Anggapan madzhab Metaphysical Logic, bahwa susunan akal sama dengan susunan alam, walaupun tidak seluruhnya benar,
sekurang-$‾ΡÎ) $¨Ψ©3tΒ …çs9 ’Îû ÇÚö‘F{$# ç≈oΨ÷s?#uuρ ÏΒ Èe≅ä. &óx« $Y7t6y™ ∩∇⊆∪
”Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya (Dzulqarnain) di
(muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya sebab (untuk mencapai) segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi [18]: 84
#x‹≈yδ “Ï©$# $oΨø%Η①ÏΒ ã≅ö6s% ( (#θè?é&uρ ÏÎ/ $YγÎ7≈t±tFãΒ ( ∩⊄∈∪
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan
yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 25).
ÛÎôØo„uρ ª!$# tΑ$sWøΒF{$# Ĩ$¨Ψ=Ï9 óΟßγ‾=yès9 šχρãā2x‹tGtƒ ∩⊄∈∪
”Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 14]: 25).
ﻦﻴﺑﺬﻜﻤﻟا ﺔﻘﻠﻋ نﺎﻛ ﻒﻴﻛ اوﺮﻄﻧﺎﻓ ضرﻻا ﻲﻓ اوﺮﻴﺴﻓ ﻦﻨﺳ ﻢﻜﻠﺒﻗ ﻦﻣ ﺖﻠﺧ ﺪﻗ
“Tidak berlaku sunnah-sunnah kepada orang sebalum kamu, maka berjalanlah di
bumi dan lihatlah bagaimana akibat orang-oran yang mendustakan agama.”
kurangnya dapat dipakai untuk memahami realitas. Ayat-ayat di atas mengungkapkan bahwa realitas yang banyak itu selain ada yang seragam (memiliki kesamaan dan keseragaman) ada pula yang beragam (memiliki perbedaan-perbedaan).
Ayat pertama yang dikutip di atas, menunjukkan bahwa banyak hal yang terjadi karena proses sebab akibat. Selain itu Allah juga menjelaskan bahwa realitas ini berlangsung atas sunnah-sunnah atau hukum-hukum pasti yang tak pernah berubah.
Untuk memahami realitas yang seragam itu perlu penalaran induktif dan analogi. Realitas yang beragam perlu dipahami lewat penalaran komparatif. Sedangkan realitas yang terjadi melalui proses sebab akibat perlu dipahami dengan lewat penalaran kausal.
Untuk memahami hukum-hukum Allah yang berlaku pasti dan tak pernah berubah perlu digunakan penalran deduktif. Jenis-jenis penalaran tersebut merupakan susunan akal dalam memahami sesuatu. Agar diperoleh kesimpulan yang absah dan bernar maka diperlukan jenis-jenis penalaran yang strukturnya sesuai dengan struktur kenyataan yang akan dipahami.
Dari uraian di tersebut terlihat betapa bijaknya Allah Swt. yang telah menciptakan susunan akal pikiran manusia (sebagai pelaku yang selalu dianjurkan untuk memahami realtias) bersesuaian dengan kenyataan yang menjadi obyek pemikiran manusia. Subhanallah!
Pengertian
Yang dimaksud dengan penalaran adalah proses mengambil kesimpulan atau membentuk pendapat berdasarkan fakta-fakta tertentu yang telah tersedia, atau berdasar konklusi-konklusi tertentu yang telah terbukti kebenarannya.1
Yang dimaksud fakta-fakta tertentu adalah data-data, peristiwa-peristiwa, hubungan-hubungan dan kenyataan-kenyataan yang digunakan dalam proses penalaran.
Sedangkan yang dimaksud konklusi-konklusi yang telah terbukti kebaenarannya adala premis-premis aksiomatik, kaidah-kaidah berpikir
1 Syarqawi Dhofir, Pengantar Logika; Dengan Spektrum Islam, (Madura: Al-Amien, 1997), h. 71
dan hasil-hasil kesimpulan yang ditemukan lewat pembuktian sebelumnya.
Contoh premis-premis aksiomatik adalah ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi Muhammad dan proposisi-proposisi analitik (pernyataan yang memiliki kebenaran dalam dirinya sendiri tanpa memerlukan pembuktian), seperti: ”Segi tiga adalah bentuk bidang yang
dibatasi oleh tiga garis lurus.”
Contoh dari kaidah-kaidah berpikir. Kaidah-kaidah ushuluyah dan kaidah-kaidah logika. Seperti: ”Perintah menunjuk pada keharusan untuk
dilaksanakan,” dan ”Setiap hal hanya menjadi dirinya sendiri dan tidak bisa menjadi yang lain pada saat yang bersamaan.”
Contoh hasil-hasil kesimpulan yang ditemukan sebelumnya baik melalui peneltian maupun rasionalisasi. Misalnya: ”Setiap benda cair
mengalri ke bawah.”
Metode penalaran yang paling banyak dijumpai adalah penaralan induktif, deduktif, kausal, penalaran analogi dan komparatsi.
Penalaran Induktif (Istiqraiyyah)
Penalaran induktif proses berpikir untuk menarik kesimpulan umum dan merumuskan pendapat berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta khusus dari hal-hal tertentu. Penalaran induktif bergerak dari contoh atau fakta-fakta empirik atau kejadian-kejadian ke kesimpulan umum.
Contoh sehari-hari:
Setelah membaca buku lalu kita berkata: ”Buku ini cocok untuk pemula.”
Atau setelah membaca buku-buku karya Prof. Dr. Natsir lalu menyimpulkan:
”Semua buku karya Prof. Dr. Natsir adalah baik.”
Atau setelah makan berkali-kali di restoran tertentu, lalu menyimpulkan:
”Makanan-makanan di restoran ini disajikan dengan tata yang menggiurkan selera makan.”
Contoh ilmiah: Air mengalir ke bawah dan tidak mengalir ke atas. Bensin mengalir ke bawah dan tidak mengalir ke atas. Cukup mengalir ke bawah dan tidak ke atas. Lalu dismpulkan:
”Semua benda cair mengalir ke bawah dan tidak dapat mengalir ke atas.”
Atau setelah mengamati peristiwa-peristiwa alam, lalu menyimpulkan:
”Semua peristiwa alam berlangsung secara teratur, rapi dan teliti, karena itu maka alam tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada pembuat dan pengaturnya, itulah Tuhan.”
Gambaran proses penalaran Induktif:
Syarta-syarat yang harus dipenuhi dalam penalaran induktif: 1. Jumlah fakta yang diamati seksama harus cuup banyak
untuk bisa dijadikan dasar menarik kesimpulan yang bersifat menyamaratakan.
2. Fakta dan contoh yang cukup banyak itu harus memadai, mewakili dan mencerminkan semua bahan keterangan yang ada, jika ingin kesimpulan yang menyamaratakan itu dianggap sah.2
Penalaran Deduktif (Istidlaliyah)
Penalaran deduktif kebalikan penalaran induktif. Jelasnya penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus berdasarkan konklusi yang sudah diterima kebenarannya. Proses ini berlangsung dari hal-hal yang umum, atau
2 Dhofir, Pengantar Logika, h. 72-74
Generalisasi/kesimpulan 1 2 3 4 5 6
kaidah-kaidah berfikir, atau prinsip-prinsip aksiomatik ke arah hal-hal yang khusus, atau contoh-contoh atau peristiwa-peristiwa. Dengan kata lain. Deduksi melewati dua tahap proses:
1. Menyesuaikan hal khusus dengan hal umum.
2. Menyimpulkan bahwa yang khusus mempunyai sifat yang dapat diterapkan ke dalam hal yang umum.
Gambaran proses penaran induktif:
Contoh:
Jika kita ketahui bahwa, ” Semua buku yang ditulis al-Ghazali adalah
baik,” kemudian kita mendapatkan, ”ihya ulum din, Munqid min al-Dhalal” tulisan beliau, maka kita menarik kesimpulan, ”ihya ulum al-Din dan al-Munqid” adalah baik.”
Contoh lain: Jika diketahui bahwa ”Semua peristiwa alam berlangsung secara teratur, rapi dan teliti, karena itu maka alam tidak terjadi secara kebetulan, malinkan ada pembuatannya, itulah Tuhan,” lalu kita melihat proses mekarnya bunga hingga menjadi buah yang masak, maka kita dapat menarik kesimpulan, ”Proses mekarnya bunga berlangsung secara teratur, rapi dan teliti, karena itu maka proses tersebut tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada pembuatnya, itulah Tuhan.”
Syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi agar memperoleh kesimpulan deduktif yang benar adalah:
1. Generalisasi (proses pernyamarataan) yang menjadi landasan deduksi harus benar
2. Hal khusus harus sepenuhnya sesuai dan padu dengan hal umum. Generalisasi/kaidah rumus ayat/hadits/ premis pertama Fakta-fakta Fakta-fakta kesimpulan konklusif
3. Kesimpulan yang diambil harus merupakan proses penyamarataan yang sama dengan hal umum.3
Penalaran Kausal (Sababiyah)
Penalaran Kausal adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan bahwa sebab tertentu akan menimbulkan akibat atau pengaruh tertentu pula. Atau sebaliknya, porses berpikir untuk menarik kesimpulan bahwa suatu akibat ditimbulkan oleh suatu sebab tertentu.
