2009 2010 2011
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Low
Low to Moderate Moderate
Trend Profil Risiko BRI Tahun 2011
Low Low to Moderate Moderate
Kredit Pasar Likuiditas Operasional Hukum Reputasi Kepatuhan Strategik Overall Rating
Adapun perkembangan Profil Risiko BRI secara keseluruhan pada tahun 2011 juga masih berada pada kategori LOW TO MODERATE RISK, dengan trend yang tetap untuk seluruh jenis risiko. Untuk penilaian inherent risk masih berada pada tingkat low hingga moderate. Sedangkan untuk penilaian Risk Control System, mendapatkan penilaian antara strong hingga acceptable
Manajemen Risiko pada Produk dan atau Aktivitas Baru
Pengelolaan risiko pada setiap produk dan atau aktivitas baru merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui dalam pengembangan bisnis BRI.
Tahapan ini diharapkan dapat meminimalkan potensi risiko yang tidak terduga akibat penjualan produk atau aktivitas baru. Dalam hal ini Divisi Manajemen Risiko berperan untuk memastikan pengelolaan risiko terhadap usulan produk dan/atau aktivitas baru dan memastikan kesiapan BRI dalam memasarkan produk dan atau aktivitas baru.
Manajemen Kelangsungan Usaha/MKU (Business Continuity Management)
Dalam lingkungan persaingan perbankan yang semakin kompetitif, BRI senantiasa tanggap terhadap gangguan yang berasal dari kejadian eksternal dan sesegera mungkin dapat melakukan pemulihan operasional bank setelah terjadinya gangguan/bencana tersebut. Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan bisnis bank, baik dalam kondisi normal maupun kondisi terjadinya bencana atau gangguan, BRI telah mengembangkan kebijakan dan prosedur Manajemen Kelangsungan Usaha (Business Continuity Management) sehingga BRI dapat mempertahankan kelangsungan proses bisnis yang kritikal, menjaga aset BRI dan memiliki respon yang memadai dalam menghadapi gangguan atau bencana.
Implementasi Manajemen Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, serta pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book. Produk atau tagihan BRI yang mengandung eksposur risiko kredit meliputi pinjaman maupun non pinjaman (penempatan, penyertaan, dan tagihan/
perhitungan risiko kredit dilakukan dengan menggunakan metode standar. Dengan asumsi CAR 8%, modal yang dialokasikan untuk mengcover risiko kredit sebesar Rp18,3 triliun atau 44,2% dari total Modal.
BRI telah melakukan pengembangan dan implementasi manajemen risiko kredit dengan pendekatan Standardized dan Internal Rating Based Approach. Implementasi manajemen risiko kredit yang telah dilakukan Bank BRI selama tahun 2011 adalah :
• Menyusun pedoman Standardized Approach berdasarkan consultative paper BI, dan melakukan simulasi pengukuran risiko kredit untuk Quantitative Impact Study (QIS) BI sampai dengan mengajukan draft PBI Standardized Approach ke BI.
• Melakukan review atas kebijakan dan metodologi CRR-CRS, Credit Risk Modelling (PD, LGD dan EAD), kebutuhan MIS dan sistem CRM BRI.
• Simulasi pengukuran risiko kredit dengan Internal Rating Based Approach (IRBA) dan melakukan review regrouping eksposur IRBA BASEL II.
• Melakukan review atas kebijakan dan metodologi limit risiko kredit dan melakukan monitoring eksposur risiko kredit terhadap limit yang telah ditetapkan.
• Melakukan review metodologi dan melakukan simulasi stress testing (dengan berbagai skenario termasuk worst case scenario) secara bottom up dengan menggunakan cash flow nasabah bagi debitur korporasi terbesar dan dengan menggunakan data past performance portofolio bagi debitur UMKM, serta mengacu pada kondisi eksternal dan kondisi makro ekonomi tahun 2011. Selain itu BRI juga merupakan salah satu bank yang telah melakukan presentasi analisis Stress Testing di hadapan Bank Indonesia, IMF dan World Bank dalam program Financial Sector Assessment Program (FSAP) serta membuat estimasi Macro Credit Risk Stress Testing berdasarkan data makro ekonomi dari Bank Indonesia (baseline scenario) dan IMF (stress scenario).
Penerapan manajemen risiko kredit di BRI tidak hanya ditujukan untuk menempatkan BRI sebagai bank yang patuh terhadap regulasi, tetapi juga merupakan suatu tuntutan manajemen untuk menerapkan sistem pengelolaan risiko kredit yang
Untuk menjaga kualitas portofolio perkreditan maka dalam proses pemberian kredit, BRI menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip utama dalam mengelola risiko kredit antara lain adalah pemisahan pejabat kredit menjadi Relationship Management dan Credit Risk Management, penerapan four eyes principle, penerapan risk scoring system, serta pemisahan pengelolaan kredit bermasalah. Selain itu dalam proses pemberian kredit harus mengikuti prosedur perkreditan yang sehat.
Untuk memastikan agar aktivitas perkreditan BRI dilaksanakan secara hati-hati, dengan membatasi tingkat risiko sampai batas yang dapat ditolerir BRI sehingga potensi kerugian risiko kredit yang timbul masih dapat diserap dengan modal Bank yang telah dialokasikan, maka perlu ditetapkan limit risiko kredit.
BRI telah melakukan kajian atas perhitungan limit risiko kredit termasuk limit konsentrasi kredit dan secara rutin melakukan pemantauan atas eksposur risiko kredit aktual secara portofolio, segmen bisnis dan sektor ekonomi.
Implementasi Manajemen Risiko Pasar
Pengukuran Risiko Pasar (risiko suku bunga dan risiko nilai tukar) saat ini dilakukan melalui pendekatan metode standardised sesuai regulasi PBI No. 5/12/PBI/2003. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, modal yang dialokasikan untuk mengcover risiko pasar sebesar Rp184 miliar atau 0,4% dari total Modal.
Untuk mengelola risiko pasar, BRI telah mengimplementasikan sistem aplikasi treasury and market risk (GUAVA) yang merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang digunakan oleh fungsi front office (dealer), middle office dan back office, dimana dalam aplikasi tersebut dapat melakukan pengukuran risiko pasar menggunakan internal model (Value at Risk/VaR) yang terintegrasi dengan proses transaksi harian. Dengan sistem aplikasi tersebut, BRI dapat melakukan monitoring eksposur dan membatasi kerugian melalui penetapan limit risiko pasar berupa limit transaksi yaitu limit nominal transaksi dealer, cut loss limit, stop loss limit dan VaR limit. Akses monitoring tersebut bisa dilakukan secara harian, sehingga memudahkan dalam pemantauan risiko pasar dan mempercepat penyediaan informasi terkini bagi manajemen, dalam pengambilan keputusan secara tepat waktu.
Implementasi manajemen risiko pasar yang telah dilakukan BRI selama tahun 2011 adalah:
aplikasi treasury dan market risk (GUAVA) untuk penyempurnaan perhitungan risiko pasar (VaR) yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
• Melakukan review pemenuhan persyaratan kualitatif pengukuran risiko pasar sesuai regulasi Bank Indonesia, dalam hal ini membahas fungsi middle office dan pemenuhan SDM yang memiliki kompetensi risiko pasar, bersama Divisi terkait.
• Melakukan kajian ISO Manajemen Risiko dalam rangka pengembangan enterprise wide risk management di BRI.
• Melakukan simulasi pengukuran Risk Based Performance Analysis (RAPM) dalam rangka pengembangan pengukuran kinerja berbasis risiko.
• Melakukan simulasi stress testing terhadap portofolio trading book dan banking book untuk mengevaluasi dampak kerugian yang signifikan apabila ada pergerakan faktor pasar secara tidak normal. Stress test dibuat dengan berbagai skenario baik secara hipotetikal maupun historikal dengan memperhatikan kejadian krisis yang pernah terjadi.
Implementasi Manajemen Risiko Operasional (MRO)
Pengukuran risiko operasional dilakukan dengan menggunakan Basic Indicator Approach (BIA).
Dengan menggunakan pendekatan tersebut, modal yang dialokasikan untuk mengcover risiko operasional sebesar Rp4,24 triliun atau 10,2% dari total Modal.
Sejalan dengan upaya penerapan manajemen risiko operasional yang sesuai dengan kebutuhan BRI dan ketentuan regulasi, selama tahun 2011 BRI telah melakukan:
• Simulasi perhitungan risiko operasional dengan menggunakan Advanced Measurement Approach (AMA). Untuk mendukung penerapan AMA dilakukan implementasi Risk and Control Self Assessment (RCSA), Indikator Risiko Utama (IRU) dan Manajemen Insiden (MI) pada seluruh Unit Kerja Operasional, serta menyempurnakan kebijakan dan prosedur perangkat MRO tersebut.
