• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan

Subdit P2 Diare dan ISP

Awal tahun 2009, para kasubdit diundang untuk rapat persiapan riskesdas biomedis th 2010. Rapat dimulai jam 09.00 dipimpin oleh Kepala Pusat Biomedis dan Farmasi Dr Endang. Setelah rapat berlangsung, tiba waktunya kami diminta untuk membuat usulan. Kami dari subdit mengusulkan beberapa kegitan terintegrasi (antara lain: deteksi dini kanker serviks dengan HIV dan IMS).

Setelah semua usulan dari dit PPTM selesai disampaikan oleh wakil dari subdit, kemudian beliau menanggapi semua usulan. Khusus untuk kanker beliau berkata bahwa program ini sangat strategis. Dan… nanti setelah rapat selesai, beliau ingin bicara dengan saya.

Setelah rapat selesai (untuk hari itu), saya pamit. Ternyata ibu Endang ingin program deteksi dini terintegrasi tersebut benar- benar direalisasikan. Ibu bicara sangat serius. Katanya, selama ini kasus IMS pada perempuan sangat sulit dideteksi (ditemukan dini). Sementara kita semua tahu bahwa IMS di Indonesia kasusnya terus meningkat terutama siilis dan GO. Dalam hati, saya bergumam: ternyata ibu Endang masih sangat perhatian kepada kaum perempuan yang terpinggirkan. Beliau juga berjanji akan membantu dalam pengembangan program pengendalian kanker secara khusus.

Tiba saatnya, beliau ternyata menjadi Menteri Kesehatan. Kami

semua para staf kemkes mengucapkan selamat kepada beliau. Pada saat giliran saya menyalami, saya sempat membisikkan: “Ibu jangan lupa pada program kanker, ya.” Beliau tersenyum dan mengangguk, sambil berbisik: “Oh, ya, pasti....” Dalam hati saya berdoa semoga ibu mendapatkan rahmat dan berkat Allah dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Tahun 2010 saya menerima tugas baru di subdit diare. Kebetulan ada tugas baru dari Pimpinan yaitu memulai Pengendalian Hepatitis Virus. Tahun 2011, pada audiensi Pokja Hepatitis dengan ibu Menkes, kembali saya bertemu dengan beliau. Ternyata ibu masih ingat saya dengan senyumnya yang selalu menyejukkan hati. Ibu bertanya, sekarang saya di mana? Saya jawab, di subdit diare dan ispa yang ngurusi hepatitis juga. “O, baik. Bersama dengan bu Sandra...,” kata beliau.

Berdasarkan pengalaman saya berkomunikasi dengan ibu, saya mempunyai kesan bahwa beliau mudah mengingat orang yang pernah dikenal. Buktinya, Ibu mengenal saya dan menyapa setiap bertemu. Padahal saya berjumpa dengan ibu hanya dalam tempo singkat, dan tak terlalu sering bila dibandingkan teman- teman lain.

Kesan kedua adalah ibu selalu berikir secara komprehensif untuk mengembangkan program kesehatan.

Sebagai menteri kesehatan, rasanya beliau sangat paham dan perhatian pada masalah kesehatan di masyarakat. Dan sebagai

pemimpin, beliau memberi suasana sejuk bagi staf Kemkes, sehingga mereka selalu siap mendukung kebijakan beliau. Sedangkan bagi saya pribadi, dia menjadi penyemangat dalam melakukan tugas yang kadang kala banyak benturan dengan hati nurani. Tetapi, setiap kali ingat bahwa saya bekerja demi suksesnya kinerja yang dipimpin oleh seorang perempuan yang cerdas, kuat, dan tawakal saya sebut beliau memimpin dengan HATI saya menjadi bersemangat lagi melaksanakan tugas sebagai abdi negara dengan bekerja semaksimal mungkin.

Selamat jalan ibu Endang. Saya memang tidak kenal ibu secara dekat tapi saya merasa hati saya dekat dengan hati ibu, sehingga saya merasa sedih seperti saya kehilangan ibu saya sendiri. Saya tahu Allah sangat mengasihi ibu sehingga Dia segera mengakhiri penderitaan ibu di dunia ini begitu cepat.