Penalaran kausal memiliki dua bentuk: a priori dan a posteriori. 1. Penalaran a priori
Penalaran a priori adalah proses berpikir untuk mencari akibat dari sebab yang telah diketahui. Proses penalaran ini bergerak ke masa depan. Karen itu penalaran ini seringkali dipakai untuk memprediksi (meramal) hal-hal yang akan terjadi di masa akan datng berdasarkan sebab-sebab yang telah terjadi dahulu atau sekarang. Penalaran semacam ini merupakan bagian dari proses berpikir rasional.
Contoh sehari-hari: ketika seseorang melihat luka tubuhnya karena paku berkarat. Lalu ia berkata: ”Luka karena paku karat ini akan
menimbulkan penyakit tetanus yang dapat mematikan manusia di kemudian hari.”
Contoh lain: seorang ahli kimia menyadari bahwa penambahan suatu zat tertentu akan menimbulkan akibat tertentu pula. Atau seorang murid yang malas yagn kemudian menjadi rajin setelah menyadari bahwa kemalasan akan menjadi sebab bagi lahirnya kegagalan naik kelas dan kerugian bagi perkembangan mental dirinya selanjutnya di masa yang akan datang.
Gambar proses penalaran a priori
Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan guna memperoleh kebenaran akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu sebab adalah:
a. Sebab yang diketahui cukup kuat untuk menimbulkan akibat yang diramalkan.
b. Tidak ada kemungkinan akibat lain yang ditimbulkan oleh sebab yang telah diketahui.
c. Tidak ada gangguan dalam proses sebab menimbulkan akibat. d. Harus dapat dibuktikan bahwa sebab tertentu betul-betul akan
menimbulkan akibat tertentu. 2. Penalaran A posteriori
Penalaran A posteriori adalah proses berpikir untuk mencari sebab dan akibat yang telah diketahui. Proses penalaran ini bergerak ke masa silam. Mencari sebab yang telah terjadi di masa lampau dengan cara meliaht pada akibat-akibat yang diketahui sekarang. Bentuk penalaran semacam ini merupakan bagian dan proses berpkir empirik. Contoh: Seorang mati dalam keadaan tergantung. Di sekujur tubuhnya terdapat luka-luka memar. Polisi lalu berpikir ingin mengatahui penyebab kejadian itu. Conntoh lain: seoarang murid gagal naik kelas. Lalu ia berkata: ”Penyebab kegagalan naik
kelas sekarang adalah karena pertama kurang rajin, kedua kurang memperhatikan nasehat guru, ketiga catatan pelajaranku kocar-kacir sehingga sulit dibaca dan terakhir karena aku jarang berdo’a.”
Sebab yang telah diketahui (sekarang) Akibat yang diramalka n terjadi akan Membawa pada (a priori)
Gambar Porses Penalaran A Posteriori
Penalaran a posteriori hanya akan bisa menemukan sebab yang benar bila memenuhi pernyaratan berikut:
1. Akibat yang diketahui cukup kuat untuk ditimbulkan oleh sebab yang diramalkan.
2. Tidak ada kemungkinan sebab-sebab lain yang dapat menimbulkan akibat yang telah diketahui.
3. Tidak ada gangguan dalam proses akibat ditimbulkan oleh sebab. 4. Harus dapat dibuktikan bahwa akibat yang diketahui benar-benar
ditimbulkan oleh sebab yang diramalkan.4
Penalaran Analogi (Qiyas)
Penalaran analogi adalah proses berpikir untuk menyimpulkan sesuatu berdasarkan kesamaannya dengan sesuatu yang lain. Pada prinsipnya penalaran analogi adalah upaya memperbandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk ditemukan kesaman-kesamaannya. Karena itu maka penalaran analogi dapat disebut sebagai bagian dari penalaran komparatif. Disebut bagian, karena penalaran komparatif selain mencari persamaan juga mencari perbedaannya.5
Dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis. Apa
4 Dhofir, Pengantar Logika, h. 75-78.
5 Dhofir, Pengantar Logika, h. 78.
Akibat yang diketahui hari ini sebab yang diramalka n telah terjadi dahulu A posteriori
Proses meramal masaa silam
Data akibat sekarang kesimpulan
yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. Berdasarkan persamaan prinsipal pada keduanya itulah maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya.6
Di samping disebut juga sebagai penalaran komparatif, penalaran analogi ini kadang-kadang disebut juga analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan penalaran analogi. Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), karena sepatu yang dulu dibeli di toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi. Begitu pula jika kita berkeyakian bahwa buku yang baru saja kita beli adalah buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata menarik.
