• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Biaya Pendidikan

Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk Rektor terkait biaya pendidikan di Universitas Indonesia.

Pertama, dari hasil survey mengenai pengetahuan mahasiswa terhadap sistem pembayaran di Universitas Indonesia, mekanisme pembayaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) baik yang Berkeadilan (BOPB) maupun Pilihan (BOPP) dengan metode Cicil tidak banyak diketahui oleh mahasiswa. Padahal, metode Cicilan ini sangat membantu mahasiswa yang kesulitan secara finansial dan faktanya banyak mahasiswa di FHUI yang mengajukan permohonan pembayaran BOP dengan metode Cicil.Hal ini menunjukkan bahwa pihak Rektorat kurang memberikan sosialiasi terhadap metode Cicil (terlebih setelah metode cicil dihapuskan dari salah satu metode pembayaran mahasiswa baru) dan ketidakseragaman informasi serta metode pembayaran metode cicil antar fakultas di UI yang menimbulkan kebingungan dan kerancuan. Seperti contoh, informasi mengenai pengajuan metode cicilan di FH mengalami salah tanggal, yaitu sempat dilakukan pada pertengahan bulan Juni 2016, padahal pengajuan metode cicilan baru dilaksanakan pada bulan November 2016. Hal ini dikarenakan kurangnya briefing dari pihak kemahasiswaan UI dengan pihak kemahasiswaan fakultas. Lalu, di FH terdapat perubahan sistem cicilan, di mana pada awalnya cicilan dilaksanakan 3 kali dalam jangka waktu 3 bulan (Januari, Februari, dan Maret 2017), sekarang cicilan dilaksanakan 3 kali dalan kurun waktu 23 Januari hingga 20 Februari 2017. Perubahan ini tidak didasarkan atas alasan yang jelas dan kurang efektif karena jangka waktu antar cicilan yang masih

94 berdekatan.Seharusnya pihak Rektorat membuat mekanisme cicil yang saklek bagi seluruh fakultas di UI sehingga tidak terdapat perbedaan seperti ini yang memunculkan kerancuan.

Kedua, mengenai Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB).Dari hasil survey, 71.1% mahasiswa FHUI mengaku tidak mengurus berkas BOPB yang seharusnya merupakan HAK dasar bagi mahasiswa UI.Setelah kami teliti lebih lanjut terdapat beberapa alasan mendasar yang menyebabkan banyak mahasiswa FHUI tidak mengurus berkas BOPB.Alasan pertama ialah mereka kurang mengenal dan mengerti sistem pembayaran BOPB.Hal ini menunjukkan ketidakberhasilan sosialisasi pihak Rektorat terkait sistem pembayaran ini.Alasan kedua, mereka menganggap bahwa berkas-berkas yang perlu disiapkan cukup menyulitkan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berasal dari luar daerah di mana cukup sulit mengirim berkas yang dibutuhkan ke UI. Alasan ketiga, muncul stigma yang seolah-olah dibuat oleh pihak Rektorat bahwa BOPB merupakan suatu "sistem bantuan bagi yang tidak mampu", padahal BOPB merupakan mekanisme yang menyesuaikan besaran BOPB dengan kemampuan penanggung BOP yang akan sangat membantu mereka, dan hal itu tidak serta merta membuat mereka terlabel "tidak mampu". Alasan terakhir ialah kadang penetapan BOPB tidak sesuai dengan pengajuan dan kemampuan dari si penanggung, sehingga percuma mengajukan berkas BOPB toh mereka masih membayar BOP melebihi kemampuan penanggung.Saran yang ingin kami sampaikan kepada pihak Rektorat mengenai biaya pendidikan ini ialah memasifkan informasi mengenai semua mekanisme pembayaran di UI sebagai bentuk transparasi dari pihak Rektorat.Dari hasil survey ditemukan bahwa mahasiswa lebih banyak mendapat informasi mengenai sistem pembayaran dari lembaga mahasiswa dan sedikit sekali mahasiswa yang mendapat informasi langsung dari pihak Rektorat. Akan sangat lebih baik jika Rektorat yang langsung memasifkan informasi sehingga terkesan transparan, resmi, dan akanmengurangi kesalahan informasi.

95 2. Fasilitas di UI

Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk Rektor terkait fasilitas di UI.

Pertama, masih banyak mahasiswa FHUI yang kurang memaksimalkan pemakaian fasilitas yang telah disediakan oleh Universitas karena ketidaktahuan mereka mengenai fasilitas tersebut. Lagi-lagi, pihak Rektorat kurang masif dalam memberikan informasi mengenai fasilitas, cara peminjaman, dan lain-lain.

Kedua, mahasiswa menganggap birokrasi peminjaman fasilitas cukup sulit.Hal tersebut membuat mereka cukup enggan meminjam fasilitas UI dan lebih memilih menyewa fasilitas dari luar UI yang jelas-jelas lebih merugikan UI.

Ketiga, terdapat beberapa fasilitas dalam kondisi tidak bagus.Contoh : Sepeda Kuning, jaringan internet Perpustakaan Pusat, Musholla Gymnasium, dan lain-lain. Padahal, mendapatkan fasilitas yang memadai guna mendukung kegiatan perkuliahan merupakan salah satu hak sebagai kontraprestasi atas kewajiban mahasiswa membayar BOP, namun Rektorat tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.

