• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONETER DAN PERKREDITAN

3.8. Lembaga keuangan di luar perbankan 1. Asuransi

3.8.2. Lembaga pembiayaan

Untuk mendorong tingkat pertumbuhan investasi yang tinggi perlu didukung oleh peran serta masyarakat baik dalam penyediaan dana maupun dalam pemanfaatan dana. Peran serta masyarakat tersebut dapat diwujudkan baik melalui lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan bukan perbankan seperti asuransi, dana pensiun, pasar modal, lembaga pembiayaan serta pegadaian.

Lembaga pembiayaan yang terdiri dari sewa guna usaha, anjak piutang, modal ventura, kartu kredit, serta pembiayaan konsumen telah semakin penting peranannya dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Lembaga ini yang merupakan salah satu alternatif pembiayaan bagi dunia usaha telah turut memberi dinamika bagi dunia usaha. Semakin beragamnya sumber pembiayaan akan semakin mendorong kompetisi di sektor pembiayaan yang selanjutnya akan menghasilkan ongkos/biaya modal yang lebih murah.

Sesuai dengan arahan Repelita VI bahwa usaha kecil dan menengah termasuk koperasi harus ditingkatkan peranannya agar mampu berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, maka modal ventura yang merupakan salah satu bentuk usaha pembiayaan adalah sarana yang sangat tepat untuk mencapai tujuan ini. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja modal ventura dalam membantu usaha kecil dan menengah termasuk koperasi, Pemerintah telah secara khusus mengarahkan modal ventura tersebut dengan menentukan bahwa usaha modal ventura hanya boleh dilakukan secara khusus oleh suatu badan usaha. Usaha pembiayaan lain seperti sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit serta pembiayaan konsumen tetap dapat dilakukan secara bersamaan oleh suatu badan usaha.

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995

Jumlah Perusahaano 83 101 119 132 144 206 254

Kegiatan Usaha 1.873 2.885 5.810 5.825 6.274 16.674 25.867

- Nilai kontrak sewa guna usaha 1.873 2.885 4.746 3.944 3.748 5:953 8.498

- Nilai pembiayaan anjak piutang - - 55 306 784 5.297 11.662

- Nilai kontrak pembiayaan konsumen - - 1.009 1.571 1.530 4.475 5.425

- Nilai pembiayaan kartu kredit - - - 4 212 7 949 282

Keadaan Keuangan - Total aset 2.138 3.090 6.589 8.191 9.998 19.067 23.899 - Total equity 262 433 936 1.195 1.560 3.347 4.215 - Investasi bersih 1.761 2.754 5.311 6.743 7.795 14.787 18.719 Posisi Pinjaman 1.686 2.181 2.769 5.339 6.099 12.612 17.692 - Dalam Degen 531 907 1.293 1.936 2.798 7.172 10,442 - Luar Degen 1.155 1.274 1.476 3.403 3.301 5.440 7.250 9.090 Tabel III. 26

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN, 1988 -1995 ( dalam miliar rupiah)

4.562 2.239 2.210 11.758 1.883 9.227 7.277 3.809 3.468

Kebijaksanaan pokok yang meletakkan dasar bagi pengembangan lembaga pembiayaan dimuat dalam paket kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes '88). Sebagai tindak lanjut dari Paket ini, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijaksanaan yang pada pokoknya memberikan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan pembiayaan dan bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan pembiayaan. Kemudahan-kemudahan tersebut antara lain menyangkut penyederhanaan persyaratan dan prosedur perizinan, memberikan kesempatan untuk meningkatkan partisipasi modal pihak asing dalam pendirian perusahaan pembiayaan patungan hingga 85 persen dari modal disetor, dan kepastian jangka waktu pemrosesan perizinan. Berbagai kebijaksanaan yang diambil Pemerintah tersebut di atas telah berhasil mendorong pertumbuhan jumlah perusahaan, keadaan keuangan maupun kegiatan usaha perusahaan pembiayaan.

Jumlah perusahaan pembiayaan dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Sampai dengan akhir tahun 1995 terdapat sebanyak 254 perusahaan pembiayaan (tidak termasuk perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan modal ventura). Jumlah ini meningkat sebanyak 23 persen dari jumlah tahun 1994 yang sebanyak 206 perusahaan. Sementara itu, keadaan keuangan perusahaan pembiayaan yang ditunjukkan oleh total aset dan investasi juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Bila dalam tahun 1994 total aset adalah sebesar Rp 19.067 miliar, maka dalam tahun 1995 telah meningkat menjadi sebesar Rp 23.899 miliar atau peningkatan sebesar 25,3 persen. Demikian juga jumlah investasi meningkat sebesar 26,6

persen yaitu dari sebesar Rp 14.787 miliar dalam tahun 1994 menjadi sebesar Rp 18.719 miliar dalam tahun 1995.

