• Tidak ada hasil yang ditemukan

Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti

2. Dasar Hukum

Tujuan negara yang termaktub pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NKRI 1945) salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen untuk mewujudkan tujuan tersebut diejawantahkan melalui penjaminan hak pada Pasal 28 C ayat (1) yang menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Penjaminan hak tersebut dikukuhkan kembali pada Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pada Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan itu UUD 1945 kembali menegaskan komitmen Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Pasal 31 ayat (4) bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang disebutkan pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi ditetapkanlah Undang-Undang NO.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan TInggi sebagai dasar dan kepastian hukum dalam penyelenggaraannya. Menilik pada Pasal 62 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

162 pusat penyelenggaraan tridharma yang meliputi pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Pada Pasal 65 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan otonomi itu diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri Pendidikan Nasioanl kepada PTNbh. Pada Pasal 84 ayat (2) disebutkan bahwa Perguruan Tinggi dapat memperoleh pendanaan melalui masyarakat salah satunya melalui dana abadi pendidikan.

Kemudian,untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 ayat (3) bahwa perlu ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan PTNbh maka ditetapkanlah PP No.26 Tahun 2015. Pada Pasal 11 ayat (1) menjelaskan bahwa pendanaan PTNbh yang bersumber dari selain APBN salah satunya dapat bersumber dari dana abadi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)No.238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan. Melalui PMK tersebut diamanatkan bahwa dalam APBN dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional berupa Endowment Fund dan dana cadangan pendidikan yang pengelolaannya dilakukan oleh BLU secara transparan dan akuntabel sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara.

Pengelolaan tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga. Pada BAB VII tentang Pengelolaan Keuangaan Pasal 130 ayat (1) menyebutkan bahwa Universitas dapat membentuk dana-dana khusus yang mempunyai maksud dan tujuan strategis tertentu dan tersendiri, yang dapat berbentuk namun tidak terbatas pada: a. Dana abadi, b. Dana Cadangan, c. Dana Cadangan Aset Tetap, dan d. Dana Beasiswa.Ayat tersebut mengimplikasikan bahwa universitas dapat membentuk kanal pendanaan yang bersumber dari 4 sumber tersebut namun tidak terbatas hanya kepada sumber-sumber tersebut, universitas sebagai PTN bh dapat terus bereksplorasi mengembangkan pendanaan keuangannya secara mandiri selama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut ayat (2) pada Pasal yang sama disebutkan bahwa Dana Abadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah dana yang dibentuk oleh Universitas dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah dana yang akan dikelola secara khusus sehingga hasil dari pengelolaan dana tersebut dapat digunakan

163 untuk mendukung kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tanpa mengurangi nilai pokok dana tersebut. Secara holistik dan sistematisinstrumen perundang-undangan telah mengamanatkan pengelolaan dana abadi sedemikian rupa agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya.

3. Permasalahan

Urgensi Pendanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Setiap lembaga pasti memiliki visi yang berfungsi sebagai arah pembangunan dan pengembangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar memiliki arah pembangunan dan pengembangan yang jelas,makadisusunlah berbagai perencanaan baik melalui perencanaan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.Pendanaan tentu menjadi unsur terpenting untuk merealisasikan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang telah disusun.Pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang mandiri memiliki tupoksi yang sama pentingnya untuk universitas maupun fakultas. Relevansi antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sendiri memiliki keterkaitan yang saling terinterpendensi. Pendanaan jangka pendek merupakan langkah-langkah yang disusun untuk mencapai pendanaan jangka panjang. Namun, bukan berarti pendanaan jangka panjang itu sendiri dibiarkan tersusun oleh pendanaan jangka pendek begitu saja. Dalam menjalankan pendanaan jangka pendek pun harus berdasarkan dan mengarah kepada gambaran holistik dari pendanaan jangka panjangnya. Sehingga muncul sinkronisasi antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang. Terlebih, UI sebagai PTNbh memiliki wewenang mandiri untuk mengelola keuangannya tentu harus mampu mengoptimalkan statusnya dalam upaya pemenuhan pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dapat mencapai tujuannya. Status PTN bh yang dimiliki UI jika dimanfaatkan dengan baik sejatinya dapat memberikan keuntungan terutama dalam pengelolaan keuangannya. UI dan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya dapat mengoptimalkan pendanaan bukan hanya dari penerimaan BPPTN bh namun ditunjang dengan perolehan pendapatan dari berbagai sumber.

Teknis Pengumpulan Dana (komparasi dengan universitas lain). Untuk menjamin tercapainya pendanaan jangka pendek maupun jangka panjang sebuah lembaga juga harus memiliki teknik pengumpulan dana yang

164 optimal. Salah satunya adalah teknik pengumpulan dana abadi. UI bersama PTN bh lainnya dapat menjalin kerja sama dan melakukan sharing knowledge dalam pengelolaan dana abadi. Di dalam negeri sendiri terdapat Perguruan Tinggi yang dikenal dengan prestasinya sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun 2007 yaitu ITB. Menurut Pasal 60 Statuta ITB, Endowment fund ITB atau yang disebut Dana Lestari ini dikelola oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL).BPUDL merupakan hasil penggabungan dari Satuan Usaha Komersial (SUK) dan Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) ITB dan pada dasarnya melanjutkan fungsi penggalangan dana yang bukan berasal dari pemerintah (APBN) untuk menunjang operasional ITB.

