• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Anak

Umur, Jenis Kelamin, dan Nomor Urut Anak

Anak yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 47 anak. Sebagian besar (85.11%) anak termasuk dalam masa akhir kanak-kanak (9 sampai 12 tahun) yang terdiri dari laki-laki (59.57%) dan perempuan (40.43%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nomor urut anak berkisar dari anak pertama hingga keempat. Sebanyak 51.06 persen anak merupakan anak urutan kesatu, 29.79 persen anak merupakan anak kedua, 17.02 persen anak merupakan anak urutan ketiga, dan sisanya merupakan anak urutan keempat. Sebaran persentase contoh berdasarkan umur anak dapat di lihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran contoh (%) berdasarkan umur anak (n=47)

No Usia %

1 9 -12 Tahun 85.11

2 13-15 Tahun 14.89

Total 100 Rata-rata±sd 11.02±1.452

Keterangan: Klasifikasi menurut Papalia&Old (2008)

Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah bantuan dalam pemenuhan kebutuhan untuk kesejahteraan. Dukungan sosial dapat memberikan kekuatan dan dapat mengurangi kesulitan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kualitas dukungan sosial yang tinggi akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental yang semakin tinggi pula (Tati 2004). Dukungan sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga luas, tetangga, dan PJTKI. Dukungan keluarga luas dan tetangga menggambarkan bantuan baik emosi,

KOTAK 4 “Pendapat TKW”

Walaupun banyak masalah yang menimpa TKW, TKW masih tetap memiliki keinginan untuk kembali bekerja di luar negeri. Menurut pendapat Ibu Yuyun mengapa banyak terjadi kejadian yang demikian, karena para TKW masih berberharap akan mendapatkan majikan yang baik hati.

instrumental maupun informasi yang diberikan kepada keluarga contoh disaat keluarga mengalami perpisahan yang relatif lama dengan dengan TKW.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dukungan sosial yang sering diberikan keluarga luas kepada keluarga contoh adalah bantuan dalam mengasuh anak (63.83%) dan membantu pekerjaan rumah tangga (40.43%). Bantuan lain berupa dukungan finansial relatif lebih kecil diterima keluarga contoh bila dibandingkan dengan bantuan instrumental lain seperti mengasuh anak dan membantu pekerjaan domestik (Tabel 15). Menurut Sarafino (1996) dalam Tati (2004) bahwa dukungan instrumental yang dapat diberikan langsung berupa bantuan finansial, bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, pinjaman barang, dan tenaga. Berdasarkan pendapat tersebut maka contoh dalam penelitian ini sudah memperoleh dukungan instrumental cukup baik dari familinya meskipun bantuan finansial yang diterima keluarga contoh relatif kecil. Sebanyak 38.30 persen contoh sering merasa mendapat bantuan informasi berupa pemberian solusi atas permasalahan yang menimpa keluarga contoh.

Terdapat dukungan tetangga yang dirasakan tinggi oleh semua contoh yaitu, dukungan tersebut merupakan dukungan emosi berupa rasa aman hidup bertetangga di lingkungan tempat tinggal. Lebih dari satu pertiga (36.17%) keluarga contoh mendapat dukungan informasi dalam hal bertukar pikiran dengan tetangga. Tetangga yang dijadikan tempat bertukar pikiran biasanya adalah tetangga dengan status sama yaitu suami yang ditinggal istri untuk bekerja sebagai TKW. Dukungan tetangga yang tergolong rendah adalah dalam hal meminjamkan uang saat keluarga membutuhkan. Hal ini diduga karena tetangga memiliki karakteritik ekonomi yang hampir sama dengan keluarga contoh.

PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran jasa ke luar negeri. Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh PJTKI tidak hanya sekedar memberangkatkan TKI. Dukungan sosial yang diberikan PJTKI kepada keluarga contoh dalam penelitian ini tercermin dari pernyataan bahwa keluarga contoh mendapat dukungan dalam bentuk sosialisasi penempatan, pembuatan paspor, penjelasan isi kotrak kerja, serta perlindungan dan menjamin keselamatan TKW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga contoh telah mendapat dukungan sosial yang cukup baik dari PJTKI (Tabel 15).

Tabel 15 Sebaran contoh (%) berdasarkan penerimaan dukungan sosial (n=47) No Dukungan Sosial Tidak pernah Kadang-kadang Sering % % % Keluarga luas

1 Membantu pekerjaan rumah tangga 42.55 17.02 40.43 2 Membantu keuangan 38.30 38.30 23.40 3 Membantu pengasuhan 19.15 17.02 63.83 4 Memberi solusi masalah 40.43 21.28 38.30

Tetangga

1 Perasaan aman 0 0 100

2 Membantu keuangan 55.32 36.17 8.51 3 Pertolongan saat kesulitan 36.17 34.04 29.79 4 Bertukar pikiran 25.53 38.30 36.17

PJTKI

1 Sosialisasi penempatan TKW 27.66 6.38 65.96 2 Membantu pembuatan paspor 4.26 0 95.74 3 Menjelaskan isi lembar kontrak 27.66 0 72.34 4 Perlindungan dan keselamatan TKW 2.13 8.51 89.36

Tabel 16 menunjukkan sebanyak 40.43 persen keluarga contoh mendapat dukungan sosial keluarga luas dalam kategori sedang, 34.04 persen contoh tergolong kategori tinggi, dan selebihnya tergolong dalam kategori rendah. Hal ini menggambarkan bahwa keluarga luas cukup peduli untuk memberikan dukungan sosial kepada keluarga contoh.

Lebih dari setengah (51.06%) keluarga contoh memperoleh dukungan sosial tetangga termasuk kategori sedang, hampir sepertiga (31.91%) keluarga contoh merasa bahwa dukungan sosial yang diberikan tetangga tergolong kategori tinggi, dan selebihnya tergolong kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh merasa telah cukup dalam menerima dukungan sosial dari tetangga, sehingga keluarga contoh merasa nyaman hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar.

Dukungan sosial PJTKI yang diberikan kepada hampir empat perlima (74.47%) keluarga contoh tergolong kategori tinggi, kurang dari seperempat (23.40%) keluarga contoh tergolong kategori sedang, dan selebihnya tergolong dalam kategori rendah. Dukungan sosial dianggap tinggi oleh sebagian besar contoh karena selama proses pendaftaran, pemberangkatan, saat bekerja, dan pemulangan keluarga contoh tidak mengalami kesulitan atau pelecehan yang berarti.

Tabel 16 secara umum menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55.32%) keluarga contoh mendapat dukungan sosial yang diterima baik dari keluarga

luas, tetangga, maupun PJTKI tergolong kategori sedang. Hal ini terlihat dari dukungan sosial yang diterima keluarga TKW berupa dukungan dalam pengasuhan anak dan membantu pekerjaan rumah tangga (dukungan sosial keluarga luas), adanya rasa aman hidup di masyarakat dan tetangga dapat dijadikan teman dalam bertukar pikiran (dukungan sosial tetangga), serta membantu dalam pembuatan paspor dan melindungi keselamatan TKW (dukungan sosial PJTKI).

Tabel 16 Sebaran contoh (%) berdasarkan kategorti dukungan sosial (n=47)

No Tingkat Dukungan Sosial

Dukungan Sosial Dukungan Sosial Keluarga

Luas Tetangga PJTKI

% % % %

1 Rendah (12-19) 25.53 17.02 2.13 2.13 2 Sedang (20-27) 40.43 51.06 23.40 55.32 3 Tinggi (28-36) 34.04 31.91 74.47 42.55

Total 100 100 100 100

Fungsi Pengasuhan Anak Pengasuh Anak

Pengasuh merupakan orang yang melakukan fungsi pengasuhan dimana orang tersebut mampu mengasuh, melindungi, dan mengarahkan anak. Sebelum ibu menjadi TKW, pengasuhan anak dilakukan oleh ibu seorang diri, namun terdapat sebagian kecil (6.38%) ibu mendapatkan bantuan pengasuhan dari nenek. Hal ini berarti dukungan sosial keluarga luas dalam hal pengasuhan sudah diterima sebagian kecil keluarga contoh bahkan sebelum ibu menjadi TKW.

Perpisahan antara ibu dan anak dalam jangka waktu yang relatif lama, memaksa keluarga menemukan jalan keluar mengenai siapa yang akan menggantikan tugas pengasuhan ibu. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat dengan tali ikatan keluarga besar yang cukup erat, sehingga hampir setengah (48.94%) ayah melaksanakan pengasuhan bersama-sama dengan keluarga besar seperti nenek/kakek, kakak ayah/ibu (ua), dan bibi. Lebih dari seperempat (25.53%) pengasuhan anak hanya dilakukan oleh keluarga luas, meskipun demikian ayah secara rutin mengunjungi anak dengan frekuensi antara satu minggu sekali sampai satu bulan sekali. Bagi keluarga contoh yang tinggal berjauhan dengan keluarga besar, maka memaksa ayah untuk melakukan peran

pengasuhan sendiri tanpa bantuan dari keluarga lain. Lebih dari seperempat (25.53%) contoh melakukan peran pengasuhan tanpa adanya dukungan atau bantuan dari keluarga lain (Tabel 17).

Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan kepada sepuluh contoh, rata-rata suami mengeluh merasa berat melakukan pengasuhan anak tanpa adanya istri. Pengasuhan akan lebih mudah dan ringan bila istri dan suami melakukan bersama-sama. Meskipun suami mendapatkan bantuan pengasuhan dari keluarga besar, namun suami mengaku bahwa tanggung jawab suami untuk melakukan pengasuhan lebih berat dibanding bila istri yang mengasuh anak. Selain itu suami mengaku bahwa istri lebih terampil dalam mengasuh anak dibanding dengan suami.

Tabel 17 Sebaran contoh (%) berdasarkan pengasuh anak (n=47)

No Pengasuh Anak Pra TKW% % Pengasuh Anak Saat TKW

1 Ibu 91.49 Ayah 25.53

2 Ibu, bapak 2.13 Ayah,nenek/kakek 38.30 3 Ibu, nenek 6.38 Ayah, anak yang paling besar 8.51

4 Ayah, ua 2.13

5 Nenek, kakek 23.40

6 Ua, bibi 2.13

Total 100 Total 100

Pengasuhan Ibu, Pengganti Ibu dan Ayah berdasarkan yang Dirasakan Ayah (Perceived of Father)

Ibu dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam pengasuhan anak. Namun, keterpisahan ibu dengan anak menyebabkan fungsi pengasuhan ibu harus digantikan oleh pihak lain, dalam hal ini adalah ayah atau keluarga besar. Akibat kepergian ibu ini, keadaan menuntut peran serta tokoh pengganti ibu yang lebih baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga tetap terjamin pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengasuhan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pengasuhan dimensi kehangatan, terdiri dari pengasuhan penerimaan (acceptance) yang ditandai dengan kasih sayang, dekapan, kepedulian, memuji, mengusap dan pengasuhan penolakan meliputi permusuhan, pengabaian, dan penolakan anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum ibu menjadi TKW, sebagian besar ibu mencintai secara hangat dengan cara peduli terhadap pemenuhan kebutuhan anak (87.23%), menciptakan suasana hangat dengan melakukan

humor kepada anak (72.34%), memeluk dan mengelus (65.96%), dan mengatakan cinta kepada anak (61.70%). Pengasuhan dimensi penerimaan yang dilakukan pengganti ibu ditunjukkan dengan cara menciptakan suasana hangat dengan melakukan humor kepada anak (82.86%), peduli terhadap pemenuhan kebutuhan anak (80.00%), memeluk dan mengelus (57.14%), dan mengatakan cinta kepada anak (54.29%). Pengasuhan dimensi penerimaan yang dilakukan ayah ditunjukkan dengan cara peduli terhadap pemenuhan kebutuhan anak (85.11%), menciptakan suasana hangat dengan melakukan humor kepada anak (65.96%), mengatakan cinta kepada anak (59.57%), serta memeluk dan mengelus (57.45%) (Lampiran 4). Diantara kelima pernyataan dalam pengasuhan penerimaan, pernyataan membantu anak mengerjakan sesuatu yang penting seperti Pekerjaan Rumah (PR) memiliki persentase terkecil dalam pengasuhan penerimaan yang dilakukan ibu ,pengganti ibu, dan ayah. Tabel 18 Hasil uji beda pengasuhan dimensi penerimaan (acceptance) oleh

pengasuh

No Pengasuhan Penerimaan

Pengasuh (Rata-rata) Uji Beda (p-value) Ibu (n=47) Pengganti Ibu (n=35) Ayah (n=47) Ibu-Pengganti Ibu Ibu-Ayah Pengganti Ibu-Ayah 1 Mencintai dengan

hangat pada anak (memeluk, mengelus kepala anak, dll) 2.62 2.46 2.51 .259 .390 .716 2 Membantu anak mengerjakan sesuatu yang penting (PR dari sekolah, belajar, dll) 2.26 1.74 1.87 .007** .020** .465 3 Mengatakan cinta pada anak 2.51 2.29 2.49 .192 .881 .237 4 Sangat peduli dengan anak 2.85 2.80 2.83 .580 .809 .753 5 Tertawa bersama

apabila ada hal-hal yang lucu 2.68 2.46 2.62 .099 .585 .244 Total Pengasuhan Penerimaan 12.91 11.74 12.32 .273 .543 .638 *p≤0.05 **p≤0.01

Berdasarkan uji beda Independent Sampel T-test, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengasuhan dimensi penerimaan yang dilakukan ibu dan pengganti ibu (p=0.273), ibu dan ayah (p=0.543), serta

pengganti ibu dan ayah (p=0.638). Namun bila di lihat per item pertanyaan, terdapat perbedaan signifikan pada pengasuhan dalam membantu anak mengerjakan sesuatu yang penting (Pekerjaan Rumah/PR) antara ibu dan pengganti ibu (p=0.07) serta antara ibu dan ayah (p=0.020) (Tabel 18 yang disarikan dari Lampiran 13, 14, 15).

Meskipun tidak terdapat perbedaan signifikan antara pengasuhan ibu, pengganti ibu, dan ayah, namun secara umum pengasuhan kehangatan yang dilakukan ibu sebelum menjadi TKW lebih baik bila dibandingan pengasuhan yang dilakukan pengganti ibu maupun ayah. Pengasuhan ayah masih lebih baik bila dibandingkan dengan pengasuhan pengganti ibu (Tabel 18).

Bentuk pengasuhan lain dari dimensi kehangatan yaitu pengasuhan dimensi penolakan (rejection). Merujuk pada Rohner (1986), pengasuhan dimensi ini mengarah pada tindakan kekerasan dan pengabaikan terhadap anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan penolakan yang sering dilakukan ibu sebelum menjadi TKW yaitu membentak atau berteriak pada anak saat marah dengan frekuensi kadang-kadang sampai sering (66.32%). Namun demikian, lebih dari dua pertiga ibu memanggil anak dengan panggilan yang baik, tidak pernah memukul anak, dan tidak pernah berbicara kasar pada anak (Lampiran 5).

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari dua pertiga pengganti ibu tidak pernah memanggil anak dengan panggilan jelek, memukul anak, dan mengancam anak. Namun, hampir dua pertiga (63.16%) pengganti ibu tetap membentak atau berteriak pada anak dengan frekuensi kadang-kadang sampai sering. Berdasarkan pengakuan ayah, ayah jarang melakukan pengasuhan penolakan. Hal ini digambarkan melalui ayah memanggil anak dengan panggilan yang baik (91.49%), tidak memukul anak (76.70%), tidak berbicara kasar pada anak (72.37%), dan tidak mengancam bila anak tidak mengikuti perintah (61.80%) (Lampiran 5).

Hasil uji beda Independent T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengasuhan dimensi penolakan yang dilakukan ibu dan pengganti ibu, ibu dan ayah, serta pengganti ibu dan ayah. Hal ini berarti bahwa tidak terlalu berbeda pengasuhan dimensi penolakan yang dilakukan ibu sebelum menjadi TKW, pengganti ibu, dan ayah. Namun bila dilihat dari item pertanyaan, terdapat perbedaan (p<0.1) pengasuhan dimensi penolakan dalam hal membentak atau berteriak pada anak antara pengganti ibu (rata-rata=1.89)

dan ayah (rata-rata=1.62) (Tabel 19 disarikan dari Lampiran 16, 17, 18). Hal ini menunjukkan bahwa pengganti ibu lebih sering membentak atau berteriak pada anak disbanding dengan ayah.

Tabel 19 Hasil uji beda pengasuhan penolakan oleh pengasuh

No Pengasuhan Penolakan

Pengasuh (Rata-rata) Uji Beda (p-value) Ibu (n=47) Pengganti Ibu (n=35) Ayah (n=47) Ibu-Pengganti Ibu

Ibu-Ayah Pengganti Ibu-Ayah 1 Membentak atau

berteriak pada anak saat marah 1.85 1.89 1.62 .837 .101 .095+ 2 Mengancam apabila tidak menuruti perintah 1.57 1.51 1.51 .735 .685 .983 3 Memukul anak 1.34 1.17 1.23 .167 .325 .524 4 Berbicara kasar dengan anak 1.34 1.46 1.30 .405 .701 .236 5 Memanggil anak dengan panggilan yang jelek 1.15 1.09 1.11 .479 .604 .805 Total Pengasuhan Penolakan 7.26 7.11 6.77 .883 .538 .692 *p≤0.05 **p≤0.01 +p≤0.1

