• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONETER DAN PERKREDITAN

3.8. Lembaga keuangan di luar perbankan 1. Asuransi

3.8.3. Dana Pensiun

Dalam upaya meningkatkan tabungan dalam negeri terutama tabungan jangka panjang, Dana Pensiun mempunyai kedudukan yang sangat strategis, karena pada dasarnya Dana Pensiun menghimpun tabungan masyarakat yang mempunyai waktu jangka panjang. Mengingat sifatnya sebagai tabungan jangka panjang, maka akumulasi dana yang terhimpun dari penyelenggaraan program pensiun dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka panjang seperti

pembangunan infrastruktur dan proyek -proyek produktif yang menciptakan banyak lapangan kerja. Pembangunan proyek-proyek ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1) 1994 1995

Total Aset

Asuransijiwa 799,1 985,6 1.212,90 1.628,80 1.911,50 2.349,20 4.018,00 4.893,50 Asuransi sosial 1.930,10 2.424,10 2.891,50 3.639,80 4.297,00 5.600,90 6.505,70 7.633,10 Asuransi kerugian dan reasuransi 1.177,00 1.580,60 2.137,60 2.603,30 2.808,80 3.317,10 3.891,70 4.743,20 Jumlah 3.906,20 4.990,30 6.242,00 7.871,90 9.017,30 11.267,20 14.415,40 17.269,80 Premi Bruto

Asuransi jiwa 298,7 346,7 455,4 562,1 770,1 1.062,00 1.625,10 2.078,70 Asuransi sosial 350,2 391,9 458,1 588,8 756,4 1.324,90 1.539,00 1.905,20 Asuransi kerugian dan reasuransi 888,6 1.093,80 1.341,20 1.666,30 1.954,80 2.032,50 2.687,10 3.332,00 Jumlah 1.537,50 1.832,40 2.254,70 2.817,20 3.481,30 4.419,40 5.851,20 7.315,90 Pembayaran Ganti Rugi

Asuransi jiwa 469,9 532,5 277,7 523 564 892,8 369,5 546,4

Asuransi sosial 171,9 175,3 214,4 285,8 360,1 616,4 708,6 893,7

Asuransi kerugian dan reasuransi 344,9 483,6 524,1 721 706,6 978,1 972,7 1.014,90 Jumlah 986,7 1.191,40 1.016,20 1.529,80 1.630,70 2.487,30 2.018,70 2.455,00 Dana Investasi

Asuransijiwa 595,9 730 914,1 1.291,20 1.529,20 1.819,50 2.614,90 3.368,70 Asuransi sosial 1.781,40 2.248,00 2.680,80 3.274,10 3.869,80 5.007,60 5.669,40 7.048,90 Asuransi keruglan dan reasul'ansi 710,2 1.010,90 1.402,00 1.705,00 1.746,20 1.989,70 2.412,30 3.023,90 Jumlah 3.087,50 3.988,90 4.996,90 6.170,30 7.145,20 8.816,90 10.696,60 13.441,50

TOTAL ASET, PREMI BRUTO, PEMBA Y ARAN GANTI RUGI, DAN DANA INVESTASI, 1988 -1995 Tabel Ill. 25

PERKEMBANGAN INDUSTRI ASURANSI DI INDONESIA BERDASARKAN ( dalam miliar rupiah)

1) Sesuai UU Nomor 2 Th. 1992, perusahaan asuransi yang melaksanakan program Asuransi Sosial adalah PT Asuransi lasa Rahardja dan PT Asuransi Tenaga Kelja.

Program pensiun merupakan salah satu alternatif untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan yang telah selesai masa baktinya. Jaminan tersebut diharapkan dapat memperkecil masalah-masalah yang timbul berupa kesulitan dalam bidang keuangan akibat tidak mampu lagi bekerja karena usia lanjut, dan kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh atau meninggal dunia. Sedangkan tujuan penyelenggaraan program pensiun, dilihat dari sisi karyawan adalah untuk memberikan rasa aman dan ketenangan dalam bekerja. Rasa aman dan ketenangan ini selanjutnya akan dapat meningkatkan motivasi, produktivitas serta loyalitas pada perusahaan tempatnya bekerja. Sedang bila ditinjau dari sisi pemberi kerja, perusahaan akan mempunyai nilai lebih dan daya saing dalam mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional. Dengan demikian penyelenggaraan program pensiun akan memberikan manfaat baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan.

