• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian dan aspirasi bem ui/bem fakultas/vokasi

69

Evaluasi Rektor dalam Perspektif BEM UI

Tulisan ini dibuat sebagai sebuah ulasan akan beberapa persoalan yang menjadi kekhawatiran dan aspirasi mahasiswa UI dalam perspektif BEM UI 2016. Tentunya diperlukan kajian dan diskusi lanjutan yang lebih kompeherensif untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang kami angkat dalam tulisan ini. Berikut dipaparkan beberapa ulasan permasalahan yang ditemui oleh mahasiswa UI.

UI, PTN BH, dan BOP-P

Setelah UU Dikti disahkan pada 2012, status UI telah berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Seperti yang diketahui bersama, bahwa dampak pemberian status PTN BH adalah otonomi lebih bagi universitas untuk mengembangkan dirinya sendiri lebih jauh dibandingkan status-status lainnya seperti Satker, BLU, atau bahkan PT BHMN yang merupakan status badan hukum bagi universitas yang lebih konvensional. Pemberian status PTN BH kepada UI juga memberikan anggapan UI telah mampu untuk lebih mandiri dalam peningkatan kualitas dan pengembangan dirinya. Pemberian status PTN BH, ditambah dengan banyaknya perguruan tinggi baru yang harus diberikan perhatian lebih oleh negara berdampak Pemerintah secara bertahap mengurangi bantuan langsung, tidak terkecuali dalam urusan pendanaan kepada UI.

Hal ini akhirnya memberikan dampak pada tahun 2016 ini, di mana BPPTN UI turun sekitar 30 miliar rupiah30 dari tahun 2015, di lain sisi, anggaran untuk pembangunan juga naik dari tahun ke tahun. Ini membuat UI harus berputar otak mencari pendanaan lebih untuk menutupi penurunan pendanaan yang diberikan Pemerintah. Berkaitan dengan otonomi yang juga tadi diberikan, UI awalnya ingin menaikkan biaya pendidikan dari salah satu konstituen utama yang dimilikinya, mahasiswa S1 reguler, atas pewacanaan ini, pertentangan antara mahasiswa dan pihak Rektorat pun tidak terelakkan, skema biaya pendidikan baru Biaya Operasional Pendidikan-Pilihan (BOP-P) yang juga ditujukan pada mahasiswa S1 reguler untuk membantu menutupi kekurangan dana yang UI

30

Pemaparan Prof. Muhammad Anis dalam audiensi yang dilakukan oleh BEM UI dengan Rektor UI

70 butuhkan dinilai sebagai jalan tengah antara keinginan Rektorat dan mahasiswa yang tidak ingin adanya kenaikan biaya pendidikan.

Berikut adalah tren kenaikan pendapatan universitas secara komparatif dari mahasiswa.

Sumb er Pener imaan

UI % ITB % UGM % UNPAD %

Maha siswa 1.160.79 1.580.07 2 57,7 5% *852.317 .000.000 *58, 56% 774.363. 724.577 41,0 1% 464.352. 000.000 45,9 8% Total Pener imaan 2.009.97 8.010.13 2 100, 00% 1.455.46 9.000.00 0 100 % 1.888.23 9.046.87 3 100, 00% 1.010.00 6.000.00 0 100, 00%

Tabel 1. Perbandingan Pendapatan Universitas PTN BH

Tabel di atas telah dengan jelas memaparkan sumber penerimaan beberapa PTN BH di Indonesia. Jelas tampak pada tabel bahwa PTN BH justru lebih menitikberatkan penerimaannya pada mahasiswa.

Dalam beberapa tahun terakhir, penerimaan dari mahasiswa atau BOP konsisten menjadi sumber pendanaan UI terbesar (2011: 41.67%; 2012: 48.97%; 2013: 42.05%) dari segala jenis pendanaan UI. Total penerimaan UI dari uang kuliah program sarjana naik 13.56% pada tahun 201531, setelah sebelumnya, rata-ratanya naik 30.83% pada 2014 ke 2015. Keberadaan BOP-P ini juga secara normatif akan meningkatkan dominasi pendapatan UI melalui BOP.

Dalam audiensi yang dilakukan BEM UI kepada Kemristekdikti, Prof. Intan Ahmad berkata senada bahwa kebijakan BOP-P adalah otoritas UI.

31

71 Kebijakan ini masih menimbulkan pro-kontra hingga di tataran pemerintahan, salah seorang anggota Komisi X DPR dalam diskusi yang diselenggarakan BEM FISIP UI bahkan berpendapat kebijakan BOP-P tidak memiliki acuan hukum yang jelas.

Berikut adalah tabel skema pembayaran BOP-P dalam rupiah:

Kelas IPA IPS

1 10.000.000 7.500.000

2 12.500.000 10.000.000

3 15.000.000 12.500.000

1. Tabel 2. Skema Pembayaran BOP-P

Dari total kuota mahasiswa reguler UI sebanyak 4758 mahasiswa32, kurang lebih sekitar 23% mahasiswa UI atau 1094 mahasiswa reguler yang mengambil skema pembayaran BOP-P33. Batas atas BOP-B di UI adalah 7.500.000 rupiah untuk Prodi IPA (Sains, Kesehatan, dan Teknik) dan 5.000.000 rupiah untuk Prodi IPS (Sosial dan Humaniora). Secara kasar, kebijakan BOP-P pada 2016 diperkirakan menambah pemasukan UI (jika dikurangi BOP-B) sebanyak 5.490.000.000 (5.49 miliar) rupiah dengan detail perhitungan sebagai berikut:

π‘ƒπ‘’π‘šπ‘–π‘™π‘–β„Ž 𝐡𝑂𝑃𝑃 βˆ— ((π‘€π‘’π‘‘π‘–π‘Žπ‘› π΅π‘‚π‘ƒπ‘ƒπΌπ‘ƒπ΄βˆ’ π‘€π‘Žπ‘₯ 𝐡𝑂𝑃𝐡𝐼𝑃𝐴) + (π‘€π‘’π‘‘π‘–π‘Žπ‘› π΅π‘‚π‘ƒπ‘ƒπΌπ‘ƒπ‘†βˆ’ π‘€π‘Žπ‘₯ 𝐡𝑂𝑃𝐡𝐼𝑃𝑆))

= 1094 βˆ— (5.000.000) = 5.490.000.000

Idealnya, pada 2019 dan seterusnya, saat seluruh angkatan (per tahun) yang ada di UI telah diterapkan sistem BOP-P, diperkirakan pemasukan dari kebijakan BOP-P mencapai 21.960.000.000 (21.96 miliar) rupiah.

32 Diakses dari http://simak.ui.ac.id/reguler.html 33

72 Kebijakan BOP-P tentu perlu dievaluasi baik secara teknis maupun hasil. Meninjau ulang filosofi pembuatannya, tentu hal ini dibuat untuk membantu menutupi kekurangan dana. Apakah pada akhirnya, BOP-P meningkatkan pemasukan UI secara signifikan atau tidakβ€”atau malah sebaliknya: kembali makin menguatkan pemasukan terbesarnya yang berasal dari mahasiswa.

Permasalahan Keamanan di Universitas Indonesia

Keamanan merupakan suatu keadaan dimana ada suatu rasa terlindungi atau merasa aman dari suatu ancaman; merupakan suatu area atau tempat dimana seseorang akan melalui suatu pengecekan untuk memastikan bahwa seseorang tersebut tidak membawa senjata atau substansi yang bersifat ilegal34. Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa aman diperlukan oleh manusia agar dapat beraktivitas dengan baik. Keamanan merupakan salah satu perasaan yang fundamental yang diperlukan agar manusia bisa terus berkembang tanpa merasa adanya ancaman yang akan menggangu aktivitasnya.

Salah satu yang jelas mengancam keamanan manusia adalah fenomena kriminalitas di Indonesia. Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomi dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. Saat ini kriminalitas bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia karena setiap harinya tindakan kriminal tersebut telah disampaikan melalui berbagai media. Fenomena kriminalitas tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan diantaranya kesenjangan sosial, kekerasan dan kurangnya rasa toleran terhadap sesama yang menyebabkan timbulnya perpecahan antar individu maupun kelompok35.

34 Merriam-Webster. http://www.merriam-webster.com/dictionary/security diakses pada tanggal 27 September 2016

73 Bermacam-macam tindakan kriminalitas yang terjadi di Indonesia yaitu diantaranya pencurian, tindak asusila, pencopetan, penodongan dengan senjata api dan bahkan pembunuhan. Tindakan kriminalitas ini juga selain merugikan bangsa untuk saat ini juga menghasilkan bangsa yang bersifat immoril. Berbagai tempat tindakan kriminalitas ini dapat ditemukan, diantaranya terminal atau stasiun, pusat perbelanjaan dan kampus. Dalam materi ini kami akan memfokuskan diri terhadap tindakan kriminal yang berada di wilayah kampus.

Tingkat kriminalitas di Kota Depok masih tinggi. Tindakan kejahatan, seperti pencurian barang, masih membayangi warga masyarakat. Banyak kasus yang belum tertangani dengan baik oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan pemberitaan yang dilakukan oleh media massa Tempo Interaktif, tertanggal 3 Januari 2010, sepanjang tahun 2009 terdapat 603 kasus pencurian kendaraan bermotor, namun hanya sekitar 75 kasus yang berhasil diselesaikan oleh polisi, sekitar 12 % dari jumlah total kasus pencurian. Angka kejadian kasus perbulannya mencapai 10 hingga 15 kasus. Dan angka ini terus meningkat di bulan Januari, Februari, Mei, dan November mencapai 45 hinga 50 kasus perbulannya. Di tahun 2010, kasus pencurian kendaraan bermotor masih menjadi perhatian Kepolisian Resor Depok36.

Terkait dengan isu yang berkembang tentang pencurian pada khususnya di kalangan mahasiswa UI juga heboh dengan tidak sedikitnya laporan kehilangan barang berharga, sehingga kasus pencurian ini bukan hanya mengancam mahasiswa, tetapi warga masyarakat setempat secara keseluruhan. Isu tentang kasus pencurian ini terus menyebar seiring dengan meningkatnya kasus-kasus pencurian tersebut. UI merupakan universitas di Depok dengan jumlah mahasiswa yang terbanyak yang memiliki cakupan wilayah yang luas. Beberapa daerah yang berada di sekitar UI seperti Kober, Belakang Rel (Barel), Pondok Cina, Kukusan Kelurahan (Kukel) dan Kukusan Teknik (Kutek) adalah kawasan yang sering 35 Nurul Amanah. Fenomena Kriminalitas di Indonesia.

https://www.academia.edu/7245746/Fenomena_Kriminalitas_di_Indonesia diakses pada tanggal 27 September 2016

36 https://manshurzikri.wordpress.com/2010/11/07/tugas-dari-dosen-hubungan-kondisi- lingkungan-dan-reaksi-sosial-masyarakat-dengan-kasus-pencurian-di-kawasan-kukusan-teknik-lingkungan-universitas-indonesia/ diakses pada tanggal 27 September 2016

74 menjadi daerah tempat tinggal dari mahasiswa. Berdasarkan pertimbangan itu, ada asumsi bahwa kasus pencurian yang menimpa wilayah UI memiliki tingkat kerugian yang besar dan membuka peluang yang cukup besar bagi pelaku pencurian.

Keamanan dan ketertiban yang dirasakan di UI semakin menurun, mengingat banyak sekali permasalahan kriminal yang tindak kunjung selesai. Permasalahan tersebut terus menambah dan bervarietas dimana memiliki modus operandi yang bermacam-macam. Meskipun sampai saat ini ada Pengamanan Lingkungan Kampus UI sebagai Unit Pelaksana Teknis yang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban kampus UI, namun dirasakan oleh civitas academica masih belum maksimal dalam menjalankan perannya sebagai protector of the campus.

Selama kurun waktu 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 - 2015, UI telah mengalami banyak gangguan keamanan dan ketertiban. Gangguan tersebut bermacam – macam seperti hilangnya barang milik mahasiswa (laptop, dompet, tas, motor). Sebagai contoh, kasus yang terjadi di Fakultas Hukum. Pada saat kegiatan mahasiswa berlangsung, beberapa orang yang mengaku sebagai senior dari organisasi tersebut berpura-pura masuk ruangan untuk menghadiri rapat yang sedang berlangsung. Ketika sedang istirahat orang-orang tersebut mengambil 3 buah laptop dan kabur dari ruangan. Meskipun tertangkap CCTV, pelaku tidak dapat ditangkap karena keterlambatan pelaporan kejadian. Kasus lainnya terjadi juga di Fakultas Hukum. Saat itu, ruang student centre menjadi tempat penitipan barang-barang untuk kegiatan mahasiswa seperti televisi dan kamera. Barang-barang tersebut hilang dicuri oleh orang tak dikenal. Aksi pelau sempat tertangkap CCTV namun pelaporan kejadian lagi-lagi terlambat.

Kecelakaan lalu lintas menjadi contoh lain yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pada tahun 2015 terdapat beberapa orang di wilayah kampus UI mengendarai mobil berlaju kencang. Mobil tersebut menabrak beberapa orang, diantaranya satpam yang mencoba memberhentikan kendaraan tersebut. Kecelakaan ini menyebabkan luka-luka. Masih abnyak contoh lain kecelakaan yang terjadi di UI dengan pengendara orang diluar UI. Hal ini menunjukkan

75 bahwa kecelakaan lalu lintas di dalam UI menjadi permasalahan yang patut dicari solusinya.

Berdasarkan data PLK pada tahun 2013, gangguan keamanan ketertiban di UI ditemukan sebanyak 141 kasus. Kasus tersebut didominasi oleh kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 60 kasus dan pencurian sebanyak 42 kasus. Selanjutnya pada tahun 2014 sebanyak 183 kasus yang terdiri atas kecelakaan lalu lintas dan pencurian masing – masing sebanyak 65 kasus. Pada tahun 2015 sampai bulan Maret, telah terjadi gangguan keamanan dan ketertiban sebanyak 25 kasus yang di dominasi oleh kasus kecelakan lalu lintas sebanyak 16 kasus dan pencurian sebanyak 7 kasus.

Berdasarkan data PLK selama tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2013 sampai dengan awal 2015 sebaiknya UI mengkaji kembali aksesibilitas masyarakat umum di ke wilayah UI dan pengaruhnya pada keamanan. Berdasarkan data, mahasiswa UI yang mengalami kasus pelecehan seksual sebanyak 29 kasus, penipuan sebanyak 21 kasus, serta gangguan secara umum dari orang asing sebanyak 6 kasus. Sebagai contoh, kasus penipuan di dekat menara air UI dengan modus pelaku mengaku sebagai warga Barel yang merasa dirugikan dan meminta ganti rugi kepada mahasiswa UI yang kebetulan melintas di daerah tersebut.

Kriminalitas yang terjadi di UI salah satunya disebabkan kurangnya penerangan di beberapa titik di dalam kampus UI seperti Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA),Vokasi, Jembatan Teknik - Sastra (Teksas), jalanan antara Fakultas Teknik dan Pusgiwa, menara air dan di Fakultas Farmasi. Setidaknya ada 4 lampu rusak di Jembatan Teknik - Sastra yang tidak dengan segera diperbaiki sehingga menyulitkan pejalan kaki di malam hari ketika melewati jembatan tersebut. Pos satpam yang ada saat ini berjumlah 25 pos. Jumlahnya ini masih kurang untuk area seluas UI. Pos satpam yang ada terkadang tidak ada penjagaan. Meskipun begitu kami mengapresiasi adanya tambahan pos satpam di bawah gedung annex di dekat balairung yang memang sangat krusial karena sering kali terjadi tindakan kriminal.

76 Selanjutnya, alasan mengapa banyaknya kejadian kriminalitas di kampus UI menurut kami adalah dengan belum cukupnya CCTV yang dipasang pada spot yang tepat sehingga blind spot di beberapa tempat masih ada dan diketahui oleh para pelaku kriminal yang akan beraksi. Ttempat parkir yang luas dan satpam yang jumlahnya kurang banyak dalam menjaga kendaraan bisa menjadi latar belakang diperlukannya CCTV di tempat parkir. Tidak sedikit barang-barang dalam kendaraan yang diparkir di Mesjid UI diambil oleh pencuri dan sama sekali tidak dapat dibuktikan karena tidak ada CCTV yang memantau parkiran Mesjid UI.

Permasalahan keamanan merupakan dapat ditangani dengan koordinasi banyak pihak. Koordinasi antara PLK dengan petugas keamanan masing-masing fakultas perlu diperkuat. Mahasiswa sendiri kurang peduli dengan isu keamanan di Kampus UI sebagai akibat kurangnya sosialisasi mengenai keamanan di Kampus UI dan cara penangulangannya. Nomor-nomor darurat seharusnya disosialisasikan kepada mahasiswa dengan cara memberikan pamflet, stiker atau memasang baliho di titik-titik pertemuan banyak orang seperti stasiun UI dan stasiun Pondok Cina.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat di implementasikan di UI untuk mengurangi angka kriminalitas. Pertama, mekanisme buka tutup portal yang teratur, jelas, dan tidak menyulitkan mahasiswa untuk melakukan mobilitasnya. Kedua, penambahan personil satpam yang berjaga di setiap fakultas diharapkan dapat meminimalisasi tindakan kriminal. Ketiga, pemberlakuan patroli keliling secara konsisten yang dilakukan oleh PLK agar dapat mengurangi kegiatan kriminal yang terjadi di tempat sepi seperti jalan yang berada antara Fakultas Teknik dan Asrama yang biasa dikenal dengan β€œJalan Cinta”. Patroli keliling yang dilakukan secara konsisten oleh PLK dan bekerja sama dengan penjaga keamanan setiap fakultas diharapkan dapat meminimalisasi kegiatan kriminal yang tidak diinginkan. Penambahan penerangan di tempat – tempat yang kurang mendapatkan penerangan secara efisien, seperti di dekat daerah Vokasi untuk penerangan masih sangat kurang dan memperbaiki lampu-lampu yang rusak seperti yang ada di Jembatan Teknik-Sastra. Selanjutnya adalah penambahan pengawasan elektronik oleh perangkat CCTV. Masih banyak

77 gedung – gedung dan daerah di UI yang tidak terliput oleh CCTV sehingga kegiatan kriminal bisa dilakukan dengan mudah. Terakhir adalah mengadakan sosialisasi terhadap seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan kampus untuk lebih berhati-hati terhadap kriminal dan perlu koordinasi dari seluruh stakeholder untuk menjaga keamanan UI.

Kebijakan Penutupan Gerbatama di atas Pukul 23.00

Salah satu kebijakan UI dalam menangani masalah keamanan di UI adalah penutupan gerbang masuk utama UI di atas pukul 23.00. Terkait dengan kebijakan ini, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI 2016 melakukan survei terhadap mahasiswa UI. Survei dilakukan dengan metode non probability sampling dan meilbatkan sebanyak 1144 responden. Hasilnya, 86,2% responden mengetahui atau memahami tentang kebijakan penetupan Gerbatama UI sedangkan sisanya sebesar 13,8% tidak memahami.

Terkait dengan latar belakang diberlakukannya kebijakan tersebut, yaitu adanya tindakan kriminal pada malam hari, sebanyak 63,9% mahasiswa mengetahui adanya kejadian tersebut dengankan sisanya sebanyak 36,1% mahasiswa tidak mengetahuinya.

78 Hal yang sudah kita ketahui bersama adalah mahasiswa UI masih banyak yang beraktivitas di kampus hingga di atas pukul 23.00 dengan berbagai macam aktivitas. Berdasarkan dari hasil survei, Enam dari sepuluh mahasiswa UI (55,6%) beraktifitas di kampus hingga diatas pukul 23.00 dalam hal organisasi dan kepanitiaan, tiga orang lainnya mengerjakan tugas (28, 5%) dan sisanya menjalani latihan lomba maupun aktifitas lainnya dalam menunjang performa akademis dan sosialnya.

Seberapa sering mahasiswa melakukan aktivitas di atas pukul 23.00 di kampus? Hasil survei memperlihatkan 9,3 % mahasiswa UI juga memiliki frekuensi yang tinggi yaitu 5 kali dalam satu minggu untuk beraktifitas lebih dari pukul 23.00 di kampus, 33,3% mahasiswa UI menghabiskan waktu sebanyak 3-5 hari perminggu, dan 34,1% menghabiskan waktu sebanyak 1-2 hari perminggu. Lalu, bagaimana sikap mahasiswa terhadap kebijakan ini? Sebanyak 79,5% mahasiswa Universitas Indonesia tidak setuju atas kebijakan penutupan gerbatama pada pukul 23.00 WIB.

79 Di sisi lain, mahasiswa memberikan pendapat tentang upaya peningkatan keamanan di UI. Menurut sebagian mahasiswa Universitas Indonesia (53,8%) setuju apabila dilakukan penambahan penjaga keamanan, dan (25,7%) setuju dilakukan penambahan CCTV dikawasan kampus UI. Mahaiswa setuju jika diwajibkan meninggalkan kartu identitas seperti KTP/SIM/KTM (82%) di Pos penjagaan sekitar pintu gebatama Universitas Indonesia untuk mengakses UI diatas pukul 23.00WIB.

Menurut mahasiswa UI, akses gerbatama dapat dibuka untuk pihak-pihak tertentu saja seperti mahasiswa (82,7%), orang tua (60,3%) serta pihak luar yang memiliki urusan jelas seperti ambulance, pemadam kebaran, jemputan seperti ojek/taksi (7,7%).

80 Pemamaparan di atas menunjukkan bagaimana pandangan mahasiswa UI terhadap keamanan di UI dan kebijakan penutupan Gerbatama di atas pukul 23.00. Hal lain yang kami soroti dari kebijakan ini adalah proses pengambilan kebijakan yang sepihak tanpa adanya diskusi dengan mahasiswa. Inilah yang menjadi keributan di awal oenerapan kebijakan. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahui kebijakan ini dan merasa kaget. Mungkin hal inilah pula yang menyebabkan mayoritas mahasiswa tidak setuju dengan kebijakan ini berdasarkan survei. Kebijakan Gerbatama ini merupakan contoh kecil dimana pembuatan kebijakan di UI belum sepenuhnya melibatkan mahasiswa sebagai stakeholder terbesar di kampus, padahal kebijakan yang dikeluarkan UI tak jarang objek terbesarnya adalah mahasiswa. Kami berharap lebih banyak pelibatan secara luas bagi mahasiswa dalam kebijakan yang dibuat UI terutama yang memiliki dampak lagsung ke mahasiswa.

Pelayanan Bis Kuning

Mahasiswa UI berjumlah lebih dari 8000 mahasiswa telah menggunakan atau setidaknya mengenal transportasi publik di kampus yaitu Bis Kuning UI.

81 Sehari – hari Bis Kuning atau Bikun telah mengitari kampus UI untuk mengantar mahasiswa ke fakultas masing – masing. Bisa dikatakan bahwa Bikun ini merupakan nyawa dari sekian banyak mahasiswa karena banyak mahasiswa bergantung terhadap Bikun sebagai transportasi gratis.

Di sisi lain, besarnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan bikun menyimpan dilema. Kebijakan baru dari rektorat yang membuat jeda antar satu bikun dengan bikun lain selama 6 menit memberikan dampak. Sopir Bikun yang sangat loyal dalam melakukan pekerjaan hak – hak nya pun kurang terpenuhi. Hak – hak sopir yang kurang terpenuhi adalah waktu makan dan beribadah di jam 12.00 dan di jam 18.00. Hal ini dapat berpotensi pada kurang optimalnya kerja sopir, mogoknya para supir, atau pengunduran diri. Terkait hal ini, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016 telah melakukan survey kepada mahasiswa untuk mencari solusi nya sekaligus pula mencari tahu pandanga mahasiswa terkait fasilitas dan kepuasan mereka terhadap pelayanan Bikun.

Sebanyak 354 responden berpartisipasi dalam survei ini. Persebaran angkatan responden pun beragam yaitu sebanyak 41,5% angkatan 2015, 38,4% angkatan 2014, 16,4% angkatan 2013 dan sisanya merupakan angkatan 2012 dan ke atas. Sebanyak 68,6% responden tidak mengetahui adanya kebijakan baru tersebut. Selanjutnya terkait dengan skala kepuasan dalam pelayanan Bikun, dari skala 1 – 5, sebesar 40,7% memiliki kepuasan pada skala 4 dan 37,5% menilai kepuasan mereka terhadap pelayanan Bikun di angka 3. Hanya sedikit yaitu sebesar 2,8% yang menilai pelayanan Bikun di skala 1.

Selanjutnya, di dalam survey tersebut kami menanyakan kepada mahasiswa apa saja kendala yang sering dihadapi oleh mereka selama naik Bikun. Sebesar 79,4% responden menganggao ketepatan waktu Bikun dalam hadir di halte – halte sebagai kendala. Fasilitas seperti halte yang kurang penerangan merupakan kendala yang dirasakan oleh 45,5% responden. Kenyamanan merupakan kendala yang dialami selanjutnya oleh 30,5% responden dan Keamanan sebanyak 27,7%. Dengan adanya data ini, diharapkan adanya suatu perbaikan terkait dengan fasilitas – fasilitas agar mahasiswa semakin gemar

82 menggunakan Bikun dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. CCTV di dalam Bikun merupakan hal yang di inginkan oleh 79,4% responden. Perbaikan terhadap Air Conditioner (AC) di dalam Bikun disarankan oleh 47,5% responden karena tidak semua Bikun memiliki AC yang sejuk. Terakhir adalah terkait dengan kebersihan Bikun yang menurut 36,7% responden perlu ditingkatkan lagi.

Terkait dengan hak – hak sopir Bikun yang sebelumnya telah disinggung, beberapa solusi diajukan oleh mahasiswa. Sebanyak 60,7% responden menyatakan bahwa sebaiknya agar hak – hak tersebut terpenuhi, rektorat sebaiknya menambah jumlah supir Bikun dan memberikan waktu jeda antar jam 12.00 – 12.30 dan 18.00 – 18.30 untuk beribadah dan makan. Ini merupakan ide yang sangat baik dalam memenuhi hak – hak supir Bikun yang selama ini telah dengan sabar melayani para mahasiswa dalam mengantar mereka dari satu halte ke halte lainnya.

Oleh sebab itu, terkait dengan kajian mengenai Bis Kuning ini, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016 mengharapkan adanya suatu perubahan menuju kebaikan, agar lebih nyaman bagi para pihak, yaitu pihak supir Bis Kuning, Rektorat dan Mahasiswa. Ini merupakan hal yang baik untuk dilakukan untuk meningkatkan integrasi yang baik antara para pihak dan agar tidak ada saling yang dirugikan dan menjadi suatu kemungkinan untuk terjadi konflik. Kami mengharapkan pihak Rektorat bersedia untuk mendengar atas saran yang diberikan oleh mahasiswa UI terkait dengan fasilitas Bis Kuning dan sopir Bis Kuning.

Permasalahan Dana Kemahasiswaan

BEM UI sebagai organisasi yang berada dalam naungan direktorat kemahasiswaan tentunya memiliki hak untuk mendapatkan pendanaan dalam penyelenggaraan program kerja BEM UI. Terdapat beberapa macam dana yang