• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat merupakan daerah unik karena memiliki kontur wilayah yang bervariasi mulai dari laut, pantai, dataran rendah serta perbukitan dan pegunungan. Luas wilayah Kecamatan Cisolok mencapai 17.806,726 hektar. Secara geografis, sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Kabandungan, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sebelah timur dibatasi oleh Kecamatan Cikakak, dan sebelah barat dibatasi Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak.

Kecamatan ini terdiri dari 11 desa, 52 dusun, 87 RW, 334 RT. Jumlah penduduk secara keseluruhan yaitu sebanyak 60.578 orang. Selain memiliki daerah pertanian yang luas, Kecamatan Cisolok juga memiliki daerah wisata yang biasa dikunjungi turis lokal maupun Internasional. Adapun mata pencaharian penduduk Kecamatan Cisolok mayoritas adalah petani, sedangkan sebagian kecil adalah nelayan, pedagang, buruh, serta jasa.

Desa Cisolok

Desa Cisolok merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok. Desa Cisolok memiliki luas wilayah 767 hektar dengan ketinggiaan antara 0-300 meter di atas air laut, dengan bentang lahan sebanyak 40 persen berupa daratan dan 60 persen berupa wilayah perbukitan. Daerah ini memiliki tempat wisata pantai dengan luas wilayah 15 hektar. Sebelah utara Desa Cisolok dibatasi oleh Desa Cikelat, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sebelah timur dibatasi oleh Desa Karang Papak, dan sebelah barat dibatasi oleh Desa Cikahuripan.

Wilayah Desa Cisolok terdiri dari 4 dusun dengan 13 RW dan 46 RT. Jumlah penduduk desa sebanyak 8.414 orang. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (250 orang), nelayan (103 orang), Pegawai Negeri Sipil (101 orang) dan buruh tani (99 orang), sedangkan yang lain bermata pencaharian sebagai pedagang keliling, pensiunan PNS, pengusaha kecil atau menengah, buruh migran dan lain-lain.

Partisipasi pendidikan di Desa Cisolok dapat digambarkan berdasarkan jumlah penduduk yang menempuh pendidikan tertentu. Data potensi desa

menunjukan terdapat 1112 orang yang tidak pernah sekolah, 876 orang tidak tamat sekolah dasar, 507 orang tamat sekolah dasar, 1679 orang tamat SMP/Sederajat, 1042 orang tamat SMA/Sederajat, 562 orang tamat D1/Sederajat, 303 orang tamat D2/Sederajat, 122 orang tamat D3/Sederajat, 338 orang tamat S1/Sederajat, 70 orang tamat S2/Sederajat, dan 47 orang tamat S3/Sederajat.

Desa Cikahuripan

Desa Cikahuripan memiliki luas wilayah 702 hektar. Wilayah berada pada ketinggiaan 0-300 dengan bentang lahan 30 persen merupakan daratan dan 70 persen adalah wilayah perbukitan. Desa Cikahuripan merupakan desa pantai yang berbasis pada sumber daya bahari. Sumber pendapatan utama penduduk berasal dari hasil tangkapan ikan di laut. Dilihat dari tipologi wilayahnya, sebagian besar Desa Cikahuripan merupakan tanah yang terjal dan berbukit, sehingga pemukiman penduduk mengikuti garis pantai (mendekati pantai) yang banyak memiliki lahan yang relatif lebih datar. Sebagian besar wilayah Desa Cikahuripan merupakan daerah hutan atau perkebunan dengan tipologi pegunungan. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Gunung Tanjung, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sebelah timur dibatasi oleh Desa Cisolok, sebelah barat dibatasi oleh Desa Pasir Baru.

Wilayah Desa Cikahuripan terdiri dari 3 dusun dengan 15 RW dan 36 RT. Jumlah penduduk desa sebanyak 5.863 orang. Mata pencaharian penduduk Desa Cikahuripan cukup beragam. Lebih dari separuh (1425) penduduk desa Cikahuripan bermata pencaharian sebagai nelayan, hampir seperempat (600) penduduk desa Cikahuripan bermata pencaharian sebagai buruh tani. Sisanya, mata pencaharian penduduk desa Cikahuripan meliputi petani (126), pegawai negeri (41), buruh migran (28), pedagang keliling (25), dan lain-lain.

Sebagian besar (3073) penduduk Desa Cikahuripan memiliki tingkat pendidikan tamat SD/Sederajat, lebih dari sepersepuluh (456) penduduk desa Cikahuripan menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMP/Sederajat, hampir sepersepuluh (408) penduduk desa Cikahuripan menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMA/Sederajat. Hanya seperduapuluh (224) penduduk desa Cikahuripan memiliki tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi, walaupun demikian penduduk di Desa Cikahuripan masih ada yang belum tamat SD dan juga masih buta aksara dan huruf/angka latin.

Desa Cikelat

Desa Cikelat memiliki luas wilayah 1.627,726 hektar dengan persentase lahan sebanyak 20 persen berupa daratan dan 80 persen adalah wilayah perbukitan. Sebelah utara Desa Cikelat dibatasi oleh Desa Cicadas, sebelah selatan dibatasi oleh Desa Cisolok, sebelah timur dibatasi oleh Desa Karang Papak dan Cicadas, sebelah barat dibatasi oleh Desa Gunung Karamat dan Gunung Tanjung.

Wilayah Desa Cikelat terdiri dari 6 dusun dengan 6 RW dan 38 RT. Jumlah penduduk Desa Cikelat berdasarkan data Laporan Tahunan Desa Tahun 2008 adalah 7988 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 4020 jiwa dan perempuan 3968 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani dan buruh tani.

Karakteristik Keluarga Umur Orangtua

Umur suami berkisar antara 29 hingga 51 tahun dengan rata-rata umur 38.04 tahun. Umur istri berkisar antara 25 hingga 45 tahun dengan rata-rata umur 32.57 tahun. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sebagian besar (74.47%) suami dan hampir seluruh (97.87%) istri tergolong pada golongan dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi terbesar suami dan istri termasuk dalam usia produktif.

Tabel 5 Sebaran contoh (%) berdasarkan umur orangtua (n=47)

No Umur (Tahun) Suami Istri % %

1 Dewasa Awal (18-40 tahun) 74.47 97.87

2 Dewasa Madya (41-60 tahun) 25.53 2.13

Total 100.00 100.00

Rata-rata±sd 38.04±5.469 32.57±4.680

keterangan: Klasifikasi menurut Hurlock (1980)

Besar Keluarga

Jumlah anggota keluarga contoh berkisar antara 3 sampai 11 orang dengan rata-rata 4.70 orang. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa lebih dari separuh (51.06%) keluarga contoh memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh termasuk dalam keluarga kecil.

Tabel 6 Sebaran contoh (%) berdasarkan besar keluarga (n=47) No Besar Keluarga % 1 Kecil (≤4 orang) 51.06 2 Sedang (5-6 orang) 40.43 3 Besar (≥7 orang) 8.51 Total 100.00 Rata-rata±sd 4.70±1.458

Keterangan: Klasifikasi menurut BKKBN (1996) Tingkat Pendidikan Orangtua

Tingkat pendidikan suami bervariasi mulai dari tidak pernah sekolah hingga tamat dari perguruan tinggi, sedangkan tingkat pendidikan formal istri berkisar mulai dari tamat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan suami (51.06%) dan istri (85.11%) ialah tamat Sekolah Dasar (SD). Persentase terkecil (2.13%) tingkat pendidikan suami adalah tamat perguruan tinggi, sedangkan persentase terkecil (2.13%) tingkat pendidikan yang ditempuh istri adalah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Mengacu kepada batas tingkat pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah, maka lama pendidikan yang ditempuh oleh sebagian besar suami dan istri (masing-masing 74.42% dan 85.11%) adalah kurang dari 9 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh suami dan istri termasuk dalam pendidikan rendah.

Tabel 7 Sebaran contoh (%) berdasarkan tingkat pendidikan suami dan istri (n=47)

No Tingkat pendidikan Suami Istri % %

1 Tidak sekolah 4.26 0 2 Tidak tamat SD 19.15 0 3 Tamat SD 51.06 85.11 4 Tamat SMP 14.89 12.77 5 Tamat SMA 8.51 2.13 6 Akademi/PT 2.13 0 Total 100 100 Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan suami sangat bervariasi bila dibandingkan dengan pekerjaan istri sebelum bekerja sebagai TKW. Tabel 8 menyajikan bahwa persentase terbesar (29.79%) pekerjaan suami bekerja sebagai nelayan. Hanya sebagian kecil (6.38%) saja suami yang tidak memiliki pekerjaan saat penelitian berlangsung. Sebagian besar (70.21%) suami tidak mempunyai pekerjaan

sampingan yang dapat memberikan tambahan pendapatan keluarga. Hanya 29.79 persen suami yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang ojek, petani, dan buruh bangunan.

Sebelum istri bekerja sebagai TKW, hampir seluruh (85.11%) istri merupakan ibu rumah tangga. Hanya sepertujuh (14.89%) istri yang bekerja baik sebagai pedagang atau kredit, petani, karyawan, dan pembantu rumah tangga (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran contoh (%) berdasarkan pekerjaan suami dan istri sebelum menjadi TKW (n=47)

No Pekerjaan Suami (Saat TKW) Istri (Pra TKW)

% % 1 Petani 8.51 4.26 2 Nelayan 29.79 0 3 Pedagang/Kredit 4.26 6.38 4 Pengrajin 2.13 0 5 Buruh tani 8.51 0 6 Buruh angkutan 6.38 0 7 Buruh bangunan 10.64 0 8 Wiraswasta 19.15 0 9 PNS 2.13 0 10 Swasta 0 2.13 11 Tidak bekerja/IRT 6.38 85.11 12 Lain-lain 2.13 2.13 Total 100 100

Keadaan Ekonomi Keluarga Contoh

Total Pendapatan Keluarga. Total pendapatan keluarga contoh berkisar antara kurang dari Rp 630 000,00 sampai dengan Rp 5 000 000,00 per bulan sebelum istri menjadi TKW, sedangkan pendapatan keluarga contoh setelah istri menjadi TKW berkisar antara Rp 900 000,00 sampai dengan lebih dari Rp 5 670 000,00 per bulan. Persentase terbesar (61.70%) pendapatan per bulan keluarga contoh sebelum istri menjadi TKW adalah kurang dari Rp 1 000 000,00. Namun setelah istri menjadi TKW, terdapat peningkatan pendapatan perbulan keluarga contoh dengan persentase terbesar (40.43%) memiliki pendapatan antara Rp 2 000 001,00 sampai dengan Rp 3 000 000,00. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa rata-rata pendapatan per bulan keluarga sebelum istri menjadi TKW sebesar Rp 1 138 723,00, sedangkan saat istri menjadi TKW rata-rata pendapatan per bulan meningkat hampir tiga kali lipat menjadi Rp 3 247 670,00. Hal ini menunjukkan bahwa istri memiliki kontribusi besar dalam

peningkatan pendapatan per bulan keluarga, sehingga keadaan ekonomi pada keluarga contoh setelah istri menjadi TKW lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum istri menjadi TKW (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran contoh (%) berdasarkan pendapaan keluarga per bulan (n=47)

No Pendapatan Keluarga Pra TKW % % Saat TKW

1 <1000000 61.70 2.13 2 1000000-2000000 27.66 12.77 3 2000001-3000000 6.38 40.43 4 3000001-4000000 0 21.28 5 4000001-5000000 4.26 8.51 6 5000001-6000000 0 12.77 7 >6000000 0 2.13 Total 100 100 Rata-rata±sd 1138723±1060983.172 3247670±1199758.274