• Penerapan Forum Manajemen Risiko (FMR) sebagai wadah atau forum pertemuan antara pemimpin unit kerja dengan pekerjanya untuk membahas permasalahan-permasalahan (risiko) yang melekat pada aktivitas bisnis atau operasional. Hasil pembahasan risiko yang memerlukan tindak lanjut dan penyelesaian dari pengambil keputusan harus dieskalasi kepada
• Pengembangan aplikasi (software) perangkat OPRA (Operational Risk Assessor) yang meliputi RCSA, IRU, MI, Penilaian Maturitas dan pelaporan pelaksanaan Forum Manajemen Risiko. Aplikasi OPRA memfasilitasi penerapan MRO dan sebagai persiapan proses penghitungan capital charge risiko operasional dengan menggunakan metode Advanced Measurement Approach (AMA).
• Melanjutkan pelaksanaan ujicoba atau testing kesiapan BRI dalam menghadapi bencana (Manajemen Kelangsungan Usaha/MKU) yaitu dengan melakukan sosialisasi bersamaan dengan pelatihan aplikasi OPRA di beberapa Kantor Wilayah.
Selain risiko-risiko tersebut diatas, BRI juga mengelola risiko hukum, risiko kepatuhan, risiko reputasi dan risiko strategik, sebagaimana ketentuan BI sebagai berikut:
• Risiko hukum dapat timbul dari setiap aktivitas bisnis dan operasional di seluruh unit kerja, sehingga tanggung jawab pengelolaan dan mitigasi risiko hukum dilakukan oleh seluruh penanggung jawab risiko (risk owner). Pada tingkat korporat, risiko hukum dikelola oleh Divisi Hukum. Untuk membantu penanggung jawab risiko dalam mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan memantau risiko hukum, Divisi Hukum dan jajaran Legal Officer melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap pejabat/
pekerja di seluruh unit kerja tentang aspek hukum pada setiap aktivitas bisnis dan operasional, sehingga risiko hukum dapat dimitigasi dengan optimal.
• Risiko kepatuhan pada hakikatnya melekat seluruh aktivitas bisnis dan operasional, terutama yang terkait pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Oleh karena itu, risiko kepatuhan merupakan tanggung jawab seluruh penanggung jawab risiko. Divisi Kepatuhan merupakan koordinator Risiko Kepatuhan yang secara berkala melaporkan kepada Direksi BRI.
• Risiko reputasi timbul akibat publikasi negatif terkait dengan kondisi atau kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
Pada tingkat korporat, BRI menetapkan Divisi Sekretariat Perusahaan (SKP) sebagai koordinator pengelolaan risiko reputasi. Secara berkala Divisi SKP menilai parameter risiko reputasi dan melaporkan pada Direksi dan tindasan kepada Divisi Manajemen Risiko untuk dibuat profil risiko
risiko strategik dikelola oleh Divisi Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis (Renstra).
Implementasi Basel II
Bank merupakan lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, bank dihadapkan pada berbagai macam risiko. Oleh karena itu, agar risiko yang dihadapi bank dapat termitigasi maka bank harus dapat mengelola risiko sampai pada batas toleransi yang ditetapkan serta dapat mencadangkan modal sesuai profil risiko bank.
Mengingat pentingnya permodalan bagi bank, maka dalam rangka perhitungan modal, secara bertahap BRI telah menerapkan Basel II mulai dari pendekatan sederhana sampai pada pendekatan yang advance.
Implementasi Pilar 1 Basel II
Implementasi Basel pada Pilar ini menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, baik risiko kredit, risiko pasar maupun risiko operasional.
a. Risiko Kredit
Sesuai ketentuan Bank Indonesia (SE BI No. 13/6/
DPNP tahun 2011), BRI telah membuat kebijakan SA Basel II (NOSE S.26-DIR/DMR/12/2011 tanggal 30 Desember 2011) dan melakukan perhitungan modal risiko kredit dengan pendekatan standar (Standardized Approach).
Dalam rangka persiapan penerapan pengukuran modal risiko kredit dengan metode yang lebih advance yaitu Internal Rating Based Approach (IRBA), telah dilakukan penyusunan kebijakan IRBA sesuai Basel II dan pedoman internal risk rating melalui Credit Risk Rating (CRR) dan Credit Risk Scoring (CRS). Saat ini sedang dilakukan pengembangan re-design CRR dan CRS yang embedded dalam proses bisnis.
Untuk mendukung implementasi CRR dan CRS dalam setiap proses kredit dan sebagai aplikasi front – end untuk kepentingan data capture telah diimplementasikan Loan Approval System (LAS) pada seluruh unit kerja.