Pengasuhan anak dari dimensi kehangatan diukur dari aspek penerimaan dan penolakan (Rohner 1986), yang dikelompokkan dalam tiga kategori rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (78.72%) pengasuhan dimensi kehangatan yang dilakukan ibu tergolong kategori tinggi. Hasil yang sama dilakukan oleh pengganti ibu dan ayah, dimana sebagian besar (74.43%) pengganti ibu dan sebagian besar (80.85%) ayah menerapkan pengasuhan dimensi kehangatan dalam kategori tinggi (Tabel 20). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengasuhan ibu, pengganti ibu, dan ayah adalah hangat.

Tabel 20 Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori pengasuhan dimensi kehangatan

No Tingkat Dimensi Kehangatan Pengasuhan Ibu Pengganti Ibu Pengasuhan Pengasuhan Ayah

% % %

1 Rendah (10-16) 0 0 0

2 Sedang (17-23) 21.28 25.53 19.15 3 Tinggi (24-30) 78.72 74.47 80.85

Interaksi dalam Keluarga

Komunikasi Antara Ibu dan Keluarga

Komunikasi antara ibu dan keluarga yang dimaksud disini mencakup media apa yang digunakan untuk komunikasi antara ibu dan keluarga, berapa sering melakukan komunikasi (frekuensi komunikasi), dan berapa lama setiap satu kali komunikasi (intensitas komunikasi). Media yang digunakan dalam berkomunikasi penting untuk diketahui agar diketahui efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi.

Komunikasimerupakan hal penting atau vital yang harus dilakukan dalam sebuah keluarga. Anggota keluarga yang mengalami keterpisahan fisik sering mendapat hambatan dalam berkomunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih membantu meminimalisir kesulitan dalam berkomunikasi jarak jauh. Salah satu media komunikasi yang mudah dan sering digunakan yaitu telepon seluler. Sebagian besar contoh mengaku bahwa komunikasi yang terjalin antara keluarga dan ibu (TKW) banyak dilakukan melalui pengiriman pesan singkat (sms) dan telepon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi keluarga TKW dilakukan dua arah yaitu ibu kepada keluarga maupun keluarga kepada ibu. Sebagian besar contoh menerangkan bahwa ibu dan keluarga melakukan komunikasi saat hari penting seperti hari raya. Namun saat hari peringatan kelahiran anggota keluarga, sebagian besar contoh mengaku bahwa baik ibu maupun keluarga tidak memberikan ucapan selamat kepada anggota keluarga yang sedang berulang tahun. Hal ini dikarenakan, sebagian besar dari keluarga contoh tidak mengenal akan perayaan yang dilakukan saat hari kelahiran. Bahkan sebagian besar dari contoh tidak mengingat tanggal dan bulan kelahiran anggota keluarga lainnya (Tabel 21).

Tabel 21 Sebaran contoh (%) berdasarkan komunikasi antara ibu dan keluarga (n=47) No Pernyataan Komunikasi Tidak Pernah Kadang-kadang Sering % % % 1 Ibu sms/telepon kepada keluarga 8.51 42.55 48.94

2 Ibu telepon saat ulang Tahun anak/suami 68.09 8.51 23.40 3 Ibu telepon saat hari besar 23.40 14.89 61.70

4 Keluarga sms/telepon kepada ibu 17.02 44.68 38.30 5 Keluarga telepon saat ulang Tahun ibu 74.47 4.26 21.28

Frekuensi komunikasi adalah penyampaian informasi yang diberikan secara teratur dalam kejadian tertentu (Petra 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar (44.68%) frekuensi komunikasi antara istri dan keluarga sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu bulan. Persentase terbesar kedua (34.04%), contoh melakukan komunikasi dengan frekuensi satu sampai tiga kali dalam satu bulan. Adapun contoh yang lebih dari satu tahun atau sama sekali tidak pernah melakukan komunikasi selama istri bekerja sebagai TKW sebanyak 8.51 persen.

Komunikasi yang dibutuhkan tidak hanya penting dilakukan oleh suami istri, namun juga penting dilakukan antara ibu dan anggota keluarga lain, terutama anak. Hampir tiga perempat (74.47%) contoh mengungkapkan bahwa ayah selalu melibatkan anak setiap kali ayah berkomunikasi dengan istri. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk tetap menjaga kedekatan antara ibu dan anak. Satu perempat (25.53%) ibu melakukan komunikasi