Pendapatan Per Kapita Per Bulan. Pendapatan per kapita merupakan indikator yang baik bukan saja pada tingkat kesejahteraan jasmaniah yang dapat dicapai seseorang, tetapi juga terhadap kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat (Ginting & Penny 1984 diacu dalam Nuryani 2007). Pendapatan per kapita pada penelitian ini merupakan rata-rata pendapatan per bulan dibagi banyaknya anggota keluarga.

Tabel 10 Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori pendapatan perkapita per bulan (n=47)

No Pendapatan per kapita per bulan Pra TKW % % Saat TKW 1 ≤145733 (Garis Kemiskinan) 36.17 0 2 145734 - 291467 36.17 4.26 3 291468 - 437200 10.67 8.51 4 437201 - 582933 10.67 25.53 5 582934 - 728666 0 17.02 6 728667 - 874399 2.13 10.67 7 874400 - 1020132 2.13 14.89 8 1020133-1165865 0 8.51 9 1165866-1311598 0 4.26 10 1311599-1457331 0 4.26 11 >1457331 2.13 2.13

Keterangan: Garis Kemiskinan Kabupaten Sukabumi Tahun 2007 adalah Rp 145 733 (BPS 2007)

Menurut Susenas (2007), garis kemiskinan diukur berdasarkan minimum pendapatan per kapita per bulan. Rumah tangga Kabupaten Sukabumi dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai Rp

145 733,00 per kapita per bulan. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 10), sebelum istri menjadi TKW terdapat 36.17 persen keluarga termasuk dalam kategori miskin. Namun saat istri menjadi TKW mengalami peningkatan tajam yaitu seluruh keluarga contoh (100%) menjadi tidak miskin.

Aset. Aset merupakan jumlah kekayaan yang dimiliki keluarga berupa kepemilikan rumah, lahan, alat transportasi (termasuk perahu atau kapal), barang elektronik, furniture, perhiasan, perlengkapan dapur, dan ternak. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kepemilikan aset sebelum istri menjadi TKW dan saat atau setelah istri menjadi TKW. Data menunjukkan bahwa kenaikan aset terbesar berada pada kepemilikan rumah yaitu mencapai 25.54 persen saat istri menjadi TKW. Adapun kenaikan aset terkecil ada pada penambahan kepemilikan lahan yaitu sebesar 6.91 persen.

Hal ini secara tidak langsung menggambarkan penggunaan uang hasil kerja TKW diprioritaskan untuk membeli aset seperti rumah, furniture, elektronik perhiasan, transportasi, ternak, dan seterusnya hingga prioritas pembelian terakhir yaitu lahan dan perlengkapan dapur. Meskipun perlengkapan dapur mengalami peningkatan paling banyak namun dikatakan sebagai prioritas pembelian terakhir dikarenakan penambahan aset peralatan dapur yang dimiliki merupakan bantuan yang diberikan pemerintah saat program pembagian kompor gas gratis kepada masyarakat (Lampiran 1).

Tempat Tinggal

Sebanyak 51.06 persen contoh telah memiliki rumah sendiri sebelum istri menjadi TKW. Setelah istri menjadi TKW, terjadi peningkatan status kepemilikan rumah sebesar 21.28 persen sehingga jumlah contoh yang memiliki rumah sendiri menjadi 72.34 persen. Sebelum istri menjadi TKW, contoh yang memiliki rumah lebih dari satu hanya sebesar 6.38 persen. Namun setelah istri menjadi TKW, terjadi peningkatan kepemilikan rumah lebih dari satu menjadi 10.64 persen.

Mutu lingkungan yang nyaman dan sehat dapat mencegah dari berbagai ancaman bahaya sehingga tercapai derajat kesehatan individu dan keluarga. Lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu lingkungan yang penting untuk diperhatikan karena selalu berinteraksi dengan manusia. Kepadatan rumah contoh dengan kepadatan lebih dari sama dengan 9 meter persegi per orang

sebelum dan sesudah istri menjadi TKW juga mengalami peningkatan yaitu dari 80.85 persen menjadi 93.62 persen.

Kondisi rumah bila dilihat dari tipe dindingnya, sebelum istri menjadi TKW sebanyak 63.83 persen contoh memiliki dinding rumah yang terbuat dari tembok, sedangkan setelah istri menjadi TKW terjadi peningkatan sebesar 6.17 persen contoh. Sebagian besar contoh baik sebelum maupun setelah TKW (masing-masing 91.49% dan 89.36%) memiliki rumah dengan tipe atap yang digunakan terbuat dari genting. Tipe lantai berupa keramik sebelum istri menjadi TKW digunakan oleh 55.32 persen contoh, sedangkan setelah istri menjadi TKW meningkat menjadi 68.09 persen contoh. Hampir seluruh rumah contoh memiliki ventilasi yang cukup sebelum dan sesudah istri menjadi TKW (masing-masing 91.49% dan 91.49%). Sebagian besar contoh memiliki kamar mandi baik sebelum (80.85%) maupun sesudah (82.98%) istri menjadi TKW.

Sebanyak 76.60 persen contoh mengkonsumsi air minum yang bersumber dari sumur atau mata air dan sebanyak 17.02 persen contoh mengkonsumsi air minum yang berasal dari PAM. Secara keseluruhan sebanyak 93.62 persen keluarga contoh mengkonsumsi air minum yang bersih dan higienis (Lampiran 2).

Frekuensi Makan pada Keluarga

Berdasarkan wawancara mendalam ditemukan bahwa terdapat beberapa anak yang mengalami penurunan frekuensi makan. Semenjak anak ditinggal ibu, anak lebih suka jajan dibanding dengan makan di rumah. Kalaupun makan, anak biasanya lebih senang makan mie instan. Perubahan frekuensi makan tersebut menyebabkan anak mengalami penurunan berat badan. Bahkan terdapat satu anak yang menderita penyakit tipus kronis akibat jarang makan nasi namun senang sekali makan mie instan. Namun secara umum, hasil penelitian menggambarkan bahwa empat perenam (65.96%) keluarga contoh memiliki pola kebiasaan makan nasi dengan frekuensi tiga kali per sehari dan selebihnya memiliki frekuensi makan nasi dua kali per hari. Adapun jenis pangan sumber karbohidrat lain yang sering dikonsumsi oleh keluarga contoh yaitu mie dan roti. Rata-rata konsumsi mie pada keluarga contoh yaitu tiga kali dalam seminggu, sedangkan rata-rata konsumsi roti adalah 2.5 kali dalam seminggu.

Jenis pangan sumber protein hewani seperti ikan dikonsumsi satu kali sampai tiga kali per hari oleh 76.60 persen keluarga contoh. Jenis protein lain

seperti ikan asin dikonsumsi dengan frekuensi satu hingga tiga kali per hari oleh 55.32 persen keluarga contoh, sedangkan telor dikonsumsi dengan frekuensi satu hingga tiga kali per hari oleh 14.89 persen keluarga contoh. Untuk jenis protein hewani lainnya seperti daging ayam dan sapi jarang sekali dikonsumsi keluarga contoh. Jenis pangan sumber protein nabati seperti tempe dan tahu dikonsumsi dengan frekuensi satu kali sampai tiga kali per hari masing-masing oleh 29.79 persen dan 23.40 persen keluarga contoh.

Jenis sayuran seperti kangkung, banyam, sup, kacang, asem, dan daun singkong merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi oleh keluarga contoh. Namun hanya 10.65 persen contoh yang mengkonsumsi sayuran dengan frekuensi satu kali per hari. Jenis buah yang dikonsumsi keluarga contoh adalah pisang, pepaya, jeruk, apel. Buah dikonsumsi dengan frekuensi satu kali sampai tiga kali per hari oleh 10.65 persen keluarga contoh (Lampiran 3).

