• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA UNSUR MAHASISWA. Untuk UI, Kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA UNSUR MAHASISWA. Untuk UI, Kini"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i KATA PENGANTAR

MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA UNSUR MAHASISWA

Untuk UI, Kini

Masih begitu lekat di ingatan bahwa pada akhir tahun lalu, saya menjadi moderator sebuah diskusi antara Rektor dengan mahasiswa di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI). Pada umumnya, diskusi tersebut berisi tentang kebijakan UI di tahun 2015 dan apa kebijakan yang akan dikeluarkan pada tahun 2016. Namun sebagaimana kita ketahui, akhir tahun 2015 adalah penentuan apakah akan ada penyesuaian tentang biaya pendidikan di UI atau tidak. Di akhir diskusi, Rektor dengan lantang menyatakan: we agree to differ. Demikian, UI menyesuaikan nominal biaya pendidikannya sejak penerimaan mahasiswa baru 2016. Sejak itu pula, mulai ada pembukaan opsi rentang biaya pendidikan dengan harapan terjadinya subsidi silang yang lebih signifikan. Ide tentang subsidi silang tersebut patut diapresiasi, namun kekhawatiran kami sebagai mahasiswa tidaklah terletak di sisi itu. Hal utama yang mengganjal di benak kami ialah apakah dengan kebijakan ini, UI berpotensi menjadi tebang pilih? Tebang pilih dalam hal menerima mahasiswa yang secara kekuatan ekonomi lebih mapan, dan meminggirkan mahasiswa dengan ekonomi lemah. Tentu dengan dalih untuk memaksimalkan subsidi silang. Saya kira, subsidi silang hanya akan tercipta apabila memang ada yang harus disubsidi. Kalau tidak ada yang disubsidi— mahasiswa dengan ekonomi lemah—buat apa ada konsep subsidi silang?

Sejak awal tahun ini, saya mencoba mengamati berbagai kebijakan Pusat Administrasi Universitas (PAU) sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di UI. Utamanya, saya begitu mengamati tiap kebijakan yang bersinggungan dengan peningkatan pemasukan UI dari pos non biaya pendidikan dan penerapan prinsip good university governance di UI. Dalam tulisan pengantar ini, saya mencoba mengemukakan beberapa pandangan saya mengenai beberapa kebijakan UI yang berkaitan dengan poin yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

(3)

ii Pertama, kebijakan pengelolaan dana abadi. Kebijakan ini menjadi hal yang saya fokuskan karena saya memiliki keyakinan apabila UI telah memiliki sistem pengelolaan dana abadi yang baik, maka peran mahasiswa sebagai pemasok dana terbesar untuk UI perlahan-lahan dapat dikurangi. Selayaknya, suatu institusi memiliki saldo dana abadi lebih besar dari dana operasional per tahun institusi tersebut, sehingga, keuntungan dari investasi dana abadi tersebut akan dirasakan dampaknya secara signifikan. Kini, UI memiliki dana abadi sekitar 45 miliar rupiah, dan ditargetkan memiliki 100 miliar rupiah di akhir tahun ini. Beberapa saat yang lalu, UI bekerjasama dengan BNI Management Asset untuk memulai menginvestasikan dana abadinya. Tentu saya memiliki harapan, agar suatu saat keuntungan dari investasi dana abadi UI bisa menjadi salah satu penguat pondasi pengembangan pendidikan di Indonesia. Namun, komitmen UI tentang pengelolaan dana abadi bukannya tanpa evaluasi. Saya melihat dibutuhkan adanya keseriusan lebih dalam penanganan dana abadi. Saya tidak mengatakan UI tidak serius, namun saya kira belum optimal. Utamanya dalam penambahan saldo dana abadi dari naming right. Metode ini menjanjikan, namun dibutuhkan orang-orang berkomitmen tinggi agar cita-cita besar dari program naming right ini tercapai. Semoga kedepannya, program pengelolaan dana abadi ini akan dan terus menjadi salah satu inisiatif strategis yang terpampang di Rencana Strategis UI, serta lebih banyak mahasiswa yang terbantu sebagai dampak pengelolaan dana abadi yang efisien dan professional.

Kedua, program transformasi budaya UI. Dewasa ini diketahui bahwa konsep business as usual perlahan-lahan digantikan dengan metode kerja strive to excel atau service excellence. Secara umum, metode kerja suatu institusi haruslah mengedepankan pelayanan yang baik bagi seluruh stakeholder. Tidak ketinggalan dari beberapa institusi pemerintah yang telah melakukan transformasi budaya (cth: Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia), UI pun mulai menginisiasi program besar-besaran ini. Program transformasi budaya tak pelak akan merombak sistem kerja UI secara signifikan. Penilaian pegawai seluruhnya akan berbasis kinerja. Perombakan ini diharapkan akan mengubah persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan UI. Seperti program sebelumnya, pelaksanaan program transformasi budaya tentu menemui hambatan. Sepanjang pengamatan saya,

(4)

iii hambatan utama terdapat pada UI sendiri, yakni kesiapan dan kemauan dirombaknya sistem business as usual demi peningkatan pelayanan dan profesionalitas. Dibantu oleh konsultan dari PricewaterhouseCoopers, program ini saya rasa akan melawan UI itu sendiri, sebab niatnya yang sangat baik. Saya pribadi sangat mengapresiasi keberanian pimpinan UI untuk tidak menunda-nunda berjalannya program ini. Saya sangat menginginkan semua proses bisnis di UI berjalan dengan profesional, utamanya dalam pelayanan mahasiswa sebagai stakeholder terbesar.

Ketiga, implementasi Pedoman Keuangan Majelis Wali Amanat. Sejujurnya, saya merasa produk hukum ini adalah salah satu prestasi terbesar yang ditorehkan oleh MWA, dengan dukungan seluruh organ UI. Salah satu materi utama dari Pedoman Keuangan ini ialah tentang pembebanan tanggung jawab dari fakultas ke PAU mengenai peningkatan fasilitas pendidikan dari yang di bawah standar menjadi memenuhi standar. Menurut saya, klausa tersebut menjadi salah satu usaha terbesar UI untuk melakukan pemerataan antar fakultas. Selain itu, klausa tersebut serta merta ingin mendukung preseden bahwa UI adalah suatu universitas, bukan multi-fakultas. Diharapkan, tidak ada lagi anggapan bahwa fakultas A merupakan fakultas kaya, dan fakultas B merupakan fakultas yang minim sumberdaya. Tentu, mahasiswa perlu tahu mengenai kebijakan ini. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan stakeholder yang merasakan langsung mengenai fasilitas pendidikan yang tersedia di fakultasnya masing-masing. Namun pada faktanya, implementasi Pedoman Keuangan MWA ini mendapat tentangan dari beberapa pimpinan fakultas. Hal ini karena terdapat kesalahpahaman mengenai subsidi silang yang dilakukan demi pemenuhan biaya berjalannya peningkatan fasilitas pendidikan. Saya kira, pertentangan cukuplah terjadi di pimpinan fakultas saja. Sebagai mahasiswa, tentu kita harus mendukung setiap kebijakan yang memiliki porsi keberpihakan besar kepada mahasiswa. Sejak menjadi salah satu perumus Pedoman Keuangan ini, saya sudah memupuk harapan yang sedemikian besar bahwa produk hukum ini yang akan mengawali terciptanya kesamarataan di seluruh fakultas yang ada di UI.

(5)

iv Tiga poin besar yang telah saya kemukakan hanyalah sekilas dari banyak kebijakan yang dikeluarkan UI pada tahun 2016. Terlepas dari itu, banyak sekali permasalahan kebijakan yang saya rasa tidak berpihak kepada mahasiswa dan kurang matang dalam perencanaan dan antisipasi, contohnya ialah penegakan aturan pemberlakuan jam malam di UI. Sungguh sebagai pribadi, saya sangat merasa dirugikan dengan pembatasan masuk kampus saya sendiri. Dan selain itu, untuk menjawab pertanyaan teman-teman mahasiswa mengenai kemungkinan penyesuaian kembali biaya pendidikan di tahun 2017, saya bisa pastikan tidak ada kenaikan. Hal ini sejalan dengan diskusi saya dengan Pak Rektor yang menyatakan dengan kondisi arus keuangan UI kini, setidaknya UI “bisa bernafas” hingga tahun 2019 nanti. Pak Rektor juga menyatakan, setidaknya hingga masa jabatan beliau berakhir, tidak ada kenaikan biaya pendidikan lagi.