Subdit P2 TB

Kami bekerjasama dengan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pertama kali adalah saat program TB memulai riset tentang TB-HIV di tahun 2002-2003. Di saat itu program TB bekerjasama dengan Puslitbangkes sebagai pelaksana penelitian. Ketika itu beliau terlibat aktif dalam penelitian ini sebagai konsultan.

Lalu ketika beliau ditunjuk menjadi Menteri Kesehatan R.I pada tahun 2009, Subdit TB sudah merasa beliau akan mendukung Program Pengendalian TB di Indonesia. Hal ini dibuktikan, beliau selalu mengalokasikan waktu pada kegiatan-kegiatan penting program TB, dimulai dengan peringatan Hari TB Sedunia (HTBS) 2010, Ibu menghadiri kegiatan Seminar Nasional TB dimana program bekerjasama dengan PPTI dan Jalan Sehat yang bekerjasama dengan PP Aisyiyah. Beliau berpesan agar peringatan yang dilaksanakan melibatkan dan menyentuh masyarakat sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui peringatan Hari TB Sedunia sampai kepada mereka yang mengalaminya.

Pada tahun 2011, dilaksanakan Joint External Monitoring Mission TB (JEMM TB), dimana para mitra baik internasional dan nasional mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian TB di Indonesia. Di akhir misi, ketua misi, dr. Jaap F Broekmans melaporkan hasil evaluasi dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian Kesehatan, dimana Ibu Endang mendengarkan langsung dan mendiskusikan hasilnya dengan tim.

Beliau menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh anggota tim JEMM yang sudah bekerja keras untuk melakukan penilaian terhadap pengembangan program pengendalian TB di Indonesia. Dan beliau langsung memberikan tanggapan dan komitmen untuk menindaklanjuti rekomendasi ini untuk kemajuan program.

Terutama tentang sistem akreditasi Rumah Sakit, dimana TB menjadi salah satu penilaian penetapan akreditasi. Dengan kebijakan ini diharapkan semua pelayanan kesehatan di Indonesia terutama Rumah Sakit melaksanakan pelayanan TB berkualitas sesuai DOTS untuk mengendalikan kasus TB MDR. Pada peringatan HTBS 2011, di Istana Wakil Presiden, Strategi Nasional Pengendalian TB 2011-2014 diluncurkan. Ibu Endang menyerahkan paket Stranas ini kepada pelaksana, yang saat itu diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati.

Di tahun 2012 ini kami menyampaikan rencana kegiatan peringatan HTBS dan beliau masih berkomitmen untuk hadir meski saat itu beliau sudah sakit cukup berat. Menjelang peringatan HTBS, ibu masih menyempatkan memberi masukan dan memantau persiapan pelaksanaan meski dilaksanakan beliau dari rumahnya. Dengan kondisinya yang kurang baik akhirnya beliau meminta Wamenkes dan Dirjen PP&PL untuk hadir dalam peringatan HTBS 2012.

mendapatkan kabar bahwa Ibu Endang menjalani perawatan di RSCM. Kami semua berdoa semoga yang terbaik yang akan terjadi bagi Ibu dan akhirnya 2 Mei 2012 Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih berpulang ke pangkuan Tuhan. Selamat jalan Ibu, semoga apa yang telah dirintis dapat kami laksanakan dengan baik demi kesehatan masyarakat Indonesia.

Subdit P2 Kusta dan Frambusia

Singkat, padat, penuh makna” adalah rangkaian kata yang dapat mewakili kebersamaan Menteri Kesehatan Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih dengan program kusta dan frambusia.

Dukungan dan kehadiran Ibu Menteri ketika memperingati Hari Kusta Sedunia (HKS) 2010 di Taman Menteng Jakarta, bukan saja menjadi penyemangat bagi para tenaga kesehatan, namun juga mengobati rasa rendah diri akibat stigma, yang ada pada orang yang pernah mengalami kusta. Di sana, dengan penuh kehangatan dan keceriaan, Ibu menari bersama mereka.

