• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dana Pihak Ketiga Bri

Dalam dokumen 2 0 1 1 (Halaman 84-88)

(dalam triliun Rupiah)

154,13 153,35 384,26

125,99 130,30 333,65

72,30 88,08 104,46

56,14

73,54

101,37 165,60

201,54

255,93

a. PT BTMU-BRI Finance (dahulu PT UFJ BRI Finance) Rp163,28 miliar

b. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Rp900 juta

c. PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia Rp536 juta

d. PT Pemeringkat Efek Indonesia Rp210 juta

e. BPR-BPR dan PT Aplikasinusa Lintasarta Rp298 juta

Aktiva Tetap

Sejalan dengan kegiatan ekspansi jaringan kerja BRI, terdapat kenaikan investasi aktiva tetap di tahun 2011.

Posisi aktiva tetap tercatat sebesar Rp5,99 triliun, naik 10,83% dari tahun 2010 yang sebesar Rp5,41 triliun.

Aktiva Tetap 2007 2008 2009 2010 2011

(dalam miliar Rupiah)

Tanah & Bangunan 1.340 1.436 1.582 1.811 2.017

Meubelair & Inventaris 627 635 665 754 891

Kendaraan 306 500 536 550 658

Komputer dan perangkat lunak 1.884 2.025 2.159 2.289 2.424

Leasing 328 59 3 1 0

Total 4.486 4.655 4.945 5.405 5.990

Dana Pihak Ketiga (DPK)

DPK merupakan dana yang dihimpun dari pihak ketiga dalam bentuk giro, tabungan dan deposito termasuk produk syariah seperti Giro wadiah, Tabungan Mudharabah, dan Deposito Berjangka Mudharabah.

Pada tahun 2011, BRI berhasil meningkatkan DPK dari Rp333,65 triliun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp384,26 triliun atau naik 15,17% dengan perbandingan komposisi dana murah dan dana mahal yang tetap terjaga pada level 60% : 40%.

Kontribusi DPK terhadap total kewajiban BRI mencapai 91,47%.

Pada Desember 2011 tabungan mengalami pertumbuhan tertinggi dibanding dengan komponen DPK lainnya, yaitu mencapai sebesar Rp154,13 triliun atau naik 22,34% dari tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp125,99 triliun. Komposisi tabungan terhadap total Dana Pihak Ketiga mencapai 40,11%.

Peningkatan posisi tabungan ini merupakan bukti keberhasilan sejumlah program promosi tabungan serta semakin beragam dan berkembangnya fitur-fitur produk tabungan yang menarik masyarakat untuk menabung di Bank BRI.

Pada tahun 2011 Giro mengalami sedikit penurunan sebesar 0,76% dari Rp77,36 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp76,78 triliun pada Desember 2011. Deposito pada posisi 2011 tercatat sebesar Rp153,35 triliun, mengalami kenaikan 17,69%

dibanding tahun 2010 yang mencapai sebesar Rp130,30 triliun. Peningkatan Deposito antara lain berasal dari institusi seperti institusi pemerintah dan perusahaan asuransi maupun penabung ritel.

Kewajiban Segera

Pos ini merupakan kewajiban BRI kepada pihak lain yang harus segera dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat perjanjian yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa transaksi yang masuk ke dalam pos ini adalah titipan pengiriman uang, titipan setoran pajak, titipan ATM dan kartu kredit, titipan setoran kliring dan titipan advance payment.

Posisi 31 Desember 2011, BRI mencatat kewajiban segera sebesar Rp3,96 triliun, turun 3,93% dibanding posisi Desember 2010 yang sebesar Rp4,12 triliun. Penurunan terbesar merupakan kontribusi dari pos titipan kartu kredit yaitu tercatat sebesar Rp38,67 miliar pada Desember 2011 lebih kecil bila dibandingkan dengan Desember 2010 sebesar Rp267,9 miliar.

Simpanan dari bank Lain dan Lembaga Lainnya Simpanan dari bank lain dan lembaga lainnya terdiri dari giro, tabungan, deposito, interbank call money maupun deposit on call. Pos ini digunakan untuk transaksi antar bank dalam rangka operasional dan manajemen likuiditas. Posisi simpanan dari bank lain dan lembaga lainnya pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp4,02 triliun, mengalami penurunan sebesar Rp1,14 triliun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,16 triliun.

Pinjaman yang Diterima

Pinjaman yang diterima antara lain digunakan untuk membiayai kegiatan umum BRI dan kebutuhan trade finance. Pos ini terdiri atas pinjaman dari Bank Indonesia (pinjaman likuiditas dan pinjaman untuk investasi aktiva tetap), pinjaman dari Entitas dan Lembaga Pemerintah, pinjaman bilateral dan pinjaman lainnya. Pinjaman yang diterima posisi 31 Desember 2011 tercatat sebesar Rp13,10 triliun mengalami peningkatan Rp3,64 triliun dibanding posisi 31 Desember 2010 yang sebesar Rp9,46 triliun. Kenaikan ini disebabkan terutama karena terdapat kenaikan pinjaman diterima dalam mata uang asing dari beberapa bank asing (seperti Wells Fargo, Sumitomo Mitsui Banking Corp, Citibank, N.A., JP Morgan Chase Bank, N.A, Australia N. New Zealand Bank, Bank of Montreal, The Bank of New York Mellon dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFC, Ltd.) sebesar Rp3,21 triliun pada tahun 2011. Selain itu, terdapat pinjaman dari Entitas dan Lembaga Pemerintah yaitu pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebesar Rp0,23 triliun pada tahun 2011.

