• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formal Logic (Logika Bentuk) dan Material Logic (Logika Isi)

Dalam dokumen Logika Islam (Halaman 37-41)

Walaupun logika bentuk seringkali disamakan dengan logika deduktif, tetapi sebenarnya ia hanya merupakan bagian dari logika deduktif, yaitu bagian yang berhubungan dengan perbicangan (argument) yang sah menurut bentuknya. Sedangkan Logika Isi adalah logika yang menelaah pemikiran dan penalaran yang mengungkapkan dunia kenyataan. Logika isi seringkali disamakan dengan logika induktif, logika minor, atau logika ilmu pengetahuan.43

Pengertian Ilmu

Dr. Muhammad al-Bahi menulis bahwa ilmu –dilihat dari segi sumbernya –terdiri dari dua macam: (a) ilmu yang bersumber dari tuhan, dan (b) ilmu yang bersumber dari manusia. Ilmu yang pertama disebut Ma’rifat al-Ilahiah, sedangkan ilmu yang kedua disebut Ma’rifat

al-Insaniyah. Dalam pada itu. Iman merupakan asas dari keduanya.44 Dalam bahasa Indonesia "Ilmu" seimbang artinya dengan "Science" dan dibedakan pemakaiannya secara jelas dengan kata "pengetahuan".

Kata “Ilmu” dalam pemakaiannya dibedakan dengan “Pengetahuan”. Dalam ilmu logika atau mantiq, istilah “Pengetahuan” (knowledge) sinonim dengan “ilmu badihi” yaitu ilmu yang diterima tanpa membutuhkan penyelidikan seperti panas, dingin dsb. Cara

43 Dhofier, Pengantar Logika, h. 3-5

mendapatkannya pun berasal dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya.45 Sedangkan istilah “Ilmu” (science) sinonim dengan “Ilmu Nazhari”, yaitu ilmu yang memerlukan pembuktian dan penelitian seperti memahami hakikat hujan, gerhana matahari dan sebagainya.46

Syaikh Abd ar-Rahmân al-Ahdhari dan al-Darwisi berpendapat bahwa ilmu berarti penjelasan tentan sesuatu dengan cara mengetahui sesuatu tersebut; atau, sampainya jiwa kepasda pemahaman makna sesuatu tersebut.47 Pengertian ilmu ini tentu saja dalam konteks ilmu sebagai “ilmu baru” (hadits). Sebab, ilmu itu –dilihat dari segi waktu– terbagi menjadi ‘Ilm al-Qadim (Ilmu Allah Swt.), dan ‘Ilm al-Hadits (Ilmu “baru”), yaitu ilmu yang dimiliki manusia.48

Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata “pengetahuan” dan “ilmu” dan apa yang kita tangkap dalam jiwa. Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan Ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekadar apa yang dituntut oleh pengetahuan (knowledge).

Sebagai seorang Muslim, Ali mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah kitab Allah yang paling sempurna, oleh karena itu ia akan membantah jika Al-Qur’an itu dikatakan buatan Muhammad Saw. Yang demikian ini adalah “pengetahuan” baginya. Manakala ia kemudian mengetahui bahwa ternyata Al-Qur’an itu tatkala dibaca secara istiqamah akan menjadikan pembacanya menjadi tenteram, gaya bahasa Al-Qur’an itu sungguh sangat indah mempesona yang mana penyair terhebat sekalipun tidak bisa menandinginya. Dilihat dari ajarannya Al-Qur’an itu sangat masuk akal dan dapat menyentuh kalbu. Dari pembagaian ajarannya pun ternyata Al-Qur’an berisi berbagai disiplin ilmu: fiqih, tafsir, tajwid, tahsin, murattal, filsafat, ilmu kalam, tasawuf, ilmu

45 Tentang keadaan yaqîn sebagai syarat untuk menetahui lihat Al-Ghazali, al-Munqidz min al-Dhalâl, (Beirut: Maktabah Saqafiyyah, tt.), h. 7-12.

46 Khalimi, Logika ( FITK : Jakarta), h. 11

47 Syaikh Hasan Darwis al-Quwaisiny, Syarah Mtan al-Sulam fi al-Manthiq, (Surabaya: tt.), h. 10-11.

48 Menurut hemat penulis, mengenai pembagian ilmu yang datang dari Allah dan dari manusia ini, hendaknya pembaca jangan sampai terjebak bahwa memang manusia itu bisa menciptakan ilmu. Sekali-kali tidak. Perlu dikatehuai bahwa sehebat apa pun ilmu yang dimilki manusia pada hekakatnya ilmu yang dimiliki oleh manusia itu adalah datangnya ujung-ujung nya dari Allah juga.

eksakta, ilmu sosial, ilmu sosiologi, ilmu perbintangan dan lain sebagainya. Bahkan Ali akhirnya memahami bahwa Al-Qur’an merupakan pelengkap dan penyempurna kitab-kitab Allah yang diturunkan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Dari sinilah akhirnya Ali mengerti makna kesempurnaan Al-Qur’an yang sebenarnya. Nah, pengetahuan Ali yang kemudian tentang kesempurnaan Al-Qur’an seperti ini disebut “Ilmu”.

Dengan demikian, Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Sedangkan pengetahuan itu tidak membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut. 49

Menurut Abu Hilal al-Askari, ilmu adalah:50

ﻩدﺎﻘﺜﻋاو ﻪﺑ ﻮﻫ ﺎﻣ ﻲﻠﻋ ﺊﺸﻟا ﺔﻗﺮﻌﻣ

“Mengetahui dan meyakini sesuatu menurut apa adanya (objektif).”

Sedangkan menurut Muhammad Nur al-Ibrahim, ilmu adalah:51

ﺎﻄﻳ ﺎﻛاردا ﻦﻈﻟا وا ﻦﻴﻘﻴﻟا ﺔﻬﺟ ﻲﻠﻋ لﻮﻬﺠﻤﻟا كاردا

ﻮﻟ ﻊﻗاﻮﻟا ﻖﺑ

ﻪﻔﻟﺎﺨﻳ

“Pencapaian objek tahu yang belum diketahu dengan cara meyakini atau menduga yagn keadannya bisa cocok dengan kenyataan atau sebaliknya.”

Menurut Maranon (1953),52 ilmu mencakup lapangan yang sangat

luas, menjangkau semua aspek tentang progress manusia secara

49 Baihaqi A.K, “Ilmu Mantiq Teknik Dasar Berpikir Logik”, (Jakarta: Darul Ulum Press,1996), cet. 1, h. 9.

50 Abu Hilal Askary, Al-Luma’ah min Furuq, (Surabaya: Maktabah al-Siqafiyah, tt.), h. 8.

51 Muhammad Nur al-Ibrahim, Ilmu Manthiq, h. 7.

52 J. Maranon, Science in Industrial Development, dalam, Anoymous (Ed.), The Role of Science in the Philippines. (Manila: Science Foundation of the Philippines, 1954), h. 15-19.

menyeluruh. Termasuk di dalamnya pengetahuan yang elah dirumuskan secara sistematis melalui pengamatan dan percobaan yang terus-menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang bersifat umum. Tan (1954)53 berpendapat bahwa ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetauan sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodelogi. Ilmu telah memberikan metode dan system, yang mana tanpa ilmu semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam keterampilan, dalam pandangan maupun tindak tanduknya.

Ilmu menemukan matri-materi alamiah serta membeirkan suatu rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisis serta membuat generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering disebut penalaran.

Ilmu menurut para pakar Logika adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita maupun tidak.

Contoh :

Ketika Anda membaca Al-Qur’an surat Al-Sajdah: 4, yang artinya, “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara

keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy,” lalu

Anda masih samar-samar atau ragu-ragu; betulkah langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya itu adalah ciptaan Allah? Kemudian Anda bertafakkur sambil beranalogi dengan adanya kursi. Saat itu juga Anda mendapatkan jawabannya ternyata adanya kursi – sebagai tempat duduk– tidak mungkin ada dengan sendirinya, pasti ada yang membuatnya. Demkian pula dengan benda-benda lainnya yang ada di depan mata, seperti meja, lemari, baju, celana, dan lain sebagainya. Benda-benda tersebut tidak mungkin ada dengan sendirinya bahkan mustahil jika tidak ada yang membuatnya. Begitu pula dengan adanya langit serta segala sesuatu yang berada di antara keduanya tidak

53 V.A. Tan, Science in Industrial Development, dalam, Anoymous (Ed.), The Role of Science in the Philippines. (Manila: Science Foundation of the Philippines, 1954), h. 1-4.

mungkin dan mustahil ada dengan sendirinya kalau tidak ada yang membuatnya (menciptakannya). Dan di ayat tersebut dijelaskan bahwa pencipta langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya adalah ”Allah”. Dengan demkian semakin mantaplah keyakinan Anda bahwa langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya adalah ciptaan Allah. Pemahaman Anda itu merupakan ilmu yang yakin dan sesuai dengan realitas (ilmu yaqin muthabiq lil-waqi'). Akan tetapi, jika Anda mempunyai pengertian yang mendekati yakin (zhan) bahwa langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya adalah ciptaan Allah, maka pengertian Anda itu merupakan ilmu yang mendekati yakin (dzhan) dan sesuai dengan realitas (ilmun zhanni muthabiq lil-waqi') –sesuai dengan dalil naqli dan ’aqli.

Pembagian Ilmu

Para pakar mantiq membagi ilmu menjadi dua yaitu sebagai berikut :

Dalam dokumen Logika Islam (Halaman 37-41)