW diduga karena pasanga tersebut mampu memaintance komunikasi diantara keduanya. Saat penelitian berlangsung, pasangan ini memang terlihat tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam berkomunikasi dengan pasangan, keluarga, maupun orang lain. Kemudahan suami dan istri bergaul juga diduga menjadi penyebab keduanya tidak mengalami stress yang berarti.

Selama istri menjadi TKW, anak dititipkan di rumah neneknya. Tiga minggu satu kali ayah secara rutin mengunjungi anak. Setiap minggu ayah dan ibu juga selalu menelepon anak. Meskipun pertumbuhan anak tidak mengalami penurunan atau penyusutan berat badan namun orangtua merasakan adanya perubahan pribadi anak setelah dua Tahun ditinggal ibu dan bapaknya. Mereka merasakan bahwa anak menjadi tidak menuruti perintah orangtua. Nasihat orangtua kadang tidak di dengarkan oleh anak. Sehingga orangtua berpendapat bahwa pengasuhan anak lebih baik dilakukan oleh orangtua sekalipun selama ini pengasuan digantikan oleh nenek. Anak merupakan anak yang tergolong mudah bergaul dengan teman-temannya. Bahkan dengan orang baru pun anak mudah menjalin hubungan pertemanan.

KASUS 8 “Lika-Liku Perjalanan Seorang TKW”

Istri Pak Yayan merupakan orang yang ketat dan taat dalam menganut agamanya. Sebelum menjadi TKW, istri pak Yayan merupakan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI). Beliau memilih Arab Saudi sebagai tujuan negara tempat beliau bekerja karena beliau memperoleh informasi bahwa TKW Arab Saudi lain tidak mengalami kesulitan dalam beribadah, sedangkan di negara lain seperti Hongkong atau Taiwan ibadah bagi TKW muslim sangatlah sulit.

Pak Yayan menceritakan kisah istrinya sebagai TKW dari pengalaman yang lalu. Istri bapak Yayan mengalami manis pahitnya menjadi TKW. Selama tiga kali pemberangkatan yang telah dilakukan, satu kali pemberangkatan yang tergolong tidak sukses dan penuh dengan rintangan. Satu kali pemberangkatan yang tidak sukses ini, istri hanya bertahan 1,5 Tahun dari kontrak kerja 2 Tahun. Masalah yang menimpa istri bapak Yayan tergolong dalam masalah-masalah TKW yang kerap dilaporkan selama ini. Masalah pertama yaitu gaji yang tidak dibayarkan secara penuh. Selama 1,5 Tahun masa kerjanya, TKW hanya menerima gaji 6 bulan saja. Masalah kedua yaitu menyangkut pada tidak adanya penghargaan majikan laki-laki terhadap TKW yaitu majikan telah melakukan percobaan pemerkosaan sehingga memaksa TKW untuk menyelamatkan kehormatannya dengan cara melarikan diri dan berniat meminta perlindungan dan bantuan KBRI. Di tengah perjalanan, TKW bertemu dengan polisi namun karena beliau tidak membawa Pasport maka polisi menyangka bahwa TKW ini merupakan TKW illegal. Polisi akhirnya membawa TKW ke kantor polisi, karena TKW tidak memiliki bukti yang kuat maka selama 6 bulan TKW harus mendekam dalam penjara dan harus menerima ganjaran yang seharusnya tidak dideritanya tersebut.

Bapak Yayan mengaku sedih ditinggal istri terutama pada moment-moment seperti anak sakit, ramadhan, dan lebaran. Apalagi bila melihat anak yang sedang menangis atau menatap foto ibunya jika sedang kangen. Anak pun terlihat lebih pendiam bila dibandingkan saat ada ibunya. Anak lebih banyak tinggal di rumah dan berkumpul dengan bapak dan adeknya bila dibanding dengan bermain dengan teman-temannya.

Sebelum istri menjadi TKW, suami lebih senang mencurahan segala masalah yang terjadi kepada istri namun semenjak istrinya menjadi TKW, suami

menjadi jarang menceritakan masalah yang menimpa suami maupun keluarga karena takut akan mengganggu pikiran istri di tempatnya beliau bekerja.

Anak yang terkecil selalu ingin ikut kemana saja bapaknya pergi, hal ini mengindikasikan bahwa anak akan selalu mencari orang yang dapat memberikan dia keamanan yang selama ini hilang karena keterpisahannya dengan ibu. Konflik yang terjadi sebelum ibu menjadi TKW yaitu munculnya pertengkaran yang dipicu karena suami kerap kali pulang ke rumah tengah malam. Namun hal ini hanya dilakukannya hanya karena menyangkut soal pekerjaannya sebagai tukang ojek yang kadang memaksanya untuk mencari uang hingga malam hari. Lain halnya dengan konflik yang terjadi saat istri menjadi TKW yaitu kekhawatiran istri bahwa suaminya memiliki wanita idaman lain.

Pada kenyataannya, suami mengaku tidak pernah memiliki teman wanita. Beliau berkata “bagaimana bisa saya memiliki wanita lain kalau anak juga selalu mengikuti kemana saja pergi”. Bapak Yayan memang tidak berniat untuk mencari wanita idaman lain. Beliau akan menjaga sekuat tenaga komitmen perkawinan agar keluarga mereka jauh dari kehancuran.

KASUS 9 “Dampak Keterpisahan Ibu dan Keluarga terhadap Kepribadian