Pinjaman Subordinasi

Total pinjaman subordinasi posisi 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp2,14 triliun yang terdiri dari obligasi subordinasi II sebesar Rp2 triliun dan pinjaman two step loan sebesar Rp141,62 miliar.

Pinjaman subordinasi II ini diterbitkan oleh BRI pada tanggal 22 Desember 2009 lalu dengan jangka waktu 5 tahun dan skema bunga tetap sebesar 10,95%

serta telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penerbitan obligasi subordinasi II tersebut diperuntukkan sebagai modal pelengkap (tier II capital) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan seluruh dana yang diperoleh telah dimanfaatkan untuk mendukung ekspansi kredit sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, total pinjaman subordinasi II tidak mengalami perubahan sedangkan untuk pinjaman two step loan, terjadi penurunan pokok pinjaman sebesar Rp21,33 miliar dari total outstanding sebesar Rp162,95 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp141,62 miliar pada tahun 2011.

Kewajiban Lainnya

Kewajiban ini antara lain terdiri dari kewajiban derivatif, kewajiban akseptasi, estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi, hutang pajak dan kewajiban lain-lain. Per 31 Desember 2011 kewajiban lainnya tercatat sebesar Rp12,49 triliun atau turun 0,38% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp12,54 triliun. Penurunan ini diantaranya disebabkan karena penurunan pendapatan diterima di muka.

ekuitas

Total ekuitas mengalami peningkatan 35,85% dari Rp36,67 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp49,82 triliun pada Desember 2011.

Kenaikan ini terutama disebabkan karena kenaikan saldo laba dari Rp27,12 triliun menjadi Rp40,02 triliun pada 31 Desember 2011. Hal ini menunjukkan dukungan pemegang saham untuk mendukung penguatan modal BRI yaitu dengan disetujuinya dividend pay out ratio sebesar 20% dari laba bersih tahun 2010.

Aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan yang telah dilakukan oleh BRI sepanjang tahun 2011 memberi dampak pada peningkatan dana kas sebesar Rp5,50 triliun menjadi Rp133,02 triliun, dari Rp127,52 triliun pada posisi akhir tahun 2010 atau meningkat 4,31%. Peningkatan dana kas tersebut berasal dari penambahan kas kegiatan operasional sebesar Rp15,98 triliun, penambahan atau perolehan kas bersih dari kegiatan investasi sebesar Rp1,79 triliun dan kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan sebesar Rp8,72 triliun.

Arus Kas dari Kegiatan Operasi

Arus kas masuk bersih dari aktivitas operasional di tahun 2011 adalah sebesar Rp15,98 triliun. Arus kas masuk terutama berasal dari penerimaan bunga, hasil investasi, provisi dan komisi serta pendapatan syariah sebesar Rp47,78 triliun dan juga dipengaruhi oleh kenaikan tabungan dan deposito berjangka masing-masing sebesar Rp28,14 triliun, dan Rp23,05 triliun. Arus kas masuk tersebut diimbangi oleh arus kas keluar yang terutama digunakan untuk pembayaran beban bunga dan beban operasional serta tambahan pemberian kredit masing-masing senilai Rp13,68 triliun, dan Rp24,29 triliun.

Pada tahun 2010, arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan operasional sebesar Rp54,34, terutama berasal dari penerimaan bunga, hasil investasi, provisi dan komisi serta pendapatan syariah dan juga berasal dari kenaikan simpanan BRI (giro, tabungan dan deposito berjangka) yang diimbangi oleh arus kas keluar, terutama yang digunakan untuk tambahan pemberian kredit, pembayaran beban bunga dan beban operasional.

inFORMASi ARUS KAS

Arus Kas untuk Kegiatan investasi

Selama tahun 2011, arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan investasi adalah sebesar Rp1,79 triliun, terutama berasal dari pengurangan efek-efek dan obligasi rekapitalisasi pemerintah yang tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo sebesar Rp1,21 triliun. Di tahun 2010, penggunaan arus kas bersih untuk kegiatan investasi sebesar Rp2,19 triliun di tahun 2010.

Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan

Pada tahun 2011, arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan sebesar adalah Rp8,72 triliun, yang sebagian besar digunakan untuk pembelian efek-efek yang dibeli dengan janji di jual kembali sebesar Rp9,19 triliun serta pembagian laba untuk dividend, cadangan tujuan dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan total sebesar Rp2,75 triliun, diimbangi dengan penerimaan pinjaman sebesar Rp3,64 triliun.

Sedangkan di tahun 2010, arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan sebesar Rp7,07 triliun, yang terutama digunakan untuk pembagian laba untuk dividen, PKBL, serta pembayaran pinjaman yang diterima.

Arus Kas* 2010 2011

Kas Bersih yang Diperoleh dari Kegiatan Operasi 54,34 15,98

Kas Bersih yang Digunakan dari Kegiatan Investasi (2,19) (1,79) Kas bersih yang (Digunakan untuk) Diperoleh dari Kegiatan Pendanaan (7,07) (8,72)

(dalam triliun Rupiah)

* Angka Konsolidasi

Kecukupan Modal

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008, Bank wajib menghitung rasio Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum/Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional. CAR BRI sebesar 14,96% di tahun 2011, mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 13,76%. Peningkatan ini disebabkan karena kebijakan manajemen BRI yang cermat dalam pengelolaan modal dan kebijakan dalam melakukan ekspansi kredit yang diberikan kepada kredit yang memiliki bobot risiko rendah.

Dalam dokumen 2 0 1 1 (Halaman 84-88)