Peran Perempuan Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW)

Negara Tujuan TKW. Saat penelitian ini dilakukan, dari keseluruhan keluarga contoh terdapat 72.34 persen TKW yang masih berada di luar negeri dan selebihnya sudah berada di rumah selama 2 minggu sampai 3 bulan terhitung dari kurun waktu kepulangan ke Indonesia sampai penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 11, terlihat bahwa persentase terbesar (61.70%) negara tujuan istri (TKW) adalah Arab Saudi. Seluruh istri bekerja di sektor informal yaitu sebagai pembantu rumah tangga. Rata-rata gaji terbesar (Rp 3 750 000,00) diterima istri (TKW) yang bekerja di negara Hongkong, sedangkan rata-rata gaji terkecil (Rp 1 133 333,00) diterima istri yang bekerja di negara Malaysia.

Tabel 11 Sebaran contoh (%) berdasarakan negara tujuan dan rata-rata gaji TKW (n=47)

No Negara Tujuan % Rata-rata Gaji/bulan*

1 Malaysia 6.38 1133333 2 Singapura 2.13 2000000 3 Hongkong 4.26 3750000 4 Taiwan 25.53 3358333 5 Arab Saudi 61.70 1800000 Rata-rata±sd 2242253±1036663.687 *Gaji kotor

Lama Menjadi TKW. Lama istri (TKW) bekerja di luar negeri bervariasi antara 7 bulan sampai dengan 10 tahun. Hampir sepertiga istri (31.91%) bekerja sebagai TKW pada jangka waktu kurang dari sama dengan 24 bulan dan persentase terbesar kedua (29.79%) yaitu 25 sampai 48 bulan. Rata-rata lama kepergian istri adalah 44.81 bulan. Saat penelitian dilakukan, hampir tiga per empat (72.34%) TKW masih berada di luar negeri dan selebihnya sudah berada di rumah. Sebaran contoh berdasarkan lama istri menjadi TKW dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh (%) berdasarkan lama istri menjadi TKW (n=47)

No Lama Bekerja % 1 ≤ 24 bulan 31.91 2 25-48 bulan 29.79 3 49-60 bulan 8.51 4 61-84 bulan 21.28 5 85-108 bulan 6.38 6 109-132 bulan 2.13 Total 100 Rata-rata±sd 44.81±28.358

Motivasi Menjadi TKW. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa motivasi yang menyebabkan istri bekerja sebagai TKW. Motivasi TKW dapat dibedakan menjadi motivasi ekonomi dan non ekonomi. Motivasi ekonomi antara lain untuk membayar utang keluarga, suami menganggur, merubah status sosial ekonomi keluarga, melanjutkan anak sekolah, dan membangun rumah, sedangkan yang termasuk motivasi non ekonomi yaitu agar menjadi perempuan mandiri dan naik haji.

Hampir dua pertiga (63.83%) suami tidak membenarkan bahwa kepergiaan istri sebagai TKW adalah untuk membanyar hutang, hanya 27.66 persen suami yang membenarkan hal tersebut. Motivasi menjadi TKW karena suami tidak bekerja dianggap sebagian benar oleh 42.55 persen suami. Sebagian besar suami yang menyebutkan alasan motivasi ini merupakan suami yang memiliki pencahariaan sebagai nelayan. Nelayan merupakan pekerjaan yang bisa dibilang tidak pasti karena selama kurun satu tahun, nelayan mengalami musim panen dan musim paceklik. Saat musim paceklik inilah nelayan seringkali tidak mendapatkan ikan yang cukup untuk dijual sehingga mereka menganggap bahwa dengan istri bekerja sebagai TKW, istri dapat

membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga selama musim paceklik berlangsung.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar (80.85%) suami menyebutkan kebenaran bahwa istri berangkat bekerja ke luar negeri karena ingin merubah status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi merupakan hal yang dianggap penting oleh hampir seluruh keluarga contoh karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan prestige (harga diri) keluarga dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagian besar (82.98%) suami juga membenarkan motivasi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga. Pendapatan ekonomi keluarga yang rendah mendorong istri untuk dapat membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seluruh (100%) suami menyebutkan bahwa motivasi menjadi TKW adalah agar anak melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang, keluarga contoh merasa tidak mampu membiayai anak sekolah. Biaya sekolah ini lebih dikaitkan dengan biaya anak sekolah setiap harinya seperti uang transport dan uang jajan, kecuali untuk anak dengan tingkat pendidikan tinggi seperti SMP dan SMA, selain membutuhkan uang transport dan uang jajan juga membutuhkan biaya besar untuk SPP dan uang pangkal. Letak geografis antara sekolah dan rumah yang jauh menuntut contoh mengeluarkan biaya transportasi yang dianggap tidak sedikit setiap harinya.

Sebagian besar (80.85%) suami membenarkan bahwa motivasi istri menjadi TKW adalah untuk membangun rumah, baik membuat rumah baru maupun memperbaiki kondisi rumah yang telah mereka miliki. Menurut Teori Maslow bahwa kepemilikan perumahan merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang, sehingga wajar bila keluarga contoh memiliki motivasi yang kuat untuk mewujudkan keinginan ini. Bagi suami yang menganggap motivasi ini tidak benar karena keluarga contoh telah memilik rumah yang diagap layak untuk dihuni.

Hampir tiga perempat (72.34%) suami menganggap benar motivasi yang berhubungan dengan istri ingin menjadi perempuan yang mandiri. Perempuan mandiri merupakan perempuan yang tidak menggantungkan seluruh kebutuhan hidupnya kepada suami, justru mereka mampu membantu suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hanya 8.51 persen suami yang mengganggap bahwa istri mereka tidak memiliki motivasi seperti ini. Hampir tiga perempat (72.34%) suami tidak membenarkan motivasi istri menjadi TKW karena

ingin naik haji. Sebanyak 21.28 persen suami yang membenarkan dan selebihnya mengangap sebagian benar istri bekerja sebagai TKW karena dorongan naik haji.

Tabel 13 Sebaran contoh (%) berdasarkan persepsi suami terhadap motivasi istri menjadi TKW (n=47)

No Motivasi menjadi TKW

Tidak

Benar Sebagian Benar Benar

% % % 1 Membayar hutang keluarga 63.83 8.51 27.66

2 Suami tidak bekerja 38.3 42.55 19.15 3 Merubah status sosial ekonomi keluarga 10.64 8.51 80.85 4 Memenuhi kebutuhan keluarga 12.76 4.26 82.98 5 Menjadi perempuan mandiri 8.51 19.15 72.34 6 Anak dapat melanjutkan sekolah 0 0 100 7 Membangun rumah 17.02 2.13 80.85

8 Naik haji 72.34 6.38 21.28

Permasalahan Selama Menjadi TKW. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada sepuluh contoh, didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa masalah yang menimpa TKW selama bekerja di luar negeri. Permasalahan pertama menimpa istri bapak Ace Sumpena. Istri Bapak Ace Sumpena sudah dua kali putaran menjadi TKW ke Arab Saudi. Pada putaran pertama mengalami kegagalan dan hanya lima bulan bekerja dari dua tahun masa kontrak. Hal ini dikarenakan istri Bapak Ace mengalami masalah dengan majikan. Majikannya sangat menyukai istri bapak Ace dan karenanya istri Bapak Ace memutuskan untuk pulang ke Indonesia agar dapat menghindari pelecehan seksual dari majikan (Kotak 1).

Permasalahan kedua dialami oleh istri Bapak Yayan. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada Kotak 2.