Tulisan singkat ini saya kemukakan sebagai pengantar akan berbagai kajian dan kumpulan aspirasi dari berbagai organ kemahasiswaan UI di tahun 2016. Saya memiliki harapan, kumpulan tulisan ini dapat menjadi catatan penting di tahun 2016 bagi PAU dan mahasiswa. Selain itu, khusus untuk Pak Rektor, saya berikan tulisan ini sebagai bagian dari suara hati mahasiswanya di tahun 2016. Semoga tulisan kami, anak-anak dan mitra kritis Bapak, bisa menjadi pengingat Bapak mengenai hal-hal apa saja yang kiranya telah Bapak capai dan yang belum Bapak lakukan. Tentu, semua kebaikan dan keinginan hanya dapat tercapai dengan sinergisasi yang optimal dan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di UI.

Bravo, UI!

Depok, 16 Desember 2016

(6)

v DAFTAR ISI

Kata Sambutan MWA UI Unsur Mahasiswa 2016... i

Daftar Isi... ii

BAB I Kajian dan Olahan Data Survei BK MWA UI UM... 1

Bidang Biaya Pendidikan... 2

Bidang Fasilitas... 23

Bidang Sumber Daya Manusia... 44

Bidang Keamanan dan Ketertiban... 51

Bidang Kemahasiswaan... 61

BAB II Kajian dan Aspirasi BEM UI/BEM Fakultas/Vokasi... 68

BEM UI... 69

BEM Fakultas Kedokteran... 85

BEM Fakultas Kedokteran Gigi... 87

BEM Fakultas Matematika dan IPA... 90

BEM Fakultas Hukum... 93

BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis... 99

BEM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya... 104

BEM Fakultas Psikologi... 108

BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat... 120

BEM Fakultas Ilmu Komputer... 133

(7)

vi

BEM Fakultas Farmasi... 143

BEM Fakultas Ilmu Administrasi... 149

BEM Program Vokasi BAB III Kompilasi Kajian BK MWA UI UM 2016... 159

Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti... 160

Biaya Kuliah Tunggal... 174

Ada Apa Dengan BOPTN?... ... 189

(8)

1

BAB I

Kajian dan Olahan Data Survei

BK MWA UI UM

(9)

2 BAGIAN BIAYA PENDIDIKAN

Implementasi Tata Kelola Keuangan Universitas Indonesia

berdasarkan Prinsip Good University Governance

I. Pendahuluan

A. Good Governance dan Good University Governance

Dewasa ini, konsep good governance semakin banyak diterapkan di berbagai organisasi baik di dalam sektor publik maupun sektor privat. Governance sendiri merupakan kata sifat dari govern yang memiliki arti sebagai proses pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan tersebut diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan)1. Pada prinsipnya good governance berorientasi pada penyelenggaraan tata kelola yang akuntabel dan bebas dari penyalahgunaan wewenang antara sektor publik, privat dan masyarakat2.Di era demokratisasi yang menuntut transparansi dan akuntabilitas, penerapan Good Governance menjadi salah satu syarat mutlak pengelolaan suatu organisasi tanpa terkecuali3.

Pada organisasi sektor pendidikan tinggi,Good University Governance (GUG) merupakan salah satu konsep turunan dari Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan kunci sukses tumbuh dan berkembangnya sebuah perusahaan dalam jangka panjang sekaligus mampu bersaing dalam dunia bisnis global. Penerapan prinsip GUG merupakan hal penting, bahkan seharusnya dibandingkan GCG sebagai pendahulunya organisasi kampus memiliki peluang sebagai pelopor praktik good governance karena unsur kampus yang terdiri dari beragam elemen yang vokal menyuarakan aspirasinya4. Akan tetapi yang

1United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance, hlm.1

2Ibid, hlm.1

3 Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance), 2005, hlm.22

4

(10)

3 membedakan penerapan good governance di lingkungan pendidikan tinggi dengan di sebuah negara maupun korporasi adalah berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan tinggi yang harus tetap dijunjung tinggi5.

Good University Governance diterapkan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola yang transparan dan akuntabel di dalam lingkungan kampus. Seiring dengan semakin tingginya kompetisi di ranah perguruan tinggi itu sendiri, setiap perguruan tinggi mulai berlomba-lomba untuk maju dan berusaha meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Semangat perguruan tinggi untuk terus berkembang juga sejalan dengan tuntutan atas transparansi administrasi yang mampu mendudukung kelancaran tugas penyelenggaraan perguruan tinggi dengan mempraktikkan prinsip-prinsip good governenance6. Hal tersebut membuktikan, di era modern saat ini prinsip Good University Governance merupakan prinsip yang harus diterapkan untuk mendorong kemajuan sebuah institusi pendidikan tinggi7. Dalam penerapannya diperkenalkan bentuk baru pengelolaan perguruan tinggi yang lebih otonom, atau biasa disebut dengan PTN badan hukum (PTN-BH).

Sistem PTN-BH yang otonom melibatkan pihak luar untuk ikut “memiliki” perguruan tinggi sekaligus menjadikan civitas academica sebagai unsur penting dalam tata kelola kampus, yang merupakan salah satu implementasi konsep GUG8. Berdasarkan konsep GUG, terdapat tiga elemen yang memiliki peran strategis satu sama lain yakni negara dan perangkatnya sebagai regulator, perguruan tinggi sebagai pelaku organisasi dan masyarakat sebagai pengguna produk atau jasa pendidikan di perguruan tinggi9. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH yang memiliki visi besar sebagai world class university juga menyadari

5

Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm. 33.

6 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia,( Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.36.

7

Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance), hlm.25.

8Ibid 9

Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.42.

(11)

4 pentingnya penyelenggaraan pendidikan tinggi yang lebih transparan dan akuntabel berdasarkan prinsip GUG. Hal tersebut diejawantahkan dengan dimasukkannya aspek GUG ke dalam perencanaan institusi seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Strategis (RENSTRA), Sasaran Strategis (SASTRA), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Program Strategis (PROSTRA).

B. Implementasi Konsep Good University Governance di Universitas Indonesia

Secara konseptual, terdapat 8 karakteristik yang berperan sebagai parameter untuk mengukur performa penerapan good governance di berbagai sektor termasuk ranah pendidikan tinggi yaitu10 :

Gambar 1: Karakteristik Good Governance

Sumber: United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance.

Delapan karakteristik tersebut yakni 1) partisipasi publik, 2) rule of law, 3) transparansi, 4) responsiveness, 5) berorientasi kepada konsensus, 6) ekuitas dan inklusivitas, 7) efektivitas dan efisiensi serta 8) akuntabilitas. Dari delapan karakteristik tersebut terdapat tiga komponen utama good governance yang biasanya menjadi acuan penilaian pengelola

10

United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance.

(12)

5 organisasi yaitu transparansi,akuntabilitas dan partisipasi publik11. Dua komponen utama sering menjadi acuan utama dalam pengelolaan organisasi publik maupun privat12. Unsur terakhir menjadi acuan dalam suatu proses yang melibatkan adanya proses politik dimana masyarakat dianggap sebagai stakeholders utama yang harus didengar opininya dan didorong partisipasinya dalam proses pembuatan kebijakan publik13. Adapun pendalaman konsep mengenai tiga komponen tersebut adalah:

1. Transparansi: Keputusan yang diambil dan implementasinya dilakukan berlandaskan aturan, informasi mengenai tata kelola organisasi di bidang apapun disediakan secara bebas dan mudah diakses oleh elemen-elemen yang akan merasakan dampak langsung dari penerapan suatu kebijakan. Selain harus memiliki aksesibilitas yang tinggi informasi yang disediakan juga harus disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas : Akuntabilitas merupakan persyaratan utama dari good governance. Semua stakeholders harus bertanggung jawab kepada masyarakat, setiap stakeholders yang ada, dan kepada semua elemen yang akan mendapatkan pengaruh dari kebijakan dan keputusan yang diambil. Akuntabilitas tidak dapat ditegakkan tanpa transparansi dan rule of law yang baik pula.

