• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONETER DAN PERKREDITAN

3.2. Perkembangan harga dan upah

3.2.3. Harga emas dan mata uang asing

Harga emas di pasar internasional akhir-akhir ini cenderung menurun sebagai akibat dari lemahnya permintaan, sementara jumlah penawaran emas di pasar bertambah. Kecenderungan penurunan harga emas ini terjadi di pasar New York, London, dan Hongkong, yaitu dari sekitar US$ 393 sampai dengan US$ 400 per troy ounce pada awal tahun anggaran 1996/1997 turun menjadi sekitar US$ 379 sampai dengan US$ 380 per troy ounce pada awal bulan November 1996. Khusus untuk harga emas di bursa London, sejak bulan April 1996 sampai dengan bulan Agustus 1996, mengalami fluktuasi yaitu sekitar US$ 386,45 per troy ounce sampai dengan US$ 391,50 per troy ounce. Kemudian dalam bulan September, Oktober, dan November 1996 harga emas kembali melemah dengan tingkat harga rata-rata US$ 378,71 per troy ounce atau mengalami penurunan sebesar 2 persen dibandingkan dengan harga yang dicapai bulan sebelumnya sebesar US$ 386,45 per troy ounce, dan 4,45 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat harga bulan Maret 1996 sebesar US$ 396,35 per troy ounce.

Perkembangan harga emas di pasar internasional yang bersifat fluktuatif tersebut, juga berpengaruh terhadap perkembangan harga emas di dalam negeri. Di pasar Jakarta harga emas mulai mengalami penurunan, dalam bulan Juni dan Juli 1996 rata-rata 0,54 persen per bulan. Kemudian dalam bulan November 1996 harganya kembali meningkat setelah dalam bulan sebelumnya sempat melemah dari Rp 27.775 per gram dalam bulan September 1996 menjadi Rp 27.740 per gram dalam bulan Oktober 1996. Dalam bulan November 1996 harga emas di pasar Jakarta mencapai Rp 27.819 per gram, yang berarti mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dibandingkan dengan harga pada bulan Maret 1996.

Kelesuan harga emas yang terjadi dalam tahun ini antara lain disebabkan oleh jumlah permintaan terhadap emas di pasar internasional semakin berkurang. Hal ini juga seiring dengan rencana International Monetary Fund (IMF) untuk menjual sebagian cadangan emasnya ke pasar. Perkembangan harga emas di pasar Jakarta dan di pasar London dapat dilihat dalam Tabel III.3.

Terjadinya globalisasi di sektor keuangan dalam dekade terakhir ini, telah menyebabkan suatu kecenderungan adanya polarisasi kelompok kekuatan mata uang asing, yaitu Amerika Serikat dengan mata uang dolar, Eropa dengan mark Jerman dan poundsterling Inggris, serta Jepang yang bertumpu pada mata uang yen, yang ketiganya merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh dalam globalisasi keuangan. Dengan demikian, gejolak nilai tukar mata uang asing dunia sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang ketiga kelompok tersebut, sebagai akibat dari diberlakukannya atau dihapuskannya kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi negara-negara bersangkutan. Perkembangan ini akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing di pasar Indonesia.

Perkembangan pasar mata asing di dalam negeri dalam tahun anggaran 1996/1997 ditandai dengan derasnya arus masuk dana luar negeri. Hal ini antara lain disebabkan adanya perbedaan antara suku bunga dalam dan luar negeri yang semakin menarik arus masuk dana ke dalam negeri, serta sebagai akibat semakin berkembangnya pasar modal dalam negeri (portfolio investment). Derasnya arus masuk modal luar negeri jangka pendek yang terutama digunakan untuk kegiatan spekulasi dapat menimbulkan tekanan-tekanan terhadap kestabilan moneter, serta dapat menimbulkan gejolak nilai tukar di pasar mata uang asing di dalam negeri.

Jakarta London (24' dalam 1984/1985 11.557 339,22 1985/1986 11.762 331,4 1986/1987 17.080 382,35 1987/1988 24.230 458,53 1988/1989 23.392 417,44 1989/1990 22.425 381,95 1990/1991 22.912 373,45 1991/1992 22.582 356,7 1992/1993 22.399 339 1993/1994 25.605 386,35 25.945 387,95 September 25.990 394,25 Desember 25.655 375,95 Maret 26.500 391.85 27.000 383,95 September 27.000 383,75 Oesember 27.100 405,45 Maret 28.000 396,35 28.000 391,5 Mei 28.000 390,5 Joni 27.769 382,1 Joli 27.700 385,1 Agustus 27.710 386,45 September 27.775 378,55 Oktober 27.740 378,65 November 27.819 378,94

HARGA RATA-RATA EMAS DI PASAR JAKARTA DAN

(US$/troy ounce) DI P ASAR LONDON, 1984/1985 - 1996/1997 1994/1995 Joni 1995/1996 Juni 1996/1997 April Tabel Ill.3 Periode

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengendalian moneter dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah pada tingkat yang wajar dan realistis serta untuk mengurangi tekanan atas cadangan devisa negara, dalam tahun anggaran 1996/1997 Pemerintah kembali mengeluarkan kebijaksanaan penyempurnaan nilai tukar melalui pelebaran spread kurs intervensi (intervention band) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam tahun anggaran 1996/1997 ini telah dilakukan dua kali pelebaran kurs intervensi yaitu pada tanggal 13 Juni 1996 (dari Rp 66 menjadi Rp 118) dan pada tanggal 11 September 1996 (dari Rp 118 menjadi Rp 192). Batas kurs intervensi ini dimaksudkan sebagai batas bagi bank untuk dapat membeli dolar Amerika dari Bank Indonesia, yaitu apabila kurs Rp/US$ antar bank berada pada atau lebih tinggi daripada batas atas intervention band, atau untuk dapat menjual dolar Amerika Serikat kepada

Bank Indonesia apabila kurs Rp/US$ antar bank berada atau lebih rendah daripada batas intervention band.

Kebijaksanaan lainnya yang dilakukan Pemerintah guna mencegah timbulnya gejolak pasar mata uang asing yang dapat menimbulkan ketidakstabilan moneter adalah menjalin kerjasama dengan Bank Sentral/Otoritas Moneter Australia, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam bentuk bilateral repurchase agreement. Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan likuiditas cadangan devisa masing-masing bank/otoritas moneter negara bersangkutan, sehingga dapat dipergunakan untuk menghadapi gejolak pasar mata uang asing.

Dalam pada itu perkembangan harga beberapa mata uang asing di Jakarta dalam delapan bulan pertama tahun anggaran 1996/1997, terkecuali untuk mata uang poundsterling Inggris dan dolar Hongkong, cenderung melemah terhadap rupiah. Mata uang asing yang mengalami depresiasi tertinggi terhadap rupiah dalam periode April-November 1996 adalah yen Jepang, franc Swiss, dan guilder Belanda, dengan persentase penurunan berkisar dari 1,83 persen sampai dengan 5,35 persen. Sebaliknya poundsterling Inggris dalam periode yang sama mencatat apresiasi terhadap rupiah sebesar 9,32 persen. Sementara itu dolar Amerika Serikat dalam periode yang sama mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 0,26 persen, yaitu dari Rp 2.342 dalam bulan Maret 1996 rnenjadi Rp 2.348 dalam bulan November 1996. Perkembangan harga beberapa mata uang asing di Jakarta dapat dilihat dalam Tabel III.4 dan Grafik III.2.