Selain itu, saat ini sedang dikembangkan aplikasi Credit Risk Engine dan reporting IRBA Basel II
b. Risiko Pasar
Perhitungan modal risiko pasar (risiko suku bunga dan risiko nilai tukar) dengan pendekatan metode standardized sesuai regulasi PBI No.
5/12/PBI/2003 telah dilakukan sejak tahun 2005.
Untuk keperluan internal, BRI telah menerapkan pendekatan internal model. Untuk mendukung penerapan internal model telah diimplementasikan aplikasi Treasury & Market Risk System (GUAVA) dan saat ini juga telah dilakukan validasi dan back testing atas hasil perhitungan Value at Risk (VaR) yang dihasilkan oleh sistem aplikasi GUAVA. Saat ini hasil perhitungan internal model digunakan untuk monitoring eksposur risiko pasar dan penetapan limit. Kedepannya apabila persyaratan kualitatif telah terpenuhi, BRI akan menggunakan internal model dalam perhitungan modal risiko pasar.
c. Risiko Operasional
Sejak tahun 2010 perhitungan modal risiko operasional dilakukan dengan metode Basic Indicator Approach (BIA) sebesar 15% dari gross income (GI).
Sebagai persiapan menuju pengukuran modal risiko operasional dengan metode Standardized Approach sesuai dengan consultative paper SA BI, telah dilakukan:
1) pengelompokan GI ke dalam 8 (delapan) lini bisnis,
2) melakukan simulasi perhitungan risiko operasional dengan pendekatan standar.
Sebagai persiapan menuju pengukuran modal risiko operasional dengan metode Advanced Measurement Approach (AMA), BRI telah melakukan berbagai upaya yaitu : 1) Mengimplementasikan perangkat pengelolaan risiko operasional meliputi Risk Control Self Assesment (RCSA), Indikator Risiko Utama (IRU), Manajemen Insiden (loss event data base) diseluruh unit kerja, 2) menyusun data kerugian berdasarkan 7 event type dan 8 lini bisnis, 3) melakukan simulasi perhitungan risiko operasional dengan pendekatan extreme value theory (EVT).
Implementasi Pilar 2 Basel II
Dalam rangka mengantisipasi penerapan Pilar 2 Basel II, langkah yang telah dilakukan BRI meliputi:
a. BRI telah melakukan perhitungan risiko suku bunga banking book dengan pendekatan repricing
pengelolaan risiko suku bunga banking book, pada tahun 2012 BRI akan membeli aplikasi sistem sehingga BRI dapat mengelola portofolio banking book secara lebih optimal.
b. Mulai tahun 2010, untuk mengetahui ketahanan modal BRI yang telah terhitung dalam Pilar 1 maka secara berkala (triwulanan) BRI melakukan simulasi stress testing terhadap risiko kredit, risiko konsentrasi kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Implementasi Pilar 3 Basel II
Implementasi pilar 3 Basel II (market discipline) untuk meningkatkan transparansi dilakukan dengan dilakukannya disclosure implementasi manajemen risiko pada setiap annual report.
Rencana Kerja Tahun 2012
Program penerapan manajemen risiko yang akan dilakukan BRI pada tahun 2012 antara lain:
• Evaluasi dan pengkinian setting persyaratan kuantitatif dan persyaratan kualitatif penerapan internal model risiko pasar dalam sistem aplikasi treasury and market risk.
• Evaluasi dan pengkinian kebijakan dan metodologi internal model risiko pasar yang dikaitkan dengan implementasi sistem aplikasi treasury and market risk.
• Persiapan monitoring pemenuhan data dan MIS untuk mendukung implementasi Basel III.
• Evaluasi dan pengkinian kebijakan manajemen risiko likuiditas terkait penerapan Basel III.
• Penyusunan kebijakan enterprise-wide risk management dan kebijakan terkait penerapan Pilar 2 dan Pilar 3.
• Melakukan simulasi dan review metodologi validasi model back testing dan stress testing risiko pasar dan risiko kredit.
• Paralel run pengukuran modal risiko kredit dengan Standardized Approach (SA) sekaligus review kebijakan dan metodologi pengukuran risiko kredit dengan SA dan IRBA.
• Review kebijakan dan metodologi Credit Risk Rating (CRR) dan Credit Risk Scoring (CRS) sesuai ketentuan yang berlaku serta melakukan pemantauan atas penerapan dan implementasi CRR dan CRS hasil redesign.
• Review metodologi dan simulasi risk-based pricing / risk premium dan metodologi