3. Partisipasi publik : Partisipasi dari setiap elemen yang ada di suatu scoop organisasi sektor publik, privat maupun masyarakat mampu diakomodasi melalui banyak ruang baik secara langsung atau melalui lembaga perantara dan perwakilan yang memiliki legitimasi.

I. Implementasi Prinsip Good University Governance dari Sisi Tata Kelola Keuangan

Implementasi delapan karakteristik tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi dan bidang. Seperti diantaranya melalui performa pelayanan publik yang

11 Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance) hlm.23.

12 Ibid 13

(13)

6 diberikan, tata kelola keuangan maupun fisik sarana dan prasarana yang diakomodasikan serta masih banyak lagi sisi yang dapat disoroti. Setiap bidang tentu memiliki tupoksi dan perannya masing-masing dalam penyelenggaraan organisasi secara holistik. Dalam hal ini, tata kelola keuangan memiliki peran sentral dan sangat strategis bagi penyelenggaraan organisasi karena keuangan merupakan pondasi dasar dari semua penyelenggaraan program. Keuangan lah yang menjadi sumber pendanaan utama sehingga tahap perencanaan,pengorganisasian, dan pelaksanaan program dapat berjalan14. Jika sumber pendanaan tidak optimal maka pada tahapan-tahapan berikutnya tentu tidak akan optimal pula sehingga tujuan organisasi dan pemenuhunan kebutuhan masyarakat pun akan sulit direalisasikan.

Menilik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH pada pasal 2 dan 11 memiliki sumber pendanaan keuangan yang berasal dari APBN dan NON-APBN. Adapun sumber NON-APBN bersumber dari a. masyarakat; b. biaya pendidikan; c. pengelolaan dana abadi; d. usaha PTN Badan Hukum; e. kerja sama tridharma Perguruan Tinggi; f. pengelolaan kekayaan PTN Badan Hukum; g. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau h. pinjaman. Transparansi dan akuntabilitasyang menjadi karakteristik utama yang menjadi indikator pada prinsip GUG dianggap penting penerapannya dalam mempertanggungjawabkan dana yang berasal dari NON APBN dan melibatkan dana dari stakeholders terkait seperti masyarakat maupun civitas academica yang salah satunya adalah mahasiswa sebagai unsur terbesar pendidikan tinggi dan sekaligus sebagai subjek utama pelayanan publik yang diberikan oleh universitas.

Mengacu kepada tiga karakter dalam prinsip GUG, setidaknya dalam tata kelola suatu organisasi harus mencerminkan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik. Tiga karakter tersebut dapat diukur melalui performa

14 Yuliani,Sri, “Corporate Social Responsibility (CSR) : Pertanggungjawaban Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi Administrasi Publik”, Jurnal Spirit Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.

(14)

7 pelayanan publik yang diberikan kepada pengguna pelayanan publik. Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Kelengkapan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa (BK MWA UI UM) melakukan survei salah satunyadi bidang tata kelola keuangan. Tujuan survei tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar karakter GUG yang diimplementasikan melalui kebijakan tata kelola keuangan yang terutama berhubungan dengan mahasiswa secara langsung.

Pada survei yang dilakukan, terdapat enam indikator yang digunakan untuk mengukur performa pelayanan publik tersebut yakni; 1) ketersediaan informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah, 2) sosialisasi mengenai proses pembayaran uang kuliah, 3) sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliah, 4) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran, 5) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk sistem BOPB serta 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak. Jika dikaitkan ke dalam sebuah matriks, keterkaitan antara tiga karakter GUG dengan indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1.1 Tabel Relevansi Karakter GUG dan Indikator Survei BK MWA UI UM

NO KARAKTER GUG INDIKATOR SURVEI

1 TRANSPARANSI ; 1.

Keputusan yang diambil dan implementasinya dilakukan berlandaskan aturan

2. Aksesibilitas informasi tinggi

3. Informasi yang

disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.

1) ketersediaan informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah,

3) sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliah,

(15)

8

1. Mempublikasikandan

mensosialisasikan laporan pertanggungjawaban triwulan, tahunan serta laporan keuangan dan prosedur kebijakan.

pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan,

3 PARTISIPASI PUBLIK ;

1. Tersedianya public spare dalam berbagai bentuk (sosial media, lembaga, kelompok diskusi, dll) sebagai media

untuk mengakomodasi

partisipasi publik.

2. Pelayanan yang diberikan melibatkan partisipasi publik dan memberikan kepuasan kepada publik.

4) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran, 5) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk sistem BOPB

6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan

7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak

Sumber: Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance) p.23 yang oleh penulis telah

diolah dan dikaitkan dengan indikator survei BK MWA UI UM.

II. Analisis Hasil Survei berdasarkan Konsep Good University Governance

1. Transparansi : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter tesebut adalah adanya aksesibilitas informasi tinggi dan informasi yang disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti. Sedangkan indikator survei yang digunakan adalah :

(16)

9 1) ketersediaan informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah, hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan survei apakah mahasiswa di UI mengetahui jenis dan sistem pembayaran di UI.

Gambar 1.2 DiagramTingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai Jenis Pembayaran UKT di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Hasil survei ternyata menunjukkan bahwa 97,5% mahasiswa sudah mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada di UI. Hal ini menunjukkan bahwa UI telah memenuhi salah satu sindikator yang digunakan untuk mengukur indikator karakter transparansi sebagai universitas yang menerapkan Good University Governance.

Gambar 1.3 Diagram Tingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai Sistem Pembayaran UKT di UI

(17)

10

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Hasil survei mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai sistem pembayaran ternyata menunjukkan bahwa dari 97,5% mahasiswa sudah mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada di UI. Berdasarkan urutannya sebanyak 24,3% mahasiswa yang mengetahui sistem BOPB, 23,2% mengethaui sistem Bayar Penuh, 21% mengetahui sistem Bayar Penuh dengan Cicil, 18,2% mengetahui sistem BOPB dengan Cicil dan sebesar 13,3% mengetahui sistem BOPP. Hal ini menunjukkan bahwa BOPB merupakan sistem pembayaran yang paling banyak diketahui sedangkan BOPP merupakan sistem pembayaran yang paling tidak diketahui oleh mahasiswa. Hal ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni informasi yang disediakan dan disosialisasikan mengenai sistem BOPP kurang optimal atau mahasiswa yang menggunakan sistem tersebut memang sedikit.

Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI telah memenuhi indikator survei pertama yakni tersedianya informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah, hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil survei yang menggambarkan bahwa 97,5% mahasiswa di UI mengetahui jenis dan sistem pembayaran di UI.

2. Akuntabilitas : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter tesebut adalah mempublikasikan dan mensosialisasikan laporan pertanggungjawaban triwulan, tahunan serta laporan keuangan dan prosedur kebijakan.. Sedangkan indikator survei yang digunakan adalah :

1) adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan

(18)

11 Akuntabilitas memiliki relevansi yang sangat erat dengan transparansi dan rule of law15. Sehingga, terdapat indikator yang saling terkait yakni antara publikasi dan sosialisasi kebijakan dengan sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliahyang disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.Berikut merupakan diagram hasil survei mengenai dua indikator tersebut :

Gambar 1.4 Diagram Tingkat Maksimalisasimengenai Sosialisasi Sistem Pembayaran UKT di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Gambar 1.5 Diagram Sumber Informasi terkait Biaya Kuliah di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

15

Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance) hlm.23.

(19)

12 1) Berdasarkan gambar 1.4 sebesar 71,3% dari Mahasiswa UI merasa bahwa sosialisasi mengenai sistem pembayaran UKT sudah maksimal.

2) Sosialisasi yang didapatkan tersebut ternyata 62,75% diperoleh dari lembaga kemahasiswaan baik di tingkat UI maupun Fakultas. Kemudian 22,80% berasal dari pihak rektorat dan sisanya sebesar 14,45% berasal dari sumber informasi lain yang bersifat informal. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum adanya sosialisasi yang terintegrasi antara lembaga mahasiswa dan pihak rektorat. Padahal, lembaga mahasiswa dan pihak rektorat memiliki porsi peran masing-masing untuk menyosialisasikan biaya kuliah. Jika sosialisasi tersebut dilakukan sesuai porsi perannya masing-masing dan dikoordinasikan secara baik, maka sosialisasi mengenai biaya kuliah dan isu lainnya akan lebih optimal.