Alasan terakhir ialah, mahalnya biaya sewa fasilitas di UI.Seperti contoh adalah Faculty Club.

Saran yang ingin kami berikan terhadap Rektor mengenai fasilitas di UI ialah lebih memasifkan lagi informasi seputar fasilitas UI, bekerja sama dengan pihak fasilitas Fakultas, dan melakukan perawatan yang lebih intensif terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di UI.

96 Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk Rektor terkait fasilitas di fakultas, dalam hal ini Fakultas Hukum.

Pertama, yang paling mencolok terhadap fasilitas di kampus FH UI adalah lahan parkir, berdasarkan jawaban responden terkait tingkat kepuasan terhadap lapangan parkir masih bisa diperdebatkan, karena hampir setengah dari total responden menunjukkan ketidakpuasan terhadap lahan parkir.Hal tersebut memang bisa dilihat bahwa kondisi lahan parkir di kampus FH UI memang kurang luas dan tidak bisa mengakomodasi kebutuhan parkir bagi para pembawa kendaraan di FH UI, khususnya kendaraan roda empat (mobil) dan jalannya yang tidak rata.

Kedua, yang menjadi perhatian bagi mahasiswa FH UI adalah kantin, berdasarkan statistik tingkat kepuasan responden terhadap kantin memang cukup bagus, yakni bisa dibilang bahwa hampir 2/3 (dua pertiga) dari total responden puas terhadap fasilitas kantin. Namun perlu menjadi perhatian bahwasanya kantin di FH UI tidak hanya merupakan tempat bagi mahasiswa maupun civitas academica lainnya bahkan tenaga non pendidik untuk mengisi perut saja, kantin di FH UI lebih dari sekedar itu, beradasarkan hasil survey menunjukkan bahwa responden menginginkan agar kantin bisa lebih diperluas karena pada dasarnya kantin merupakan rumah kedua untuk istirahat dan bersenda gurau satu sama lain di saat istirahat maupun sesudah kuliah. Kantin merupakan faktor yang paling vital untuk memahasiswakan mahasiswa.

Ketiga, adalah mushola yang sebagian besar dari responden mengeluhkan bahwasanya mushola yang terdapat di kampus FH UI kurang luas dan kurang bisa menampung civitas academica yg ingin beribadah karena hanya berukuran kecil.

Keempat terkait toilet, sebagian besar dari toilet di FH terkesan tidak pernah terurus dan di-maintenance nyatanya karena banyak toilet yang tidak

97 layak dipakai, seperti tempat duduk toiletnya yang rusak, cerminnya rusak, bahkan pintu yang rusak.Selain itu, alat-alat kebersihan seperti sabun cuci tangan juga masih tidak terdapat di beberapa toilet dan hal-hal kecil yang berpengaruh besar ini seharusnya lebih diperhatikan.

4. Sumber Daya Manusia

Tidak banyak yang menjadi perhatian dalam aspek ini, dikarenakan memang responden menganggap bahwa kualitas sumber daya manusia di kampus FH UI baik tenaga pendidik maupun non pendidik sudah dianggap mampu mengerjakan tugas nya dengan baik dan ramah.Namun satu hal yang menjadi perhatian adalah terkait Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM). Hampir setengah dari total responden menganggap bahwa efektivitas dari EDOM sendiri masih dipertanyakan karena pada dasarnya mahasiswa belum tau seberapa penting EDOM yang diisi di saat akhir semester oleh mahasiswa untuk menilai dosen dalam menjalankan tugasnya berpengaruh secara efektif sebagai evaluasi bagi diri dosen masing-masing.

5. Keamanan dan Ketertiban

Jam Malam menjadi isu yang hangat yang harus diperhatikan dalam aspek ini. Hampir 80% dari total responden tidak setuju dengan adanya jam malam. Hal ini menjadi evaluasi juga terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Rektorat, karena dianggap dengan adanya kebijakan jam malam ini bukannya menyelesaikan solusi kemanan, namun malah melahirkan masalah lainnya, yang mana mungkin menjadi dasar dan alasan bagi responden terhadap kecewaan kebijakan ini.

Selanjutnya adalah penerangan UI, 92% dari total responden menganggap bahwa penerangan di UI BELUM memadai, hal ini sangat menjadi evaluasi juga bagi DPPF UI untuk lebih memperhatikan tentang penerangan.

98 Dalam aspek ini, kita bisa melihat bahwasanya pada intinya mahasiswa masih membutuhkan transparansi dan bentuk konkrit dari rektorat dalam hal dukungan terhadap kegiatan kemahasiswaan yang berada di naungannya, dikarenakan jawaban responden yang bisa dibilang split decision, yaitu 50:50. Namun dalam hal dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau forum diskusi ilmiah, 47,4% dari total responden menganggap baik dan 15,8% menganggap sangat baik dan sisanya menganggap tidak baik. Dari angka ini menunjukkan bahwa hampir 2/3 (dua pertiga) dari total responden berpendapat bahwasanya dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau forum diskusi ilmiah bisa dibilang cukup baik.

99

Aspirasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis