• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi dengan Pengelompokan (Definition by Classification), yaitu

Dalam dokumen Logika Islam (Halaman 82-87)

Bagian Ketiga

7. Definisi dengan Pengelompokan (Definition by Classification), yaitu

definisi yang dibuat dengan cara memerinci himpunan-himpunan yang menjadi bagiannya. Misalnya: organ tubuh manusia adalah: kepala, badan dan kaki. Kepala menunjukkan himpunan dari tengkorak dan isinya, rambut, telinga, mata, mulut, hidung, pipi dan dahi.15

Dilihat dari segi bentuk dan isinya definisi terdiri dari:

1. Definisi Riel atau biasa juga disebut dengan definsi logis/esensial/analistis (Esensial Physic Definition). Defininisi riel menerangkan apa sebenarnya barang tertentu itu, dengan menunjukkan realitas atau hakikat barang itu sendiri (bukan hanya namanya saja). Definisi ini selalu terdiri dari dua bagian: Bagian pertama, menunjukkan golongan ’atasan atau jenis terdekat, yang menyatakan kesamaan hal yang didefinisikan itu dengan baarang-barang lain (termasuk golongan mana). Bagian kedua, menunjukkan sifat khas atau hakiki yang hanya terdapat pada barang itu saja, jadi menyatakan dalam hal apa barang itu justru berbeda dan barang-barang lain. Cara definisi inilah yang paling umum dipakai.16

Contoh:

Manusia adalah substansi yang terdiri dari jiwa dan badan. Air adalah zat yang terdiri dari dua hidrogen dan satu oksiegen. Ar-Rahmân itu apa? Apakah sesuatu yang dapat dipeluk? Tidak! Ar-Rahmân adalah salah satu nama Allah yang…….

2. Definition by Genus and Specific Difference (At-Ta’riful Haddhy), yaitu definisi yang pembatasnya terdiri dari genus (jins dan

fifferentia [fashl]). Dapat juga definisi ini diungkapkan dengan

istilah: ا او  ن نا (Penjelasan sesuatu [Mu’arraf yang

didefinisikan] dengan menggunakan jenis qarib dan fashal qarib.

Misalnya:

15 Dhofier, Pengantar Logika, h. 26-27

“Manusia adala makhluk hidup yang berakal.” Makhluk hidup adala genus (jins) dan

berakal adalah differentia (fashl).

Definisi ini banyak digunakan dalam lapangan filsafat. Definisi ini disebut juga dengan Definisi Konotatif atau Definisi Esensial Metafisik.

3. Definition by Genus and Propium (at-Ta’rif ar-rasmi), yaitu definisi yang terdiri dari genus (jins) dan propium (ash-shifah al-khashshah). Misalnya: “Manusia adalh hewan yang bisa tertawa.” Definisi ini banyak digunakan dalam lapangan ilmu pengetahuan.

4. Definition by Genus and Accident. Disebut juga dengan Definisi Aksidental, yaitu definisi yang pembatasanya terdiri dari genus (jins) dan aksidents (sifat-sifat kebetulann). Misalnya: “Manusia adalah hewan yang duduk, tidur dan lari.” Definisi ini banyak digunakan untuk menggambarkan sesuatu agar bisa ditangkap lebih Nampak hidup dan bernuansa.17

Dilihat dari segi kegunaan praktisnya, definisi terdiri dari:

1. Definisi deskriptif (Description Definition), yaitu definisi yang bertujuan menggambarkan siat-sifat dan suatu benda yang dapat diamati oleh pancaindra. Sedemikian rupa dari kumpulan sifat sehingga semua sifat itu bersama-sama cukup untuk menerangkan barang-barang itu dengan jelas, hingga dapat dibedakan dari barang-barang lain. Deskirpsi deskriptif ini banyak dipakai dalam ilmu hayat, ilmu alam, dan sebagainya. Definisi deskiriptif ‘Allah’ misalnya sebagai berikut: Allah itu sabar, Allah itu murah hati, tidak memembenani hamba-Nya yang di luar kemampuannya, sangat pemaaf pada hamba-hamba-Nya yang bertaubat, mengabulkan doa setiap hamba-hamba yang tulus, tidak menyukai pada orang yang sombong tapi amat menghargai dan menyayangi orang yang rendah hati. Allah adalah Cinta dan sumber segala cinta.

Contoh lain: “Hewan adalah makhluk berkembang biak, ada yang berbulu, bertanduk dan ada yang hidup di air, udara dan darat.”

2. Definisi kausal atau final (Causal Definition), yaitu definisi yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sesuatu terjadi atau diciptakan. Banyak barang, alat, kejadian dapat diterangkan dengan menunjukkan sebab-sebabnya dan maksud-maksudnya.18 Misalnya: “Awan adalah uap air yang terkumpul di udara karena air laut disinari oleh matahari.”

Contoh lain: “Dilihat dari konteks teologi, dosa mengandung arti segala perbuatan yang dipandang menyimpang dari aturan-aturan Tuhan. Perbuatan itu mempunyai pengaruh terhadap keimanan, sehingga muncul persoalan apakah pelakunya masih tetap mukmin atau menjadi kafir? Akibatnya, orang yang melakukan perbuatan itu akan mendapat siksa dari Tuhan.19 Allah berfirman:

”Dan siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Tuhan, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”

(QS. Al-Maidah: 44).

”Dan siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Tuhan, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.”

(QS. Al-Maidah: 45).

”Dan siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Tuhan, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”

(QS. Al-Maidah: 47).

3. Definisi Operasional (Operational Definition), yaitu definisi yang menegaskan langkah-langkah pengujian yang harus dilaksanakan dan hasil-hasil bagaimana yang dapat diamati. Contoh: “Magnit adalah logam yang bila diuji secara fisik dan kimiawi mengandung unsure yang bernilai.”

4. Definisi Persuasif (Persuasive Definition), yaitu definisi yang digunakan untuk memengaruhi orang lain agar mengikutinya atau menolaknya. Misalnya: “Tepat waktu adalha ajaran agama yang mencerminkan watak orang modern.”

5. Definisi Fungsional (Funcional Definition), yaitu definisi yang menjelaskan kegunaan atau tujuan dari suatu term. Misalnya, “Bahasa adalah pernyataan untuk alat komunikasi.”

18 W. Poespoprodjo, Logika Ilmu Menalar h. 68-69

6. Definisi Presising (Precising Definition), yaitu definisi yang dimaksudkan untuk menetapkan arti sebuah istilah yang kabur atau bermakna ganda. Definisi banyak digunakan dalam bab penjelasan tentang fasal-fasal sautu hukum yang diperkirakan masih kabur. Misalnya: “Kata shalat dalam ‘ashalatu ‘alan nabi’ adalah

bacaan shalawat, buikan shalat yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”

7. Definisi Kontekstual (Contextual Definition), adalah definisi yang pembatasnya menyebut persyaratan agar pangkalan definisi itu benar. Atau jelasnya, Contextual Definition adalah fefinisi menurut pemakaiannya. Karena itu definisi ini disebut juga Definitioan in use. Misalnya definisi tentang kepribadian menurut antropologi berbeda dengan definisi kepribadian menurut psikologi. “Kepribadian menurut psikologi adalah ciri-ciri khas seseorang yang

mencerminkan perbedaan seseorang dengan orang lain.” Sedangkan

menurut antropologi atau sosiologi adalah “ciri-ciri khas seseoragn

yang mencerminkan dirinya seabgai anggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok lain.”20

Dalam dokumen Logika Islam (Halaman 82-87)