Berdasarkan dua indikator survei tersebut, pada indikator pertama mengenai adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan sudah terpenuhi karena sebesar 71,3% mahasiswa telah merasakan sosialisasi tersebut. Untuk indikator kedua mengenai sumber informasi yang diperoleh mahasiswa masih cukup timpang antara sumber informasi yang diperoleh dari lembaga kemahasiswaan dan pihak rektorat. Range diantara keduanya bahkan mencapai 39,95%. Hal tersebut menunjukkan bahwa UI belum memenuhi pencapaian indikator kedua tersebut. Karena pihak rektorat sebagai inisiator dalam program keuangan seharusnya dapat memberikan sosialisasi yang lebih optimal untuk menghindari informasi asimetri.

3. Partisipasi Publik : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter tesebut adalah: 1) tersedianya public spare dalam berbagai bentuk (sosial media, lembaga, kelompok diskusi, dll) sebagai media untuk mengakomodasi partisipasi publik dan 2) pelayanan

(20)

13 yang diberikan melibatkan partisipasi publik dan memberikan kepuasan kepada publik. Sedangkan indikator survei yang digunakan adalah :

1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran, 2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk sistem BOPB

3) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan

4) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Indikator survei : 1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran, 2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk sistem BOPB

Gambar 1.6 Diagram Kemudahan dalam Sistem Pembayaran,

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Berdasarkan survei yang dilakukan, 75,3% Mahasiswa UI merasa sistem pembayaran biaya kuliah yang tersedia di UI telah memberikan kemudahan. Kemudahan tersebut dapat kita lihat dalam proses pengurusan berkas biaya kuliah. Salah satu jenis pembayaran biaya kuliah yang mayoritas diketahui Mahasiswa UI adalah sistem BOPB. Sehingga, melalui

(21)

14 indikator survei berikutnya kita dapat mengetahui seberapa besar kemudahan yang diperoleh mahasiswa melalui sistem BOPB.Selanjutnya dapat disimpulkan UI memenuhi indikator survei pertama yakni dalam tata kelola keuangan berdasarkan prinisp GUG telah memberikan kemudahan yang ditawarkan melalui sistem pembayaran.

Gambar 1.7 Diagram Kemudahan dalam Sistem BOPB

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data pada survei menunjukkan bahwa terdapat 61,8% Mahasiswa UI yang pernah mengurus berkas pembayaran untuk sistem BOPB. Kemudian, 55,7% diantaranya menyatakan bahwa terdapat kemudahan di dalam proses pengurusan berkas BOPB, sedangkan 48,3% lainnya merasa proses pengurusan berkas BOPB tidak bersifat memudahkan.Ternyata di dalam implementasi prinsip GUG untuk indikator mengenai kemudahan dalam sistem pembayaran, UI harus meningkatkan kemudahan dalam pelayanannya. Meskipun jumlah mahasiswa yang merasa mendapatkan kemudahan sudah lebih tinggi, namun jumlah mahasiswa yang merasa tidak mendapat kemudahan tidak terpaut jauh yakni hanya berjarak denganrange 7,4%.Sedangkan pada indikator survei yang kedua, UI

(22)

15 masih sudah cukup mencapai indikator ini karena besar presentase mahasiswa yang merasa mendapat kemudahan dalam proses mengurus BOPB masih cukup tinggi yakni sebesar 55,7%.

Indikator survei :

1) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan

2) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Dua indikator tersebut dapat dilihat melalui proses pembaruan BOPB yang diawali dengan meneliti tingkat kesesuaian nominal yang dibayarkan dengan kemampuan ekonomi keluarga yang sesungguhnya. Dengan melihat perbandingan tersebut, kita dapat mengetahui seberapa besar mahasiswa yang akan melakukan pengajuan untuk menentukan besaran BOPB yang akan dibayarkan. Berikut adalah diagramnya :

Gambar 1.7 Diagram Tingkat Kesesuaian antara Nominal Uang Kuliah yang Dibayarkan dengan Kemampuan Ekonomi Keluarga

(23)

16 Ternyata data perolehan hasil survei menunjukkan bahwa 50,2% mahasiswa merasa bahwa besaran biaya telah sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga, sedangkan 49,8% masih merasa bahwa besaran biaya yang dibayarkan belum sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Terdapat range yang sangat tipis diantara mahasiswa yang merasa sudah sesuai dan belum yakni sebesar 0,4% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya masih banyak mahasiswa yang merasa besaran biaya belum sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa akan melakukan pengajuan BOPB kembali hingga besaran biaya yang diterima sesuai dengan kemampuan keluarganya. Diagram berikutnya akan menggambarkan seberapa besar tingkat kemudahan yang diperoleh mahasiswa dalam proses pembaruan besaran BOPB :

Gambar 1.8 Diagram Tingkat Kemudahan dalam Proses Pembaruan Besaran BOPB

(24)

17

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data hasil survei menggambarkan bahwa terdapat 7,3% mahasiswa yang pernah melakukan pembaruan (update) besaran BOPB. Meskipun jumlah mahasiswa yang melakukan pembaruan tidak terlalu besar, namun ternyata dari 7,3% tersebut 58,8% diantaranya merasa pembaruan besaran BOPB belum memberikan kemudahan dalam prosesnya. Dan setelah melalui proses tersebut 64,7% mahasiswa merasa hasil pembaruan besaran BOPB masih tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Dalam hal mewujudkan prinsip GUG melalui partisipasi publik yang baik, Universitas Indonesia harus meningkatkan kemudahan dalam proses pembaruan besaran BOPB tersebut. Karena dengan meningkatnya tingkat kemudahan, tingkat kepuasan mahasiswa juga akan meningkat. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi publiki. Mahasiswa yang sudah pernah melakukan pembaruan besaran BOPB dan merasa tidak memperoleh kemudahan akan enggan untuk berpartisipasi kembali dalam pengajuan besaran BOPB. Hal tersebut menunjukkan partisipasi publik dapat ditingkatkan dengan meningkatan performa pelayanan pula.Sehingga dapat disimpulkan dalam implementasi prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI belum mencapai indikator 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Kesimpulan

Implementasi prinsip Good University Governance merupakan sebuah kewajiban bagi Universitas Indonesia sebagai kampus yang memiliki visi sebagai World Class University. Implementasi dari prinsip tersebut merupakan salah satu jaminan dalam upaya peningkatan Service Excellence. Menurut Bambang Brodjonegoro, dari delapan karakteristik Good University Governance terdapat

(25)

18 tiga karakteristik utama yakni transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik. Berdasarkan tiga karakter utama tersebut diturunkan kembali kedalam tujuh indikator utama yang digunakan oleh BK MWA UI UM untuk mengukur implementasi prinsip tersebut melalui pelayanan publik dari sisi tata kelola keuangan yang berhubungan dengan mahasiswa yakni biaya kuliah.

Hasil survei tersebut membuktikan bahwa UI telah memenuhi empat indikator dari tujuh indikator utama dengan rincian sebagai berikut :

1.2 Tabel Hasil Survei BK MWA UI UM

NO

KARAKTER

GUG INDIKATOR SURVEI HASIL SURVEI

1 TRANSPARANSI

; 1. Keputusan yang diambil dan implementasinya dilakukan berlandaskan aturan 2. Aksesibilitas informasi tinggi 3. Informasi yang disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.

1) ketersediaan informasi

mengenai sistem

pembayaran uang kuliah, 3) sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliah,  1. Indikator tercapai karena 97,5% mahasiswa sudah mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada di UI.

