• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONETER DAN PERKREDITAN

3.7. Lembaga Perbankan 1. Struktur kelembagaan

3.7.3. Pemanfaatan dana

3.7.3.4. Kredit untuk golongan ekonomi lemah

Untuk mengembangkan golongan ekonomi lemah, Pemerintah melalui lembaga keuangan perbankan terus berupaya untuk memberikan pelayanan pembiayaan kepada usaha kecil dan menengah, dengan tetap mewajibkan kepada semua bank untuk menyediakan kredit usaha kecil (KUK) minimum 20 persen dari portofolio kreditnya kepada usaha kecil. Sejak kebijaksanaan ini dikeluarkan pada tahun 1990, penyaluran KUK menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Apabila pada bulan Desember tahun 1990 jumlah KUK yang disalurkan baru mencapai Rp 21.197 miliar, maka sampai bulan September 1996 jumlah KUK yang disalurkan telah mencapai Rp 46.906 miliar atau meningkat rata-rata sebesar 22,1 persen per tahun.

Kebijaksanaan kredit usaha kecil (KUK) secara terus menerus selalu dipantau dan diperbaiki, baik mengenai administrasi pelaksanaannya pada masing-masing bank, maupun aturan-aturan yang mendukung pelaksanaan dari KUK tersebut. Perubahan terakhir tentang kebijaksanaan KUK adalah dengan dikeluarkannya paket deregulasi Mei 1993, yang antara lain mengatur peningkatan plafon KUK menjadi Rp 250 juta yang sebelumnya Rp 200 juta, cakupan kredit kecil meliputi semua kredit sampai dengan Rp 25 juta tanpa dilihat penggunaannya, dan tersedianya instrumen berupa SBPU-KUK bagi bank yang belum memenuhi rasio KUK sebesar 20 persen.

Dalam perkembangannya, bila dilihat dari plafon kreditnya, jumlah KUK yang disalurkan sampai akhir bulan September 1996 mencapai sebesar Rp 46.906 miliar. Dari jumlah KUK tersebut sebesar Rp 23.196 miliar (49,5 persen) dinikmati nasabah dengan plafon kredit sampai dengan Rp 25 juta, sebesar Rp 6.102,9 miliar (13,0 persen) dinikmati nasabah dengan plafon kredit di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta, dan sebesar Rp 5.175,3 miliar (11,0 persen) diserap oleh nasabah dengan plafon di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta. Selanjutnya sebesar Rp 12.431,8 miliar (26,5 persen) dari total KUK dinikmati oleh nasabah dengan plafon kredit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 250 juta. Apabila penyebaran kredit tersebut dibandingkan dengan penyebarannya pada bulan Maret 1996, terlihat adanya pergeseran pada pangsa pasar KUK, yaitu pada plafon kredit sampai dengan Rp 25 juta pangsanya naik dari 48,8 persen menjadi 49,5 persen, pada kredit di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta pangsanya mengalami penurunan dari 13,5 persen menjadi 13 persen. Dengan demikian, sebagian besar KUK dinikmati oleh usaha kecil yang plafon kreditnya relatif

kecil.

Apabila dilihat secara sektoral, penyaluran KUK diserap oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai sebesar Rp 14.776,0 miliar (31,5 persen) dari total KUK, sektor jasa-jasa, sektor perindustrian, dan sektor pertanian masing-masing menyerap Rp 7.875,5 miliar (16,8 persen), Rp 3.381,0 miliar (7,2 persen), dan Rp 3.642,6 miliar (7,8 persen). Sedangkan sektor lain-lain menyerap dana KUK sebesar Rp 17.230,9 miliar (36,7 persen). Sementara itu bila dilihat menurut kelompok bank, dari jumlah KUK sebesar Rp 46.906,0 miliar, sebagian besar disalurkan oleh bank-bank milik Pemerintah (Persero) yang mencapai sebesar Rp 22.893,9 miliar (48,8 persen), bank-bank swasta nasional devisa sebesar Rp 17.372,6 miliar (37,0 persen), dan bank-bank swasta lainnya sebesar Rp 6.639,5 miliar (14,2 persen).

Sektor 1987/1988 1988/1989 1989/1990 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Okt.

Yang disetujui perbankan 11.911 15.784 19.454 27.899 36.243 44.174 61.714 73.155 85.725 93.977 Pertanian 2.629 4.162 5.398 7.057 11.206 11.508 13.595 14.193 14.768 15.895 Perindustrian 3.712 5.309 8.372 10.987 13.260 17.695 23.231 27.472 29.033 30.157 Pertantbangan 263 447 443 484 515 507 524 597 666 755 Perdagangan 385 608 1.301 2.151 3.234 4.990 9.397 7.375 9.697 11.462 Jasa-jasa 3.812 4.102 3.734 6.017 6.795 8.117 14.967 23.518 31.561 35.708 Lain-lain 1.110 1.156 206 1.203 1.233 1.357 0 0 0 0 Posisi pinjaman 9.210 11.810 15.673 11.564 27.390 36.683 41.951 50.761 61.011 67.998 Pertanian 1.744 2.610 3.629 4.726 5.864 7.169 8.893 10.215 10.869 11.837 Perindustrian 3.765 4.791 6.639 9.207 11.784 16.489 18.097 20.447 23.949 24.959 Pertantbangan 230 313 321 31)1 443 436 189 215 271 374 Perdagangan 355 536 1.117 2.192 2.911 4.185 6.951 6.535 8.798 10.409 Jasa-jasa 2.033 2.4.89 3.767 4.573 5.412 7.216 8.822 13.349 18.125 40.419 Lain-lain 1.083 1.071 200 475 976 1.188 0 0 0 0 Tabel III.23

KREDIT INVESTASI PERBANKAN MENURUT SEKTOR EKONOMI 1), 1987/1988 - 1996/1997 (dalam miliar mpiah)

I)Sejak April 1993 termasuk Bank Umum eks-LKBB, dan tidak termasuk Bank Indonesia

Demikian pula bila dilihat penyebarannya menurut daerah perkotaan dan perdesaan, dari jumlah KUK sebesar Rp 46.906,0 miliar pada akhir bulan September 1996 yang telah terserap di daerah perkotaan yang meliputi kotamadya dan kota administratif termasuk ibukota negara, mencapai Rp 26.900,2 miliar (57,3 persen) dengan jumlah rekening sebanyak 2.645.885 rekening. Sedangkan yang terserap di daerah perdesaan yang meliputi kabupaten-kabupaten mencapai sebesar Rp 20.005,8 miliar (42,7 persen) dengan jumlah rekening sebanyak 4.433.446 rekening.

Sementara itu, untuk meningkatkan kegiatan perekonomian di perdesaan, perkembangan program kredit umum pedesaan (Kupedes) yang dikelola oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga terus mengalami peningkatan. Pada saat pertama kali diluncurkan dalam tahun anggaran 1983/ 1984 jumlah Kupedes baru mencapai Rp 30,7 miliar dengan jumlah

nasabah sekitar 161 ribu orang. Dalam perkembangannya, sampai dengan akhir bulan September 1996 jumlahnya telah melonjak menjadi Rp 4.346,3 miliar, dengan jumlah nasabah sekitar 2,8 juta orang. Dari jumlah Kupedes tersebut, yang digunakan untuk kegiatan investasi adalah sebesar Rp 1.234,4 miliar (28,4 persen) dan untuk kegiatan eksploitasi sebesar Rp 3.111,9 miliar (71,6 persen). Apabila dibandingkan dengan posisi Kupedes bulan Maret 1996 sebesar Rp 3.374,1 miliar, maka dalam 6 bulan berjalan tahun anggaran 1996/1997 telah terjadi peningkatan sebesar Rp 972,2 miliar (28,8 persen). Perkembangan Kupedes dapat diikuti dalam Tabel III.24.