Kegiatan usaha pembiayaan terus mengalami peningkatan yang cukup pesat terutama dalam dua tahun terakhir. Secara keseluruhan, nilai pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan (tidak termasuk modal ventura) dalam tahun 1994 adalah sebesar Rp 16.674 miliar. Jumlah ini dalam tahun 1995 meningkat menjadi sebesar Rp 25.867 miliar atau peningkatan sebesar 55,1 persen.

Dalam pada itu, struktur nilai pembiayaan telah mengalami perubahan. Sampai dengan tahun 1994, nilai pembiayaan sewa guna usaha adalah yang terbesar, disusul dengan anjak piutang, pembiayaan konsumen dan pembiayaan kartu kredit. Dalam tahun 1995 nilai pembiayaan anjak piutang menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp 11.662 miliar atau naik sebesar 120,2 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai pembiayaan anjak piutang ini memperlihatkan semakin banyaknya perusahaan yang memanfaatkan jasa anjak piutang, yang ruang lingkup kegiatannya mencakup pembelian atau pengambilalihan dan pengurusan tagihan jangka pendek suatu perusahaan atas transaksi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri. Adapun anjak piutang bertujuan antara lain memperlancar aliran kas suatu perusahaan, yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Sedang nilai pembiayaan sewa guna usaha dalam tahun 1995 mencapai sebesar Rp 8.498 miliar (naik sebesar 42,8 persen dari tahun 1994). Nilai pembiayaan konsumen serta pembiayaan kartu kredit dalam tahun 1995 masing-masing mencapai sebesar Rp 5.425 miliar dan Rp 282 miliar.

Modal ventura sebagai perusahaan pembiayaan mempunyai ciri khusus, yaitu bahwa modal ventura melakukan pembiayaan dengan melakukan penyertaan modal ke perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Dengan demikian, perusahaan modal ventura dapat terlibat dalam perbaikan atau pembenahan manajemen perusahaan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah termasuk koperasi.

Dalam rangka meningkatkan peranan modal ventura, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijaksanaan seperti ketentuan yang menetapkan bahwa usaha modal ventura hanya boleh dilakukan secara khusus oleh suatu badan usaha. Selain itu, Pemerintah juga telah mengambil inisiatif untuk mendirikan perusahaan-perusahaan modal ventura di berbagai daerah. Dengan keberadaan perusahaan modal ventura di daerah-daerah diharapkan

perusahaan-perusahaan kecil dan menengah (termasuk koperasi) di daerah akan dapat berkembang lebih cepat.

Berbagai kebijaksanaan yang diambil Pemerintah telah berhasil mendorong kegiatan perusahan modal ventura secara berarti. Hal ini dapat dilihat baik dari perkembangan jumlah perusahaan modal ventura, jumlah perusahaan pasangan usaha serta nilai penyertaan modal ventura. Sampai dengan akhir Juni 1996 terdapat sebanyak 41 perusahaan modal ventura yang telah tersebar di 20 propinsi di seluruh Indonesia. Sedangkan perusahaan pasangan usaha telah mencapai sebanyak 383 perusahaan dengan nilai penyertaan sebesar Rp 226,4 miliar.

Sementara itu, arah kebijaksanaan pengembangan perusahaan pembiayaan selalu diupayakan konsisten dengan arah kebijaksanaan keuangan dan moneter. Mengingat bahwa kegiatan perusahaan pembiayaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, maka kegiatan perusahaan pembiayaan harus dikendalikan agar sesuai dengan keadaan ekonomi nasional yang sedang dihadapi. Sejalan dengan itu, Pemerintah telah mengambil kebijaksanaan terhadap lembaga pembiayaan berupa pembekuan pemberian izin baru bagi pendirian perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen terhitung mulai tanggal 21 Desember 1995, pembatasan pinjaman luar negeri setinggi-tingginya 15 kali dari modal sendiri, dan mengintensifkan pengawasan kegiatan lembaga pembiayaan. Kebijaksanaan yarig akan ditempuh di bidang usaha modal ventura adalah dengan meneruskan upaya pendirian perusahaan modal ventura di 7 propinsi yang belum mempunyai perusahaan modal ventura di daerahnya. Selain itu, juga akan diupayakan pendirian perusahaan modal ventura di daerah tingkat II yang dipandang potensial. Selanjutnya, Tabel III.26 memberikan gambaran lebih rinci mengenai perkembangan lembaga pembiayaan sampai dengan tahun 1995.