Mengingat pentingnya Dana Pensiun bagi perekonomian nasional, Pemerintah telah mengambil beberapa upaya untuk meningkatkan dan mendorong perkembangan Dana Pensiun. Untuk memberikan landasan hukum yang kukuh bagi Dana Pensiun, telah ditetapkan dan diberlakukan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dengan pemberian landasan hukum yang kukuh ini diharapkan Dana Pensiun akan dapat berkembang secara baik sesuai dengan perkembangan perekonomian nasional. Peran dan fungsi Dana Pensiun menurut Undang-undang ini adalah sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat yang bersifat jangka panjang dan bermanfaat bagi sumber pembiayaan pembangunan ekonomi nasional dan sebagai lembaga yang memberikan manfaat pensiun berupa kesinambungan penghasilan bagi pesertanya di hari tua atau pada saat tidak mampu bekerja lagi.

Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Undang-undang tersebut di atas, Pemerintah telah mengambil beberapa kebijaksanaan baik yang dituangkan dalam peraturan pemerintah maupun dalam surat keputusan Menteri Keuangan. Dalam kaitan ini, Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 dan Nomor 77 Tahun 1992 masing-masing mengatur tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Sedangkan masalah-masalah seperti tata cara permohonan pengesahan pembentukan Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, persyaratan pengurus dan dewan pengawas Dana Pensiun Pemberi Kerja, maksimum iuran dan manfaat pensiun, laporan keuangan Dana Pensiun, pendanaan dan solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja serta investasi Dana Pensiun telah diatur lebih lanjut dalam beberapa surat keputusan Menteri Keuangan.

Selanjutnya, ketentuan tentang pendanaan dan solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) mengatur antara lain tentang tanggung jawab pendiri terhadap pendanaan pensiun, pendanaan dan solvabilitas program pensiun manfaat pasti (PPMP), pendanaan program pensiun iuran pasti (PPIP), tanggung jawab pendiri terhadap penyetoran iuran ke Dana Pensiun serta aktuaris untuk PPMP. Pengaturan hal-hal tersebut di atas dimaksudkan untuk memberikan jaminan terpeliharanya kesinambungan penghasilan peserta pada saat pensiun atau pihak yang berhak apabila peserta meninggal dunia. Selain itu, pengaturan tersebut juga ditujukan agar penyelenggaraan PPMP diselenggarakan secara terarah dan terjamin kelangsungannya.

Di sisi lain, ketentuan tentang Investasi Dana Pensiun ditujukan agar investasi kekayaan Dana Pensiun dikelola secara sehat dan baik. Ketentuan ini mengatur antara lain

kewajiban pengurus dalam pengelolaan investasi kekayaan Dana Pensiun. Lebih lanjut ditentukan, bahwa pengelolaan kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya boleh ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, saham, obligasi dan surat berharga lain yang tercatat di bursa efek Indonesia kecuali opsi dan waran, surat berharga pasar uang (SBPU), penyertaan langsung pada saham, surat pengakuan hutang berjangka waktu lebih dari satu tahun (maksimum 15 persen), dan pada tanah serta bangunan di Indonesia (maksimum 15 persen). Selain itu, ditetapkan bahwa dalam rangka penyebaran risiko, investasi pada satu obyek ditentukan tidak boleh melebihi 10 persen dari jumlah investasi Dana Pensiun.

Berbagai kebijaksanaan yang ditempuh tersebut di atas, telah berhasil mendorong kegiatan Dana Pensiun. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan Dana Pensiun baik dari segi kelembagaan, jumlah kekayaan, investasi, dan iuran.

Dalam tahun 1995 jumlah Dana Pensiun mencapai sebanyak 185 yang terdiri dari 167 Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan 18 Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Sampai dengan 17 Desember 1996 jumlah Dana Pensiun meningkat sebesar 41,1 persen menjadi sebanyak 261 yang terdiri dari 239 DPPK dan 22 DPLK.

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan Dana Pensiun, jumlah kekayaan (total aset) Dana Pensiun juga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu meningkat dari sebesar Rp 9,69 triliun pada akhir Desember 1994 menjadi sebesar Rp 14,25 triliun pada akhir Desember 1995 atau terjadi peningkatan sebesar 47,06 persen. Peningkatan dalam kekayaan Dana Pensiun ini diikuti pula oleh peningkatan dalam investasi Dana Pensiun. Pada akhir Desember 1994, investasi Dana Pensiun adalah sebesar Rp 7,49 triliun dan pada akhir Desember 1995 mencapai sebesar Rp 10,07 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 34,4 persen.

Peningkatan yang terjadi dalam jumlah Dana pensiun, kekayaan dan investasi juga diikuti oleh peningkatan jumlah iuran Dana Pensiun. Bila pada akhir Desember 1994, iuran Dana Pensiun baru mencapai sebesar Rp 616 miliar, maka pada akhir Desember 1995 jumlah ini meningkat sebesar 85,12 persen atau menjadi sebesar Rp 1.140,4 miliar.