3. Indikator belum tercapai karena sumber informasi yang diperoleh mahasiswa masih cukup timpang antara sumber informasi yang

(26)

19 diperoleh dari lembaga kemahasiswaan dan pihak rektorat. Range diantara keduanya bahkan mencapai 39,95%. 2 AKUNTABILITA S ; 1. Mempublikasikan dan mensosialisasikan laporan pertanggungjawaba n triwulan, tahunan serta laporan keuangan dan prosedur kebijakan. 2) sosialisasi mengenai proses pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan,  2. Indikator tercapai karena 71,3% mahasiswa telah merasakan sosialisasi tersebut. 3 PARTISIPASI PUBLIK ; 3. Tersedianya public spare dalam berbagai bentuk (sosial media, lembaga, kelompok diskusi, dll) 4) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran,

5) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk sistem BOPB 6) kemudahan proses  4. Indikator tercapai karena 75,3% Mahasiswa UI merasa sistem pembayaran biaya kuliah yang tersedia di UI telah

(27)

20 sebagai media untuk mengakomodasi partisipasi publik. 4. Pelayanan yang diberikan melibatkan partisipasi publik dan memberikan kepuasan kepada publik.

pembaruan biaya kuliah untuk sistem BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak memberikan kemudahan.  5. Indikator tercapai karena 55,7% diantaranya menyatakan bahwa terdapat kemudahan di dalam proses pengurusan.

6. Indikator belum tercapai karena 58,8% diantaranya merasa pembaruan besaran BOPB belum memberikan kemudahan dalam prosesnya.

7. Indikator belum tercapai karena 64,7% mahasiswa merasa hasil pembaruan besaran BOPB masih tidak sesuai dengan

(28)

21 kemampuan

ekonomi keluarganya.

Sumber : Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance) p.23 yang oleh penulis telah diolah dan dikaitkan dengan hasil survei BK MWA UI UM.

Berdasarkan hasil survei tersebut, dalam implementasi prinsip GUG Universitas Indonesia sudah mulai mencerminkan karakter transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dalam pelayanan publiknya. Namun, kualitas pelayanan publik tersebut harus kembali ditingkatkan karena dalam implementasinya mahasiswa merasa belum mendapatkan kemudahan saat mengurus berbagai proses pembayaran biaya kuliah.

(29)

22 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sutedi,Adrian. (2011). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Daniri, Mas Achmad. (2005). Good Corporate Governance: Konsep dan

Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Ray Indonesia. Jakarta. Artikel Jurnal

United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance.

Bambang Brodjonegoro. (2005). Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good University Governance).

Yuliani,Sri.(2010). Corporate Social Responsibility (CSR) : “Pertanggungjawaban Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi Administrasi Publik”, Jurnal Spirit Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.

Publikasi lembaga

Universitas Indonesia. Rencana Strategis UI periode 2015-2019

Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga.

Peraturan perundang-undangan Indonesia.Undang-undang 1945.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, PP No.26 tahun 2015, LN No.110 tahun 2015, TLN No.5699.

Indonesia. Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158 tahun 2012, TLN No.5336.

(30)

23 BAGIAN FASILITAS DI UI

Menilik Kembali Sarana & Prasarana di Universitas Indonesia

Berdasarkan PP No 44 Tahun 2015

Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

I. Pendahuluan

A. Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di seluruh wilayah hukun NKRI. Pendidikan Tinggi berfungsi untuk16 a) mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; b) mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan c) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. Tentu dalam hal ini terdapat satuan pendidikan yang menjalankan fungsi Pendidikan Tinggi tersebut, yaitu Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi disini memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi sebagai mana yang dimaksud disini adalah PTN, PTN-BH, dan PTS. Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan

16

Indonesia, Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158 tahun 2012, TLN No.5336. Ps. 4

(31)

24 Mahasiswa17. Maka dari itu, Universitas Indonesia selaku institusi penyelenggara Perguruan Tinggi sudah sepatutnya memperhatikan sarana & prasarana bagi mahasiswa. Pada bagian Ketujuh Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi telah diatur bagaimana standar Sarana & Prasarana Pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi. Standar sarana & prasarana pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan18.

1.1 Tabel Standar Minimal Sarana & Prasarana menurut PermenRistekDikti No. 44 Tahun 2015

Standar Sarana Pembelajaran Standar Prasarana Pembelajaran 1. Perabot;

2. Peralatan pendidikan; 3. Media pendidikan; 4. Buku, buku elektronik,

dan repositori; 5. Sarana teknologi informasi dan komunikasi; 6. Instrumen eksperimen; 7. Sarana olahraga; 8. Sarana berkesenian; 9. Sarana fasilitas umum; 10. Bahan habis pakai; dan 11. Sarana pemeliharaan, keselamatan, dan 1. Lahan; 2. Ruang kelas; 3. Perpustakaan; 4. Laboratorium/studio/bengkel kerja/unit produksi; 5. Tempat berolahraga; 6. Ruang untuk berkesenian; 7. Ruang unit kegiatan mahasiswa; 8. Ruang pimpinan perguruan tinggi; 9. Ruang dosen;

10. Ruang tata usaha; dan 11. Fasilitas umum.

17Ibid, Ps. 41 ayat (3)

18 Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Permenristekdikti No.44 tahun 2015, BNRI No. 1952 tahun 2015, Ps. 31.

(32)

25 keamanan.

B. Bagaimana Sarana dan Prasarana di Universitas Indonesia

Universitas Indonesia sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi dan penelitian tentu saja tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam bentuk sarana & prasarana, khususnya fasilitas yang ada di lingkungan kampus. Untuk menjalankan fungsinya tersebut, tentu saja UI dipimpin oleh Rektor selaku organ UI yang memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan UI secara langsung. Rektor memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan hak nya selama menempuh pendidikan di UI. Apa saja yang telah menjadi hak mahasiswa sebagai salah satu stakeholder telah dimuat dalam Statuta UI itu sendiri, yaitu a) memperoleh pendidikan yang berkualitas; b) memperoleh sarana dan prasarana pendidikan untuk kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; c) membentuk organisasi kemahasiswaan dan mendapatkan dukungan sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi kemahasiswaan tersebut; dan d) mendapatkan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan UI.

Dari hak-hak yang telah dituliskan di atas, dapat dilihat bahwa sarana & prasarana memang sudah menjadi hak dari setiap mahasiswa di UI demi mendukung kegiatan akademik maupun non-akademik. UI sendiri telah memprioritaskan pengembangan UI dalam hal optimalisasi sarana & prasarana19. Rektor yang bertindak sebagai pimpinan tentu harus dengan aktif mengawasi kinerja para jajarannya terhadap optimalisasi sarana & prasarana ini. Mahasiswa tentu saja adalah orang-orang yang merasakan dampak langsung dari sarana & prasarana dalam bentuk fasilitas yang telah disediakan oleh UI seperti perpusat, bikun, spekun, pusgiwa, bagaimana birokrasi peminjaman fasilitas, dan lain-lain. Dalam hal ini mahasiswa dapat merasakan apakah peningkatan kuantitas dan kualitas

19

(33)

26 sarana & prasarana telah optimal di lingkungan UI. Yang menjadi pertanyaan dibenak kita adalah, apakah sarana dan prasarana tersebut sudah optimal atau belum. Yang mana sesuai dengan sasaran UI sendiri untuk meningkatkan kualitas dan kualitas sarana dan prasarana secara optimal.

II. Analisa Hasil Survei Fasilitas di UI

Beberapa waktu belakangan ini, Badan Kelengkapan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa 2016 (BK MWA UI UM 2016) bekerja sama dengan BEM se-UI untuk mengajak seluruh mahasiswa turut berpartisipasi dalam menilik kembali bagaimana kinerja Rektor dan Jajarannya dalam satu tahun belakangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan pendapat mahasiswa Universitas Indonesia mengenai Rektor dan Jajarannya sehingga dapat menjadi bahan evaluasi. Salah satu bagian yang menjadi concern survei ini adalah Fasilitas di UI. Apakah mahasiswa sudah puas dengan segala macam bentuk fasilitas yang telah disediakan oleh UI, atau sebaliknya. Ada beberapa indikator survei di bawah ini yang akan dilengkapi dengan hasil survei yang telah diolah.

A. Peminjaman Fasilitas

(34)

27

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari hasil survei di atas diketahui bahwa 61,1% mahasiswa di UI pernah mengurus peminjaman Fasilitas di UI, dan 38,9% tidak pernah. Di dalam 61,1% mahasiswa yang pernah berhadapan dengan birokrasi peminjaman fasilitas di UI ini bahwa terdapat 72,3% mahasiswa berkata bahwa birokrasi dalam peminjaman ini tidaklah mudah, sedangkan 27,7% mengatakan mudah. Pada tahun 2016 UI memiliki target capaian yaitu 60% (mudah) terkait persentase tingkat kemudahan peminjaman dan pemanfaatan sarana dan prasarana universitas sesuai besarnya kegiatan20. Namun hampir tiga perempat dari mahasiswa UI mengatakan bahwa birokrasi dalam melakukan peminjaman tidaklah mudah. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) bagaimana birokrasi peminjaman yang seharusnya, sehingga banyak mahasiswa yang tidak mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan ketika ingin melakukan peminjaman fasilitas di UI.

B. Bikun

Gambar 1.2 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Keramahan Supir Bikun UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

20

(35)

28 Hasil survei terkait penggunaan Bikun oleh mahasiswa UI menunjukan bahwa 98,2% mahasiswa pernah menggunakan Bikun, dan 1,8% tidak pernah menggunakan Bikun. Bikun yang merupakan alat transportasi demi mendukung mobilitas ke tempat-tempat yang ada di UI. Merupakan fasilitas yang harus dijamin kenyamanannya, salah satunya yaitu sang Supir. Dari 98,2% mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun ini 10,4% mengatakan bahwa mereka sangat puas dan 71,6% terhadap keramahan dari Supir Bikun itu sendiri. Berarti sebanyak 82% dari mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun sudah puas akan keramahan Supir Bikun. Hal ini membuktikan bahwa UI cukup ketat dalam proses seleksi para Supir Bikun yang mana nanti setiap harinya akan berhubungan langsung dengan mahasiswa yang menggunakan fasilitas Bikun. Namun juga terdapat bahwa 15,3% yang pernah menggunakan Bikun tidak puas dengan keramahan Supir Bikun tersebut, bahkan 2,7% mengatakan sangat tidak puas. Ini artinya masih ada beberapa Supir Bikun yang arogan dan bertindak seakan tidak peduli dengan mahasiswa sebagai penikmat fasilitas Bikun ini. Pihak UI tentu harus lebih masif dalam memberikan informasi bahwa UI memiliki Kotak Saran Bikun UI supaya kedepannya jika terjadi hal semacam ini lagi, mahasiswa bisa langsung melaporkan hal ini kepada pihak yang bersangkutan agar Supir Bikun tersebut dapat diberikan tindakan berupa teguran ataupun sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Gambar 1.3 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Ketepatan Waktu dan Kenyamanan Bikun

(36)

29

Sumber : LITBANG MWA UI UM 2016

Dari data di atas dapat dilihat bahwa 48,9% tidak puas dengan ketepatan waktu Bikun, bahkan 12,2% mengatakan sangat tidak puas. Memang dilapangan telah tersedia jadwal Bikun yang dapat dilihat oleh mahasiswa pengguna fasilitas ini, namun seringkali kedatangan Bikun di halte yang disediakan tidaklah tepat pada waktunya. Hal ini membuat pihak terkait harus selalu mengevaluasi operasional Bikun itu sendiri. Terdapat 3 masalah yang menyebabkan hal ini, yaitu kurangnya jumlah Bikun yang beroperasi, ketidakdisiplinannya para supir Bikun itu sendiri, dan banyaknya jalanan UI yang masih rusak. Namun lagi-lagi, supaya UI dapat dengan cepat menanggapi hal-hal seperti ini agar informasi mengenai Kotak Saran Bikun UI agar lebih disosialisasikan kepada para pengguna Bikun, khususnya mahasiswa. Disamping itu, tidak sedikit juga mahasiswa yang telah merasa puas dengan ketepatan waktu Bikun, yaitu 37,7% puas dan 1,2% sangat puas. Mengingat prioritas dari UI salah satunya adalah optimalisasi sarana dan prasarana21, tentu hal-hal kecil seperti ini tidak bisa diabaikan.

Dilihat juga dari tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kenyamanan Bikun. Bahwa 61,5% dari pengguna Bikun puas dan 11% pengguna merasa sangat puas dengan kenyamanan Bikun tersebut. Sebanyak 72,5% mahasiswa pengguna Bikun telah puas terhadap kenyamanan yang tela disediakan. Namun disamping itu, terdapat juga mahasiswa yang masih belum merasa nyaman saat menggunakan sarana transportasi kita ini. Sebanyak 24,2% tidak puas dan 3,3% sangat tidak puas dengan kenyamanan Bikun yang dirasakan oleh sebagian dari mahasiswa pengguna Bikun. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah Bikun beroperasi yang disediakan oleh UI. Dengan jumlah mahasiswa sekitar 40.000 orang, tentu saja jumlah Bikun yang beroperasi harus ditingkatkan. Apalagi jika sedang dalam rush hour, maka jumlah mahasiswa yang menggunakan transportasi ini berdesak-desakan agar

21

(37)

30 mendapatkan tempat. Tidak sedikit pula mahasiswa yang beraktifitas pada malam hari dan masih menggunakan transportasi ini, penerangan di Halte Bikun pun dirasa kurang baik. Dalam hal ini, penerangan dirasa penting agar dapat memberikan rasa aman bagi setiap orang yang menggunakan jasa transportasi ini.

C. Klinik Satelit

Gambar 1.4 Diagram Kepuasan dalam Pelayanan Klinik Satelit

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data yang didapat dari survei diatas menunjukan bahwa terdapat 54,2% mahasiswa pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit. Lalu, 56,7% diantaranya menyatakan bahwa puas dan 10,2% menyatakan sangat puas terhadap administrasi ketika ingin menggunakan fasilitas ini. Sedangkan 24,7% mahasiswa merasa tidak puas dengan administrasi klinik ini, bahkan 8,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan klinik ini merasa sangat tidak puas terhadap administrasinya. Ternyata masih terdapat kekurangan dalam hal administrasi di klinik ini. Kedepannya agar UI mampu meningkatkan kemudahan terhadap administrasi yang ada, juga memberikan informasi yang jelas terhadap pengurusan administrasi di klinik.

(38)

31 Bicara soal fasilitas kesehatan, tentu tidak lepas dari bagaimana pelayanannya. Di bawah ini telah didapatkan hasil dari indokator survei mengenai kepuasan terhadap tenaga medis dan kepuasan terhadap penanganan medis darurat.

Gambar 1.5 Diagram Kepuasan terhadap Tenaga Medis dan Penanganan Medis Darurat

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Ternyata data hasil survei menunjukan bahwa 65,1% mahasiswa puas dan 14,5% mahasiswa sangat puas terhadap tenaga medis yang ada di Klinik Satelit. Namun terdapat 17,2% mahasiswa tidak puas dan 3,2% mahasiswa sangat tidak puas terhadap tenaga medis yang ada. Sekitar 20,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit merasa belum puas terhadap pelayanan dari tenaga medis yang ada. Bicara tenaga medis, tentu tidak lepas dari peran mereka terhadap penanganan darurat. Tenaga medis dituntut untuk selalu siap dalam segala situasi, bahkan unpredictable sekaliun. Misalnya terjadi kecelakaan di lingkungan kampus, keracunan, dan lain-lain. Sebanyak 77,6% (69,1% puas, 8,5% sangat puas) mahasiswa sudah merasa puas terhadap penanganan medis darurat yang dilakukan di Klinik Satelit. Sedangkan, 22,4% (19,2% tidak puas, 3,2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa belum puas terhadap hal ini. Dapat dilihat bahwa Klinik Satelit sudah baik dalam segi pelayanan tenaga medisnya, namun kekurangan-kekurangan yang ada pun harus tetap

(39)

32 diperhatikan demi meningkatkan kualitas dari sarana dan prasarana itu sendiri.

D. Sepeda Kuning

Gambar 1.6 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Sepeda dan Keramahan Petugas Penjaga

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Program Sepeda Kuning digagas dan direalisasikan mantan Rektor UI, Prof. Dr. der Soz Gumilar Sumantri pada Juli 2008. Sepeda kuning merupakan komitmen nyata dari UI dalam mewujudkan progam Kampus Hijau. Dari hasil survei ternyata 66,2% mahasiswa pernah menggunakan fasilitas Sepeda Kuning atau yang biasa dikenal sebagai Spekun. Ditinjau

(40)

33 dari kepuasan terhadap kondisi sepeda, ternyata 57,4% (43,5% tidak puas, 13,9% sangat tidak puas) mahasiswa UI belum puas terhadap kondisi sepeda yang telah disediakan. Mengingat bahwa sepeda yang disediakan pada shelter-shelter yang ada sudah cukup tua. UI harus melakukan seleksi terhadap sepeda-sepada yang sudah tidak layak pakai dan selalu melakukan repair & maintenance rutin terhadap sepeda-sepeda tersebut. Kualitas pelayanan tentu dapat dilihat dari keramahan petugas yang berjaga melayani setiap mahasiswa yang ingin menggunakan fasiltias tersebut. Ternyata sebanyak 85% (74,4% puas, 10,6% sangat puas) mahasiswa sudah puas dengan keramahan dari petugas penjaga tiap-tiap shelter sepeda ini. Yang berarti UI sudah cukup ketat mempekerjakan petugas-petugas yang telah berjaga pada setiap shelter sepeda. Kemudian, sebanyak 15% (13% tidak puas, 2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa belum puas dengan keramahan pelayanan dari petugas-petugas yang ada. Hal ini tentu menjadi PR bagi UI untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya terkait sarana dan prasarana.

E. Perpustakaan Pusat UI

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia adalah sebuah sistem terintegrasi yang menawarkan akses komprehensif kepada induk yang mencakup batasan antar fakultas dan disiplin ilmu. Perpustakaan pusat adalah departemen penting dalam sentra administrasi universitas dimana perpustakaan-perpustakaan berkolaborasi pada ranah akuisisi maupun koleksi digital, teknologi informasi, preservasi dan high-density storage. Perpustakaan Pusat UI adalah salah satu yang terbesar di Asia koleksinya. Namun bagaimana mahasiswa menilai fasilitas Perpustakaan Pusat UI ini? Di bawah sudah disediakan diagram perolehan data surveinya :

Gambar 1.7 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Fisik Perpustakaan dan Administrasi

(41)

34

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari data perolehan survei di atas didapat bahwa 96,3% mahasiswa pernah menggunakan layanan Perpustakaan Pusat UI (Perpusat UI). Mayoritas mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas ini. Selain karena arsitektur nya yang indah, juga karena merupakan sebuah kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan seperti ini. Ternyata 60,4% (42% puas, 18,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas terhadap kondisi perpustakaan ini. Namun, terdapat 39,6% (30,5% tidak puas, 9,1% sangat tidak puas) terhadap kondisi fisik perpustakaan saat ini. Hal ini dikarenakan terkadang disaat hujan deras, perpustakaan ini sering kali bocor. Sehingga menimbulkan genangan air di lantai, serta menimbulkan rasa tidak nyaman bagi para mahasiswa pengunjung perpustakaan. Dilain hal, dari sisi administrasi ternyata 89,7% (78,3%

(42)

35 puas dan 11,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas dengan sistem administrasi yang telah diterapkan oleh Pengelola Perpustakaan Pusat UI sendiri.

Berbicara tentang perpustakaan, tentu tidak lepas dari image buku. Perpustakaan Pusat UI yang merupakan salah satu perpustakaan terbesar koleksinya di Asia, tentu saja seharusnya memiliki kondisi dan tata letak buku yang baik demi memudahkan para penggunanya. Dibawah ini adalah data perolehan survei terkait kondisi dan tata letak buku.

Gambar 1.8 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi dan Tata Letak Buku

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 73% (63,4% puas, 9,6% sangat puas) mahasiswa sudah puas terhadap kondisi buku yang ada di Perpustakaan Pusat UI. Sedangkan sebanyak 27% (25% tidak puas, 2% sangat tidak puas) mahasiswa UI masih belum puas terhadap kondisi buku tersebut. Dari sisi tata letak buku, data diperoleh bahwa 73,3% (62,2% puas, 11,3% sangat puas) sudah puas terhadap tata letak buku. Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang merasa belum puas terhadap tata letak buku di Perpustakaan Pusat UI ini, yaitu 26,7% (20,8% tidak puas, 5,7% sangat tidak puas). Hal ini tentu harus selalu diperhatikan demi meningkatkan kualitas prasarana UI itu sendiri. Jangan sampai bahwa image Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu perpustakaan terbesar

(43)

se-36 Asia sedikit ternodai akibat ketidakseriusan menangani hal kecil seperti ini.

Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu prasarana yang disediakan oleh UI demi mendukung pengembangan diri dan ilmu bagi mahasiswa UI tentu tidak lepas dari fasilitas pendukung seperti Internet dan Tempat Parkir. Apakah sarana pendukung di Perpusat UI sudah cukup atau belum. Berikut adalah diagramnya :

Gambar 1.9 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Perpusat UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dilihat dari data perolehan survei, sebanyak 71,5% (48,4% puas, 23,1% sangat puas) mahasiswa puas terhadap internet yang telah disediakan oleh Perpusat UI sendiri. Internet memang sudah sepatutnya memberikan pelayanan yang memuaskan demi mendukung proses pengembangan diri dan ilmu mahasiswa. Namun cukup banyak juga mahasiswa yang belum puas terhadap internet yang disediakan, yaitu 28,5% (23,2% tidak puas, 5,3% sangat tidak puas). Mengingat internet memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu teknologi dan informasi sekarang, tentu UI harus terus meningkatkan fasilitas pendukung ini agar mampu mengoptimalkan prasarana yang ada. Disamping itu, terdapat pula tempat parkir sebagai fasilitas pendukung mahasiswa. Sebanyak 64,2% (59,6% puas, 4,6% sangat pas) mahasiswa

(44)

37 sudah puas terhadap tempat parkir yang telah disediakan. Namun tidak sedikit yang merasa bahwa tempat parkir yang mereka gunakan belum sesuai dengan apa yang mereka inginkan, yaitu sebanyak 35,8% (29,2% tidak puas, 6,6% sangat tidak puas). Mengingat bahwa tempat parkir di Perpusat UI ini, sepertinya perlu ditinjau kembali. Melihat bahwa cukup banyak yang merasa kurang puas terhadap tempat parkir yang telah disediakan. Khususnya tempat parkir sepeda motor yang memang memili lahan yang cukup sedikit, sehingga pada rush hour Perpusat UI mengharuskan sebagian orang untuk parkir di area Masjid UI.

F. Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa)

Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) merupakan tempat berbagai kegiatan mahasiswa UI. Disini juga terdapat sekretariat berbagai organisasi kemahasiswaan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh para mahasiswa UI. Dibawah ini terdapat data terkait kepuasan mahasiswa terhadap kebersihan dan fasilitas pendukung lainnya. Berikut adalah diagramnya :

Gambar 1.10 Diagram Kepuasan terhadap Kebersihan Pusgiwa UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Ternyata hampir setengah, yaitu 43,7% dari mahasiswa UI belum pernah menggunakan prasarana yang telah disediakan ini. Hal ini disebabkan karena tidak sedikit dari mahasiswa yang hanya mengikuti

(45)

38 kegiatan kemahasiswaan di fakultas/program masing-masing saja. Lebih dari setengah diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa ini, yaitu 55,1% (46,5% tidak puas, 8,6% sangat tidak puas) belum puas terhadap kebersihan dari Pusgiwa itu sendiri. UI tentu ikut andil dalam menangani masalah ini, misalnya dengan menambah para petugas kebersihan atau menambah jumlah tempat sampah yang ada.

Pusgiwa sebagai prasarana yang memfasilitasi pengembangan diri mahasiswa tentu saja perlu fasilitas pendukung demi kelancaran aktivitas mahasiswa itu sendiri. Dibawah ini bagaimana mahasiswa menilai fasilitas pendukung yang ada di Pusgiwa UI, berikut diagram nya :

Gambar 1.11 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Pusgiwa UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa, dilihat dari perolehan data survei di atas ternyata 54% (42,3% tidak puas, 11,7% sangat tidak puas) mahasiswa yang belum puas dengan internet yang disediakan di Pusgiwa. Ada 2 penyebab terjadinya hal ini, yaitu koneksi internet yang kurang begitu cepat dan tidak seluruh bagian Pusgiwa mendapatkan akses ke internet yang telah disediakan. Yang kedua adalah tempat parkir, untuk fasilitas pendukung ini masih banyak yang merasa puas dengan luas lahan parkir maupun akses masuk ke tempat parkir yaitu 56,3% (47,5% puas, 8,8% sangat puas). Namun dilihat secara keseluruhan

(46)

39 (kebersihan, internet, dan tempat parkir) Pusgiwa yaitu 50,9% mahasiswa masih belum puas dengan prasarana Pusgiwa itu sendiri. Hal ini perlu diperhatikan oleh pihak UI, mengingat bahwa Pusgiwa merupakan prasarana yang setiap saat digunakan oleh mahasiswa.

G. Asrama UI

Asrama mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh Universitas Indonesia bagi para mahasiswanya, khususnya yang berasal dari luar Jabodetabek. Universitas Indonesia sebagai universitas terbesar di Indonesia, setiap tahunnya menerima mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah, bahkan dari mancanegara. Pada masa-masa awal perkuliahan, mahasiswa baru seyogyanya mulai mencoba beradaptasi terhadap lingkungan baru di kampus dan berkenalan dengan kehidupan yang mungkin baru di universitas bagi mahasiswa yang bersangkutan. Berikut adalah data survei kepuasan mahasiswa terhadap asrama UI. Gambar 1.12 Diagram Kepuasan terhadap Kamar dan Kantin Asrama UI

(47)

40

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari data survei di atas diperoleh bahwa lebih dari setengah mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas Asrama UI, yaitu sebanyak 55,7%. Mereka tentu sudah merasakan bagaimana kondisi kamar yang mana sebagai salah satu fasilitas utama yang disediakan. Diantara mahasiswa yang pernah menggunakan atau menikmati fasilitas yang disediakan di asrama, sebanyak 58,7% (52,7% puas, 6% sangat puas) mengatakan bahwa mereka puas dengan kamar yang ada di asrama. Sedangkan tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa 42,4% (35,7% tidak puas, 5,7% sangat tidak puas) dari mereka tidak puas terhadap fasilitas kamar yang disediakan. Melihat fasilitas lain yang disediakan di asrama, yaitu kantin. Ternyata 70,7% (61,2% puas, 9,5% sangat puas) dengan fasilitas kantin yang telah disediakan pihak asrama. Tentu saja hal ini dikarenakan banyaknya variasi makanan dan harga yang relatif murah menjadikan kantin sebagai fasilitas yang telah tersedia menjadikannya sebagai tempat yang cukup ‘mahasiswa banget’.

Seperti halnya prasarana yang telah disediakan UI sebelumnya, tentu tidak lepas dari peran fasilitas pendukung demi mengoptimalkan prasarana tersebut. Seperti di Asrama UI sendiri, terdapat fasilitas wi-fi gratis untuk akses internet dengan area akses pada lokasi-lokadi tertentu dan juga tempat parkir yang digunakan untuk mahasiswa yang memang membawa kendaraan pribadi. Dibawah ini dapat dilihat bagaimana kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas pendukung yang ada di Asrama UI.

(48)

41 Gambar 1.13 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Asrama UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari seluruh mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas asrama, diantaranya mengatakan puas dengan parkir yang disediakan yaitu 77% (67,9% puas, 9,1% sangat puas). Hal ini tentu saja dikarenakan lahan parkir yang mencukupi dan penjagaan dari satpam yang 24 jam membuat para penghuni asrama merasa puas dengan fasilitas pendukung ini. Namun terdapat juga mahasiswa yang tidak merasa puas dengan fasilitas pendukung ini, yaitu 23% (28,6% tidak puas, 4,4% sangat tidak puas). Penyebab dari hal ini adalah kurang ramahnya satpam terhadap mahasiswa yang menggunakan fasilitas pendukung ini. Di era sekarang, tidak lepas dengan adanya fasilitas internet di sekitar kita. Pada asrama UI sendiri telah disediakan fasilitas wi-fi yang dapat digunakan mahasiswa UI secara gratis. Berdasarkan pada data di atas, bahwa 64,5% (47,1% puas, 17,4% sangat puas) mahasiswa puas dengan akses internet yang telah disediakan. Namun tidak sedikit pula yang kurang puas terhadap fasilitas pendukung ini, yaitu 35,5% (25,9% tidak puas, 9,6% sangat tidak puas). Dalam visi Asrama UI sendiri yaitu sebagai tempat yang nyaman dalam membentuk insan akademis yang cerdas. Tentu tidak lepas dari bagaimana Asrama UI memberikan pelayanan kepada para mahasiswa dalam rangka menunjang studinya.

(49)

42 III. Kesimpulan

Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi dan penelitian tentu saja Universitas Indonesia tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam bentuk sarana & prasarana yang ada dilingkungan kampus. Pada ART UI Pasal 84 (1.b) dan Pasal 85 (1.b) masing-masing menyebutkan bahwa mahasiswa berhak untuk memperoleh sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan akademik dan non-akademik; dan organisasi kemahasiswaan berhak untuk mendapatkan dukungan sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan. Pada Renstra UI tahun 2015-2019 pun UI memprioritaskan kepada peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana dan pemanfaatannya secara optimal. Tentu saja dalam hal ini UI tidak bisa menutup mata terhadap sarana dan prasarana yang disediakannya untuk mahasiswa UI, baik itu dalam hal pelayanan maupun kenyamanan yang ada.

Berdasarkan hasil perolehan data survei di atas dapat dilihat bagaimana mahasiswa menilai sarana dan prasarana yang dirasakannya selama ini. Kuantitas serta kualitas sarana dan prasarana UI harus terus ditingkatkan karena dalam kenyataannya yang mahasiswa rasakan, masih banyak kekurangan-kekurangan yang bersama-sama harus dibenahi.

(50)

43 DAFTAR PUSTAKA

Publikasi Lembaga

Peraturan MWA UI No. 004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia.

Rencana Strategis Universitas Indonesia 2015-2019. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggitentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,BNRI No.1952 tahun 2015 Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, LN No.16 tahun 2014, TLN No.5500, PP No. 4 Tahun 2014

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.

Internet

Universitas Indonesia, “Layanan Sepeda Kuning”,

http://www.ui.ac.id/layanan/sepeda-kuning.html, diakses : Selasa, 13 Desember 2016

Universitas Indonesia “Layanan Perpustakaan”,

http://www.ui.ac.id/layanan/perpustakaan.html, diakses : Selasa, 13 Desember 2016

Universitas Indonesia, “Asrama UI”, http://asrama.ui.ac.id/site/visi-misi, diakses : Selasa 13 Desember 2016

Gambar

Gambar 1: Karakteristik Good Governance
Gambar 1.2 DiagramTingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai  Jenis Pembayaran UKT di UI
Gambar 1.4 Diagram Tingkat Maksimalisasimengenai Sosialisasi   Sistem Pembayaran UKT di UI
Gambar 1.8 Diagram Tingkat Kemudahan dalam Proses Pembaruan Besaran  BOPB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut diperkuat dengan dalil bahwa keadilan informasional menekankan kepada akurasi dan kualitas penjelasan yang individu terima (Lewis, 2013). Oleh karena

lentur tur. 9at 9ata-r a-rata ata ter tertin tinggi ggi ada ada pad pada a per perla- la- kuan dengan perbandingan ampuran kulit kuan dengan perbandingan ampuran

Berdasarkan analisis data yang telah disajikan.Maka dapat disimpulkan bahwa pola pembinaan atlet bolavoli putri Kota Surabaya untuk menghadapi Kejurprov bolavoli

[r]

Budu´ ci da koristimo Vasiˇ cekov model za vrednovanje ATM put opcije u ˇ cetvrtom po- glavlju dajemo pregled modela kratkoroˇ cnih stopa. Naime, Vasiˇ cekov i CIR modeli su bili

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menggunakan kata penghubung dan, atau, tetapi dan untuk dalam karangan deskripsi siswa kelas X

yang satu dengan yang lain. Membanding- bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dapat mencederai kepercayaan diri mereka. Masing-masing tentu ingin dihargai.

(4) Tim Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memiliki tugas melakukan penilaian kinerja dengan cara melakukan evaluasi hasil kerja, capaian kinerja