Mengingat masih banyaknya masyarakat berpenghasilan menengah dan kecil yang belum memiliki rumah, Pemerintah masih menyediakan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Bank Tabungan Negara. Fasilitas kredit ini diberikan dengan suku bunga dan besaran plafon yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan pola penggunaannya berdasarkan paket yang ditentukan. Untuk KPR Paket A-1, yaitu terdiri dari kredit pemilikan kapling siap bangun (KP-KSB/Lahan Griya) dan kredit pemilikan rumah sangat sederhana (KP-RSS), dan paket A-2/Griya Inti (tipe 12 sampai dengan tire rumah sederhana (RS 21), suku bunganya masing-masing 8,5 persen dan 11 persen per tahun. Sedangkan suku bunga KPR Paket B/GriyaMadya (tipe 27 sampai dengan tipe 70) suku bunganya 17 persen pertahun. Sampai dengan bulan Oktober 1996 jumlah rumah yang dibangun telah mencapai 1.242.326 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 7.768,2 miliar. Dari jumlah nilai kredit sebesar Rp 7.768,2 miliar tersebut, perum Perumnas telah membangun 283.033 unit rumah dengan nilai kredit sebesar Rp 1.033,5 miliar, masing-masing untuk membangun rumah paket A dan paket B sebanyak 279.780 unit rumah dengan nilai kredit sebesar Rp 956,4 miliar, untuk membangun rumah paket C sebanyak 3.224 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 76,9 miliar, dan untuk membangun ruko sederhana sebanyak 29 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 0,2 miliar. Sedang nilai kredit rumah yang dibangun oleh pembangun swasta telah mencapai Rp 6.724,6 miliar, dengan jumlah rumah sebanyak 956.958 unit rumah, masing-masing untuk membangun rumah paket A dan B sebanyak 904.375 unit dengan nilai kredit Rp 5.491,1 miliar, dan untuk membangun rumah paket C sebanyak 49.559 unit dengan nilai kredit Rp 1.218,5 miliar, serta untuk membangun rumah toko (ruko) sederhana sebanyak 3.024 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 15,0 miliar. Selain dibangun oleh Perum Perumnas dan Pembangun Swasta, BTN telah pula bekerja sama dengan beberapa bank dalam hat pengadaan perumahan. Dari hasil

kerjasama tersebut jumlah rumah yang di bangun mencapai jumlah 2.335 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 10,1 miliar.

Nllai yang Nasabah Nlla! yang Nasabah Nllai yang

dlnjamkan Posisl (Kumulatif) dlnjamkan Posisl ( kumulatlf) dlnjamkan Posisl

( kumulatif) ( kumulatif) ( kumulatif)

-1 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 1987/1988 Maret 50,4 16,5 4.109,40 1.632,40 446,3 4.216,40 1.682,80 462,8 1988/1989 Maret 78,1 28,3 5.217,30 2.342,50 478,2 5.353,90 2A20,6 506,5 1989/1990 Maret 174,6 95,5 6.614,00 3.469,40 896,9 6.823,20 3.644,00 992,4 1990/1991 Maret 322,6 182,1 7.834,10 4.835,00 1.300,30 8.120,40 5.157,60 1.482,40 1991/1992 Maret 501 165,4 9.Hl5,9 6.300,30 1.398,50 9.444,60 6.801,30 1.563,90 1992/1993 Maret 655 165,4 10.294,50 7.909,20 1.398,50 10.705,40 8.564,20 1.563,90 1993/1994 Maret 924,9 325,2 11.564,10 9.826,90 1.750,80 12.085,70 10.751,80 2.076,00 199411995 Juni 1.038,80 391,6 11.899,60 10.362,80 1.800,40 12M7,3 11.401,60 2.192,00 September 1.158,20 452,3 12.263,60 10.951,60 1.855,10 12.879,80 12.109,80 2.307,40 Desember 1.297,00 521,3 12.654,80 11.621,40 1.943,90 13.326,00 13.326,00 2.465,20 Maret 1A28,5 576,8 13.029,30 12.255,20 2.006,00 13.750,90 13.683,70 2.582,80 1995/1996 Juni 1.618,30 679,4 13.401,40 12.917,00 3.071,00 14.187,70 14.535,30 3.750,40 September 1.806,20 771,7 13.778,30 13.637,90 2.161,10 14.624,60 15.444,10 2.932,80 Desember 2.021,60 881,7 14.199,60 14.475,10 2.313,00 15.U6,6 16A96,7 3.194,70 Maret 2.213,10 933,2 14.606,00 15.266,80 2A4O,9 15.588,40 17.479,80 3.374,10 19961l997 April 2.293,70 921,2 14.780,50 15.604,30 2.353,70 15.787,20 17.898,00 3.274,90 Met 2.378,10 1.010,90 14.898,40 15.857,30 2.504,40 15.930,00 18.235,40 3.515,30 Juni 2A74,3 1.061,00 15.038,50 16.152,10 2.558,20 16.098,30 18.626,40 3.619,20 JoB 2.556,80 1.093,20 15.182,40 16.445,30 2.602,70 16.266,30 19.002,10 3.695,90 Agustus 2.637,60 1.103,30 15.314,10 16.727,20 2.649,50 16A20,9 19.364,80 3.752,80 September 2.723,90 U34,4 15A84,9 17.084,00 3.111,90 16.616,00 19.807,90 4.346,30

Investasl Eksploltasl Jumlah

Akhlr Perlode Nasabah (kumulatif) -2 107 136,6 209,2 286,3 338,7 410,9 521,6 567,7 616,2 671,2 721,6 785,3 846,3 917 982,4 1.006,70 1.031,60 1.059,80 1.083,90 1.106,80 1.131,10 Tabel III.24

KREDIT UMUM PEDESAAN, 1987/1988 - 1996/1997

( nasabah dalam ribuan, nilai yang dipiojamkan dan posisi dalam miliar rupiah )

Selain KUK, Pemerintah dalam jumlah yang terbatas masih menyediakan kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk kredit program khusus dalam rangka mendukung pelestarian swasembada pangan dan pengembangan koperasi. Jenis kredit yang mendapat dukungan KLBI tersebut antara lain adalah Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit kepada Koperasi Unit Desa (KKUD), dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA). Dalam rangka meningkatkan penyerapan KUT, pada bulan April 1995 Bank Indonesia telah mengeluarkan KUT pola khusus yang mendampingi KUT pola umum. Dalam KUT pola khusus tersebut, prosedur pengajuan permohonan kredit oleh petani yang semula diperlukan 12 tahap, disederhanakan menjadi 3 tahap. Pada perkembangannya, dengan diperkenalkannya KUT pola khusus tersebut, telah terjadi peningkatan sebesar Rp 103,2 miliar (64,9 persen), yaitu dari Rp 159,0 miliar pada bulan April 1995 menjadi Rp 262,2 miliar pada Agustus 1996. Sementara itu, pemberian KKUD sampai dengan akhir Agustus 1996 posisinya telah mencapai Rp 116,0 miliaa atau menurun sebesar Rp 14,7 miliar (12,7 persen) apabila dibandingkan dengan posisi bulan Maret 1995 sebesar Rp 130,7 miliar. Sedangkan KKP A yang terdiri dari kredit untuk tebu rakyat intensifikasi (TRI), kredit untuk umum, dan lainnya telah mencapai Rp 868,7 miliar. Apabila dibandingkan dengan posisi bulan Maret 1996 sebesar Rp 650,2 miliar, maka telah

terjadi peningkatan sebesar Rp 218,5 miliar (33,6 persen). Secara keseluruhan sampai akhir bulan Agustus 1996 perkembangan kredit koperasi telah mencapai Rp 1.246,9 miliar.

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan usaha koperasi melalui pengembangan keuangan koperasi sehingga dapat berswadaya dan mandiri, Perum Pengembangan Keuangan Koperasi (perum PKK) mempunyai peranan yang penting, diantaranya memberikan jaminan kepada koperasi untuk kredit yang diberikan oleh bank dan/atau jaminan atas kredit barang oleh badan usaha lain. Selain itu, dalam upaya memenuhi sebagian pembiayaan pengembangan usaha koperasi, Perum PKK juga memberikan pinjaman kepada koperasi, serta memberikan bantuan manajemen dan konsultasi. Kegiatan usaha koperasi yang sampai saat ini telah dilayani oleh Perum PKK meliputi sektor-sektor antara lain sektor pertanian (KUT padi/palawija, pupuk, alat-alat pertanian), perikanan (tambak, darat, cold storage, perkapalan), peternakan (sapi perah, sapi potong, unggas), perkebunan (kemenyan, panili, tebu, coklat, KUT-TRI), kerajinan/industri (bahan bangunan, tas/kulit, air bersih), serta jasa, konsumsi/distribusi (angkutan darat/laut, simpan pinjam, pedagang pasar dan lain-lain). Secara kumulatif realisasi jumlah kredit yang diberikan oleh Perum PKK sampai dengan bulan September 1996 kepada koperasi berjumlah Rp 785 miliar dan jumlah jaminan kredit sebesar Rp 610 miliar.

3.8. Lembaga keuangan di luar perbankan