Sementara itu, penyelenggaraan pembayaran pensiun pegawai negeri sipil (PNS) di seluruh Indonesia telah dilimpahkan Pemerintah kepada PT Taspen. Pada akhir Desember 1994, PT Taspen telah melayani pensiun PNS sebanyak 1.522,1 ribu orang dengan jumlah

pembayaran pensiun sebesar Rp 2.904,3 miliar. Jumlah ini pada akhir Desember 1995 meningkat masing-masing menjadi sebanyak 1.533,9 ribu orang dan Rp 3.382,2 miliar. Sedangkan besarnya iuran PNS pada akhir tahun 1994 dan 1995 masing-masing sebesar Rp 453,4 miliar dan Rp 470 miliar.

3.8.4. Pegadaian

Di samping lembaga keuangan perbankan dan lembaga pembiayaan, pegadaian telah semakin penting dirasakan keberadaannya, terutama oleh masyarakat golongan ekonomi lemah, mengingat lapisan masyarakat inilah yang secara nyata tidak dapat sepenuhnya akses ke sumber pembiayaan seperti perusahaan pembiayaan dan perbankan yang ada. Pegadaian ini selain turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, juga berperan dalam meneegah adanya praktek ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya. Dalam usahanya pegadaian mengkhususkan kegiatannya untuk memberikan pelayanan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat.

Mengingat pentingnya peranan pegadaian dalam pembangunan nasional, Pemerintah senantiasa mendorong perkembangannya, antara lain dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990 tentang Perubahan Status Hukum dari Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum (perum) Pegadaian. Dengan perubahan status ini pegadaian lebih dimungkinkan untuk meningkatkan maksimum pinjaman yang diberikan, menerbitkan obligasi dan melakukan diversifikasi usaha. Sejak berubah status menjadi Perum, Pegadaian telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pinjaman yang diberikan, laba bersih serta jumlah nasabah yang dilayani. Jumlah pinjaman yang diberikan mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 38,60 persen, dari Rp 1.039,9 miliar pada akhir tahun 1994, menjadi Rp 1.441,3 miliar pada akhir tahun 1995. Sementara itu, laba bersih yang berhasil diraih Perum ini juga mengalami peningkatan cukup besar yaitu mencapai sebesar 53,57 persen, dari Rp 11,2 miliar pada akhir tahun 1994 menjadi Rp 17,2 miliar pada akhir tahun 1995. Nasabah yang dilayani juga meningkat sebesar 13,92 persen, yaitu dari 4.176.754 orang pada akhir tahun 1994, menjadi 4.757.964 orang pada akhir tahun 1995.

Dalam perkembangannya, untuk menggali pendapatan usaha, selain melakukan usaha pokoknya yaitu memberikan pinjaman kepada masyarakat, Perum Pegadaian juga rnelakukan perluasan usaha yaitu melalui jasa taksiran dan jasa titipan. Setelah diperkenalkan dalam tahun 1994, usaha ini menunjukkan peningkatan pendapatan yang cukup berarti masing-masing sebesar 67 persen untuk jasa taksiran dan 53,5 persen untuk jasa titipan, walaupun secara absolut masih relatif kecil dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan pokoknya. Selain itu, Perum Pegadaian juga mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga untuk pembangunan gedung kantor dan perkantoran dengan sistem bangun, kelola dan alih (build, operate and transfer-BOT).

Sementara itu, di beberapa kota besar Perum Pegadaian juga mengadakan perluasan usaha dengan menyediakan fasilitas pegadaian untuk berbagai macam perhiasan emas bermutu tinggi. Di Denpasar, Perum Pegadaian memberikan pelayanan kepada pengrajin perak untuk mendapatkan bahan baku perak setengah jadi dengan kualitas standar. Seperti diketahui Perum Pegadaian tidak diperbolehkan menarik dana secara aktif dari masyarakat seperti halnya perbankan, oleh karena itu sumber permodalan Perum Pegadaian selain berasal dari modal sendiri juga dapat diperoleh dengan memanfaatkan jasa perbankan, pinjaman jangka panjang yang berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia dan dengan menerbitkan obligasi.

Sebagai salah satu BUMN, Perum Pegadaian terus berupaya untuk meningkatkan kinerja dan citra perusahaan sehingga dapat berperan lebih besar dalam perekonomian Indonesia. Untuk itu sasaran pengembangan Perum Pegadaian pada periode mendatang adalah mengusahakan peningkatan omzet kredit yang diberikan kepada masyarakat sebesar 20 persen per tahun dan peningkatan laba bersih sebesar 30 persen per tahun. Selain itu, diharapkan pada periode yang akan datang pendapatan dari usaha-usaha lain dapat menyumbang minimal 2 persen dari laba usaha. Sejalan dengan itu, Perum Pegadaian telah mempersiapkan langkah-langkah untuk mencapainya yaitu dengan melaksanakan pemanfaatan kantor cabang, meningkatkan pelayanan nasabah, meningkatkan produktivitas di seluruh bidang kegiatan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran uang perusahaan serta dengan mengembangkan produk baru.