Dalam pertemuan Aliansi Nasional Eliminasi Kusta dan Frambusia 2010 di Jakarta, Ibu Menteri secara langsung menambahkan ke dalam sambutannya suatu pesan penyemangat dalam upaya eradikasi frambusia, dengan mengenang jasa almarhum Dr. Kodhyat yang mendapatkan penghargaan Magsaysay dari Filipina dalam keberhasilan Beliau mengembangkan program Treponema Control Program Simpliied (TCPS). Hal ini sungguh menampakkan perhatian Ibu yang mendalam akan suatu ‘Kata Sambutan’, serta sikap hormat terhadap para pendahulunya. Seminar Kusta bagi Tenaga Kesehatan dalam rangkaian Peringatan HKS dan tahun Pencegahan Cacat Kusta 2011 kembali mendapat dukungan dan kehadiran Ibu. Dengan lugas dan berseni, melalui pantun Ibu berpesan agar tenaga kesehatan sungguh berupaya untuk mencegah kecacatan, akibat penemuan kasus terlambat dan penanganan yang tidak tepat, pada orang yang mengalami kusta.

Di sela kesibukannya, pada September 2011 Ibu berkenan menyampaikan situasi dan strategi pengendalian kusta Indonesia di TV Internasional Al Jazeerah. Secara sistematis dan menarik Ibu menjawab seluruh pertanyaan. Di akhir wawancara, kami mendapat giliran menjawab tantangan sekaligus pesan dari Ibu untuk menuntaskan permasalahan kusta, termasuk dengan meningkatkan pemeriksaan anak usia sekolah, demi menjaga generasi penerus bangsa dari penularan kusta dan segala konsekwensinya.

Awal tahun 2012, Seruan Nasional Mengatasi Kusta yang ditandatangani oleh organisasi profesi kesehatan menjadi karya indah terakhir Ibu bersama kami. Seruan ini sekaligus menjadi pekerjaan yang perlu ditindaklanjuti dengan dedikasi dan semangat yang patut kami teladani dari Ibu.

Subdit P2 ISPA

Sebagai seorang menteri, ibu Endang peduli dengan semua program yang ada di Kemenkes. Beliau tetap mengupayakan untuk hadir pada acara/kegiatan tanpa melihat apakah itu program prioritas atau tidak. Hal ini kami dapat rasakan ketika beliau membuka Hari Pneumonia Dunia (WPD: “World Pneumonia Day) di Bandung 2 November 2009. Acara ini bersamaan dengan pencanangan pengobatan massal ilariasis tetapi di tempat berbeda.

Hari Pneumonia Dunia ini di fasilitasi oleh IDAI dengan tema ”Pneumonia, The Forgotten Killer of Children”. Dalam sambutannya Ibu Endang mengingatkan kembali bahwa pneumonia adalah pembunuh Balita nomor 2 setelah diare di Indonesia. Penurunan angka kematian pneumonia Balita akan berdampak signiikan terhadap pencapaian MDGs. Beliau menghimbau agar pengendalian pneumonia mendapat perhatian secara proporsional sehingga penyakit pneumonia tidak menjadi “the forgotten killer of children”.

program ISPA mempunyai baseline data insiden pneumonia bekerjasama dengan Balitbangkes melalui Riskesdas mendatang. Setelah pembukaan oleh Menkes, WPD dilanjutkan dengan seminar yang dihadiri oleh berbagai profesi: dokter, bidan, perawat Puskesmas, kader kesehatan, serta Tim Penggerak PKK Kecamatan/Desadari Jawa Barat. Agenda seminar tersebut antara lain tentang: overview dan rancangan global pengendalian pneumonia (WHO), kebijakan pengendalian di Indonesia (Dirjen PP dan PL, Prof. Tjandra Yoga Aditama), aspek klinis (IDAI), dan peran PKK (Tim Penggerak PKK Jawa Barat).

Namun, beberapa hari setelah pembukaan WPD, beliau mengirim email Dirjen PP dan PL yang selanjutnya diteruskan kepada Direktur PPML dan Ka.Subdit ISPA. Kurang lebih isinya mengingatkan kita agar tidak lupa mencantumkan sumber data atau referensi. Memang dalam sambutan beliau ada beberapa kalimat yang kami lupa mencantumkan sumber data/referensi, dan yang luar biasanya beliau tahu bahwa sumber data tersebut. Mencantumkan referensi atau penulis buku/artikel bukan hanya sekedar untuk mengetahui sumbernya, tetapi lebih jauh lagi yaitu merupakan suatu “acknowledgment” yang dapat berarti: pengakuan atau kepemilikan terhadap sesuatu, hak (right), dan ungkapan terima kasih penghargaan terhadap penulis. Terlepas dari pengalaman beliau sebagai peneliti dan biasa menulis, tetapi selayaknya kita harus menghargai karya orang lain dan jangan sampai terjadi plagiarisme.

Subdit P2 AIDS & PMS

Sewaktu masih bertugas di Badan Litbangkes, beliau banyak terlibat dalam penelitian dan studi yang terkait HIV-AIDS dan IMS. Selama menjabat sebagai Menkes, perhatian beliau pada program pengendalian HIV-AIDS cukup besar. Di antaranya, beliau adalah Ketua Pokja HIV-AIDS Bidang Kesehatan, satu- satunya pokja di Kemenkes yang diketuai oleh Menkes. Pada rapat koordinasi Pokja yang pertama pada bulan Februari 2011, beliau berpesan bahwa tidak perlu mempermasalahkan siapa

yang mengerjakan apa, yang penting adalah program dapat berjalan dengan baik.

Beliau sangat memperhatikan teman-teman odha, dengan beberapa kali menerima audiensi dengan mereka, membahas mengenai ketersediaan ARV serta peningkatan akses terhadap ARV.

Beberapa kegiatan pengendalian HIV-AIDS dan IMS yang langsung melibatkan beliau di antaranya:

• Memimpin Rapat Koordinasi Pokja HIV-AIDS Bidang Kesehatan pada bulan Februari 2011

• Peresmian Poli Layanan IMS “Ralesia” di KKP Kelas III Bengkulu pada tanggal 22 Maret 2011. (gbr 2)

• Membuka Musyawarah Nasional II Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) di Bali pada bulan Maret tahun 2011 (gbr 1)

• Menerima tim external review program pengendalian HIV- AIDS sektor kesehatan pada bulan Oktober 2011

• Menerima tim external review program Opioid Substitution Therapy (OST) pada bulan Agustus 2011 (gambar 3)

• Pada Hari Kesehatan Nasional 2011, Ibu Menkes memberikan Penghargaan Kesatria Bakti Husada kepada Bapak Toni Suhartono (LSM di NTB yg bergerak dalam HIVAIDS). Ibu Menkes senang sekali karena ada dari pihak masyarakat biasa yg menerima penghargaan seperti itu.

Dokter Endang Rahayu Sedyaningsih. Siapa yang tidak mengenal nama ini. Sejak Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II diumumkan, nama beliau sering menjadi berita utama di media cetak dan media elektonik. Terlebih jika berita itu terkait dengan kesehatan di Indonesia. Bagi warga Badan Litbangkes, Ibu Endang adalah kebanggaan. Karena baru kali inilah seorang peneliti menjadi menteri. Yaa, seorang peneliti murni. Biasanya yang jadi menteri adalah politisi, birokrat, atau dosen. Kenyataan ini memang tidak bisa dipungkiri. Dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, sudah berpuluh kali kabinet  dibentuk, ternyata dalam era reformasi ini seorang peneliti wanita, pintar dan cerdas, baik hati dan rendah hati, santun, serta ramah kepada siapa saja; menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

 

Dalam merayakan hari kelahiran Ibu Endang, 1 Februari 2011 (56 tahun yang lalu),  Badan Litbangkes menerbitkan sebuah buku kecil yang berjudul ”Endang Rahayu Sedyaningsih – Pemimpin yang Tegar Menghadapi Masalah”. Buku kecil yang dicetak terbatas (50 eks) berisi kenangan dan kesan dari sahabat dan kawan-kawan Ibu Endang semasa beliau menjadi warga Badan Litbangkes. Proses penyusunan buku kecil berlangsung hanya 2 minggu. Ada 200 nama yang dikirim pesan pendek (sms) untuk dimintakan kesan dan kenangan semasa bersama Ibu Endang. Sebagian besar menyatakan akan mengirimkan kesan dan kenangan, namun yang masuk ke no HP dan email penyusun  sekitar 15%. Terbatasnya waktu yang menyebabkan tidak seluruhnya mengirimkan.

 

Berikut saya sampaikan kembali ”kenangan dan kesan” tersebut. Tidak seluruh kesan dan kenangan yang ada pada buku kecil tersebut disajikan kembali di media virtual ini.

Kenangan dan Kesan