Kompas melaporkan bahwa disaat dana lestari baru memasuki usia ke-3nya ITB sudah mampu menghimpun dana lestari sebesar US$20 juta atau setara dengan Rp 200 miliar rupiah. Sedangkan menurut laporan MWA ITB yang disampaikan oleh Rektor ITB dalam rangka Dies Natalis ITB ke-56 pada Maret 2015 lalu, total Dana Lestari yang dikelola BPUDL per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 113 milyar dan hasil investasi tahun 2014 sebesar Rp. 13,573 milyar. Hal ini menunjukkan presentase jumlah endowment fund mencapai 8,75% dari total realisasi penerimaan dan pendapatan anggaran tahun 2014 yang berjumlahRp 1,294,994 trilliun dan menghasilkan return sebesar 11,98% dari pengelolaan endowment fund tahun 2014.

Lalu bagaimana dengan UI? Menurut sebuah laporan, kinerja pengelolaan hasil investasi Dana Abadi UI pada tahun 2012 bahkan hanya mencapai 4% dari seluruh anggaran. Sedangkan pada tahun 2015 lalu baru mencapai sebesar Rp 49 miliar dari total pendapatan sebesar Rp 2.041.120.399.485 triliun yang berarti hanya memiliki presentase 2,4% dari total pendapatan tersebut.Di tahun 2016 ini, MWA UI memiliki kesadaran yang besar akan pentingnya optimalisasi dana abadi. Kesadaran tersebut diejawantahkan dengan menetapkan target kepada Rektor UI untuk menghimpun dana abadi tahun 2016 sebesar Rp 100 miliar.Namun kemudian menjadi pertanyaan besar bagaimana UI akan menghimpun dana tersebut.

Adanya trade off antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang.

165 Jika ditilik lebih dalam, pendanaan jangka pendek dan jangka panjang melalui pengelolaan Endowment Fund memiliki konsekuensi dan risiko lain yang harus dipertimbangkan,diprediksikan dan dipersiapkan solusinya secara matang.Pengoptimalisasian dana abadi akan menimbulkan trade off antara pendanaan jangka pendek dengan pendanaan jangka panjang. Karena keterbatasan sumber dana membuat suatu lembaga harus mampu memprioritaskan pendanaan yang akan dijadikan fokus pengelolaan keuangan. Ketika suatu lembaga memutuskan untuk concern terhadap pendanaan jangka panjangnya maka secara tidak langsung ia akan mengorbankan fokusnya terhadap pendanaan jangka pendek. Begitu pula sebaliknya disaat suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka pendeknya maka ia akan mengorbankan peluang investasi jangka panjangnya . Contoh konkret adalah ketikasuatu lembaga membuka kanal dana abadi dalam pendanaannya, maka setiap tahunnya lembaga tersebut akanmemperhitungkan return yang dihasilkan oleh dana abadi ke dalam pos pendapatan untuk membiayai pengeluaran jangka pendek di periode tersebut.Sedangkan di sisi lain setiap investasi pasti memiliki risiko, salah satu risiko dari investasi dana abadi adalah jika return di tahun tersebut ternyata dibawah target yang sudah ditetapkan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pos pendanaan yang sudah ditentukan sebelumnya dan akan mengganggu kegiatan operasional jangka pendek.

Trade off menimbulkan urgensi likuiditas.

Adanya trade off menunjukkan bahwa terdapat urgensi pada tingkat kepastian kemampuan dana abadi dalam menghasilkan return untuk digunakan sebagai pos pembiayaan tertentu dalam jangka pendek yang disebut likuiditas. Semakin likuid, maka kepastian kemampuan dana abadi untuk menghasilkan return semakin baik sehingga pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang berasal dari return tersebut juga akan terpenuhi dengan pasti. Keadaan pasar yang fluktuatif sangat memperngaruhi tingkat likuiditas dari sebuah instrumen investasi. Namun, dalam pengelolaan investasi di pasar modal terdapat cara untuk mengelola ketidak-pastian yang timbul akibat keadaan yang sangat fluktuatif itu. Manajemen investasi akan mencari jalan untuk mengoptimalkan return yang bisa diperoleh dan mengelola risiko Endowment Fund seminim mungkin.

166 Diversifikasi sebagai salah satu solusi trade off dan tingkat likuiditas dana abadi.

Salah satunya melalui pengelolaan diversifikasi dana abadi yang memiliki relevansi dengan probabilitas risk & return dari suatu investasi. Diversifikasi adalah sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana melalui berbagai instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda, atau sering disebut dengan alokasi aset (asset allocation). Warren Buffet, seorang investor ulung yang sudah berinvestasi hampir selama 75 tahun ini menekankan pentingnya diversifikasi. Ia memiliki prinsip “don’t put your all eggs in one basket” karena jika keranjang yang menyimpan telur itu jatuh maka semua telur akan pecah dan menyebabkan kerugian absolut. Dengan menempatkan telur di keranjang yang berbeda akan meminimalisir risiko kerugian tersebut dan meningkatkan peluang keuntungan. Diversifikasi dalam dana abadi memiliki logika dasar yang sama dengan analogi tersebut. Terlebih dana abadi harus memiliki likuiditas yang baik untuk pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dalam diversifikasinya dapat diinvestasikan kepada instrumen investasi yang cenderung mampu memberikan return tetap seperti obligasi atau time deposit. Sehingga,antara pengelolaan diversifikasi dana abadi dan probabilitas risk & return memiliki relevansi yang sangat kuat. Semakin baik pengelolaan diversifikasi dana abadi dalam menempatkan investasinya maka akan menekan resiko kerugian sehingga peluang untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi akan semakin tinggi.

4. Saran dan Rekomendasi