• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selayang Pandang Dinamika Dunia Kemahasiswaan FIB UI Oleh Moh. Agus Fuat (Ketua BEM FIB UI 2016)

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) semula bernama Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Fakultas Sastra dibuka pada tanggal 1 Oktober 1940 berdasarkan SK pendirian dengan nama Faculteit der Letteren end Wijsbegeerte. Sering dengan berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia pada tahun 1947 nama Fakultas Sastra telah diubah menjadi Fakulteit Sastra dan Filsafat. Perkembangan Fakultas ini tidak berhenti sampai di sini, untuk mengikuti perkembangan jaman kebutuhan akan perbaikan keilmuan juga turut dibenahi. Nama Fakultas Sastra dan Filsafat dikritisi ulang. Apalagi mengingat tengah terjadi penyempitan makna tentang sastra. Sastra hanya dimaknai sebagai karya seperti novel, puisi atupun naskah drama. Oleh karena itu, untuk membuat wacana baru Fakultas Sastra dan Filsafat berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

Beranjak dari dinamika nama fakultas yang silih berganti menunjukkan bahwa fakultas ini cukup luwes dalam memahami perkembangan jaman. Dinamika ini pula yang terjadi di kehidupan kemahasiswaan. Dinamika pergolakan kemahasiswaan di FIB UI sudah mewarnai setiap perjalanan mahasiswa dalam setiap dekade. Mungkin tantangan setiap jaman akan berbeda. Oleh karena itu tulisan ini akan sedikit mengulas tentang dinamika kemahasiswaan FIB UI selama dua tahun terakhir ini.

Kurang dilibatkannya Mahasiswa dalam Mengambil Kebijakan Fakultas Unsur mahasiswa dalam perkembangan kampus tidak bisa dielakkan keberadaannya. Apalagi mahasiswa menjadi salah satu penopang pendapatan kampus. Lebih-lebih apabila di dalam kampus ini diibaratkan sebuah rumah keluarga, sudah selayaknya mahasiswa adalah bagian dari keluarga besar tersebut.

105 Oleh sebab itu sudah sepatutnya mahasiswa FIB UI merupakan bagian dari subjek yang harus berperan aktif dalam perkembangan fakultas. Namun pada kenyataannya di kurun waktu dua tahun terakhir ini suasana yang sangat terasa adalah mahasiswa hanya sebagai objek.

Minimnya keterlibatan mahasiswa terjadi dibeberapa kasus kebijakan fakultas, padahal kebijakan ini ditujukan untuk kegiatan kemahasiswaan. Di tahun 2015 isu terkait aturan penggunaan fasilitas sangat dirasakan oleh mahasiswa. Adanya pembatasan penggunaan listrik 5000 watt dan diberlakukannya waktu istirahat untuk auditorium gedung 9 di hari rabu menimbulkan banyak kesulitan bagi kegiatan kemahasiswaan. Mahasiswa harus mengeluarkan ongkos lebih apabila menggunakan listrik di atas 5000 watt. Padahal sudah selayaknya mahasiswa mendapatkan fasilitas tersebut. Hal yang patut disayangkan lagi adalah waktu istirahat audit gedung 9 yang harus mengambil hari Rabu dimana itu adalah hari aktif perkuliahan. Sedangkan di hari libur sabtu dan minggu auditorium gedung 9 bisa disewakan untuk pihak luar.

Kasus minimnya keterlibatan mahasiswa dalam menentukan kebijakan fakultas terjadi pula di tahun 2016. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Nomor

1565/UN2.F7.D/HKP.02.04/2016 mengenai inisiasi atau ospek jurusan yang dikeluarkan secara mendadak sehingga membuat 15 jurusan kelimpungan untuk membuat konsep baru dalam waktu yang sangat singkat. Sosialisasi dilaksanakan kurang dari seminggu kegiatan harus dilakukan. Cara seperti ini yang menjadikan lembaga kemahaiswaan semakin merasa hanya menjalankan sebuah produk kebijakan. Padahal jelas-jelas ini produk kebijakan ditujukan kepada mahasiswa namun sangat disayangkan dalam proses pembentukan SK ini tidak ada unsur mahasiswa yang dilibatkan dalam tim perumus SK Inisiasi.

Tahun ini banyak yang menyayangkan karena salah satu kegiatan khas FIB yakni Petang Kreatif (PK), sebuah ajang pertunjukan teater yang melibatkan mahasiswa baru dari 15 program studi tidak bisa dilaksanakan di semester ini. Hal ini disebabkan karena kegiatan Petang Kreatif dianggap mengganggu akademik. Alasan ini masih sangat sulit untuk diterima mengingat belum ada data yang

106 membuktikan akan hal itu. Apakah benar variabel kegiatan Petang Kreatif menganggu akademik mahasiswa baru. Di awal kepengurusan pihak fakultas memberikan peringatan kepada Ketua BEM FIB UI dan Ketua DPM FIB UI terpilih bahwa kegiatan Petang Kreatif perlu dievaluasi. Untuk merespon itu, lembaga Formal kemahasiswaan (LFK FIB UI) yang terdiri dari BEM, DPM, HIMA, BO dan BSO membentuk tim add hoc yang disebut Tim Perumus PK. Tim ini bekerja untuk menulis sejarah PK, menginventarisasi permasalahan yang terjadi di PK, dan memberikan solusi. Dalam proses melaksanakan tugasnya, tim ini juga berkonsultasi kepada pihak fakultas melalui manajer kemahasiswaan. Namun setelah tim ini selesai menuntaskan tugasnya dan dibahas dalam audiensi dengan pimpinan fakultas, hasil rumusan ini kurang diindahkan. Pimpinan fakultas justru memberikan opsi lain supaya Petang Kreatif dilaksanakan semester depan atau ditiadakan sama sekali.

Kasus-kasus di atas merupakan contoh bagaimana minimnya ruang komunikasi yang dibangun oleh pimpinan fakultas dengan pihak mahasiswa. Mungkin pelibatan mahasiswa bukanlah sebuah hal yang wajib namun kalau kita kembali pada ibarat kampus ini adalah keluarga besar selayaknya anggota keluarga diajak aktif untuk berembuk. Bagaimana mungkin keluarga bisa harmonis apabila tidak ada sebuah komunikasi yang berjalan bagus. Kami semua pasti menginginkan keluarga FIB UI ini menjadi keluarga yang harmonis dengan adanya komunikasi mesra antar anggota.

Transparansi Dana Kemahasiswaan

FIB UI mempunyai lembaga kemahasiswaan yang cukup banyak. Tercatat ada 32 lembaga kemahasiswaan yang dinaungi oleh FIB UI. Lembaga-lembaga tersebut terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), 15 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), 7 Badan Otonom (BO) dan 6 Badan Semi Otonom (BSO). Untuk menjalankan kegiatan kemahaiswaan lembaga-lembaga kemahasiswaan ini masing-masing mendapatkan anggaran setiap tahun dengan rincian BEM Rp. 66.000.000, DPM Rp. 45.000.000, BO Rp. 2.000.000, dan BSO Rp. 1.500.000. Dana ini diberikan kepada lembaga kemahasiswaan tiap tahun dengan mengajukan RKAT. Apabila ditotal dana

107 kemahasiswaan ini sejumlah Rp. 209.000.000. Namun pada dasarnya kita tidak mengetahui proporsi nominal itu dari mana asalnya. Berapa sebenarnya anggaran untuk lemabaga kemahasiswaan secara keseluruhan.

Menilik data yang diperoleh dari MWA UI UM, berdasarkan RKAT FIB UI 2016 pendapatan FIB UI Rp 49.154.907.349 dengan rincian penerimaan dari biaya pendidikan (BP) Rp 38.425.798. 617 dan pendapatan dari non BP sejumlah Rp 10.729.108.732. sedangkan pengeluaran yang ditargetkan sejumlah Rp 41.577.504.255 dengan rincian Rp 33.274.712.384 untuk pengeluaran operasional, pengeluaran pengembangan sebesar Rp 8.215.841.871, dan Rp 86.950.000 untuk pengeluaran investasi. Besaran nominal ini tidak menjelaskan secara rinci apa saja yang menjadi prioritas. Apalagi untuk dana kemahasiswaan sama sekali tidak bisa diakses secara terbuka. Akan sangat baik apabila dalam proses perancangan dana kemahasiswaan tidak hanya transparan, namun juga bisa dilakukan penetapan anggaran bersama mahasiswa.

108

Aspirasi Fakultas Psikologi