Contoh lagi: Apakah boleh shalat tahajud dengan berjamaah? Dengan menggunakan analogi pada “Shalat al-lail” yang diperkenankan berjamaah, maka diambl kesimpulan, “Shalat tahajud berjamaah boleh.” Karena shalat tahajud sama dengan shalat al-lail.7
Contoh lain dari penyimpulan analogik adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus dan Mercurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana
6 Penjelasan ini dapat dibandingkan dengan Gorys Keraf,Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, (Jakarta: Gramedia, 1982), h. 49.
bumi. Planet-planet itu berputar pada porosnya sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.8
Revolusi industri yang pertama terjadi mengakibatkan tangan manusia menjadi tidak berharga setelah ditemukannya mesin-mesin industri yang memberikan produktivitas jauh lebih tinggi dari tenaga manusia. Para pekerja, tukang-tukang jahit dan tukang kayu yang terdidik harus berjuang untuk dapat hidup, karena para pemilik pabrik lebih suka menggunakan mesin daripada manusia. Kalaupun tenaga manusia digunakan, gaji yang diberikan kepadanya rendah sekali. Pada revolusi industri modern yang bakal terjadi ’mesin-mesin berpikir’ dioperasikan secara luas, sehingga terjadi kemungkinan besar otak manusia akan digantikan mesin untuk hal-hal yang sederhana dan bersifat rutin. Dengan begitu pikiran manusia tidak akan begitu berharga jika bukan untuk permasalahan-permasalahan yang besar. Berdasarkan kenyataan yang ada pada revolusi industri pertama yang dulu sudah terjadi, dapat disimpulkan bahwa kelak para ilmuwan dan administrator yang tedidik akan berjuang untuk hidup sebagaimana dulu para tukang jahit dan tukang kayu.
Macam-macam Analogi
Macam analogi yang telah kita bicarakan di atas analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argumen ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
8 Coba lihat pada Irving M. Copi, Introduction to Logic, (New York: Macmillan Publishing, 1978), h. 378.
Analogi di samping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non-argumen, yaitu sebagai penjelas. Analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas.
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat mengemukakan isi hatinya dalam menekankan pengertian sesuatu. Contoh analogi deklaratif adalah:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.9
Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.
Para pejuang wanita memutuskan untuk menguji apakah undang-undang perkawinan itu menguntungkan kedudukan wanita. Ternyata semakin jelas bahwa undang-undang perkawinan itu tidak ubahnya undang-undang perbudakan yang dikatakan sebagai pelindung hak-hak orang-orang hitam; padahal kata ’pelindung hak’ tidak ubahnya adalah penindasan terselubung. 10
Di sini penulis hendak menegaskan bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan terselubung, sebagaimana undang-undang perbudakan. Orang masih sama bahwa undang-undang-undang-undang perkawainan itu sebenarnya merupakan penindasan. Untuk itu para pejuang wanita (di negara Barat) menegaskan bahwa undang-undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang perbudakan yang
9 Copi, Introduction to Logic, h. 379.
telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung.
Cara Menilai Analogi
Sebagaiamana generalisasi, keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi. Untuk mengukur derajat keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaannya. Dua hal yang dibandingkan harus memiliki kesamaan yang sedekat-dekatnya. Apabila pada suatu ketika saya mengrimkan baju saya pada seorang tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya juga mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirim ke tukang penatu yagn sama. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, F dan G juga mengalami hal serupa.
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ambillah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebua toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
3. Sifat dari analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 Km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebh kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 Km setaip liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 Km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-usnsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangkan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Persamaan yang ada harus meliputi seluruh bagian-bagiannya secara sempurna. Konklusi yang kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaaan yang ada pada para lulusann sebelumnya. A, B, C, D, dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana ulung.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Perbedaan dalam bagian yang penting akan membatalkan kebenaran kesimpulan analogi. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 Km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan, yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.
Contoh analogi yang batal atau tidak relevan lagi adalah seperti: Mobil dan kapal sama-sama kendaraan yang menggunakan motor (mesin penggerak). Karena itu lalu disimpulkan secara analogi, ”Motor
kapal terbang dapat digunakan dalam mobil.” Padahal motor kapal terbang
adalah motor pancar gas yang memiliki kecepatan tinggi. Perbedaan lain mobil berjalan di darat yang banyak rintangan. Sedangkan kapal terbang beroperasi di udara yang bebas hambatan.11
Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati tuan B adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C
karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dan karena jenis darahnya sama, jauh lebih kuat dibanding jika mendasarkan pada persamaan lebih banyak tetapi tidak relevan, misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya dan kesukuannya.
Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya. Kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya