• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dr Nyoman Kandun, MPH Purnabakti Eselon I Kemkes

D

i penghujung tahun  2009  , tepatnya 20 - 22 Oktober , kami rombongan dari Indonesia menghadiri pertemuan Regional Meeting on Health Care Reform for the 21 st Century, WHO/SEARO di Bangkok. Ini meeting besar karena itu dibuka oleh Dr.Samlee Pliangbancang, Regional Director WHO/ SEARO.

 

Rombongan dari Indonesia terdiri dari saya, Prof. Purnawan Junadi dari FKM/UI; Dr. Rival (DepKes); Prof. Laksono Trisnantoro dari FK/UGM; Dr.Natsir Nugroho dari Muhammadiyah dan beberapa peserta lain. Seperti biasa kami ngobrol ngalor-ngidul, ber-gossipuria, guyon pada saat santai di luar sidang.

 

Suatu saat terlihat Prof.Laksono sibuk SMSan. Entah dengan siapa. Beberapa saat kemudian, beliau bertanya, apakah saya kenal dengan Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih? Saya jawab, bahwa saya  kenal buaanget dengan Ibu Endang. Rupanya, konon  Prof. Laksono sedang SMSan dengan sobatnya yang sedang berada pada puncak kekuasaan di sekitar SBY, DR. A. Andi Malarangeng, yang konon belum kenal dengan ibu Endang.

 

Saya bertanya pada Prof. Laksono, ada apa sih sibuk banget? Rupanya Ibu Endang dicalonkan untuk menjadi Menkes periode

2009 - 2014. Tentulah pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dia (maksud beliau  ibu Endang seperti apa). Saya jawab apa adanya tentang beliau: bahwa saya sudah lama bekerja sama dengan Ibu Endang. Terakhir saat saya sebagai Dirjen P2PL, beliau adalah KaPusLit Biomedis dan Farmasi (entah sekarang namanya diganti apa) menggantikan Ibu Erna Tresnaningsih yang  dipindahkan ke P2PL sebagai Direktur P2B2. Hampir tiap hari saya kontak dengan beliau soal lu burung  karena unit beliaulah yang memeriksa spesimen penderita lu burung.  

Tentulah, saya sebagai Dirjen yang bertanggung jawab sehari hari terhadap operasional di lapangan untuk penanggulangan Flu Burung, sering memanggil bu Endang untuk rapat dan memberi tugas ini dan itu.

 

Kepada Prof. Laksono saya ceritakan apa adanya tentang ibu Endang. Tentulah yang bagus bagus: disiplin, profesional, cepat tanggap. Setelah itu Prof. Laksono sibuk SMSan lagi. Akhirnya seperti kita ketahui semua, Cikeas memanggil ibu Endang.  

Beberapa saat kemudian saya SMS Bu Endang. Langsung nyambung. Saya tanya di mana posisi dia? Beliau jawab, saya lagi di taksi mau ke Cikeas dan nyasar gak tahu arah. Saya bilang

dari Cibubur terus saja lurus, sampai ada perempatan, yang ke kiri arah Ciangsana, yang kekanan arah Puri Cikeas. Singkat cerita beliau akhirnya sampai ke Puri Cikeas dengan segala ritual it and proper test seorang calon menteri  ala Puri Cikeas (kalau ala Cendana dulu ada istilah AIDS/Aku Ingin Dipanggil Suharto, entah di Cendana diapain). Ternyata ke Cikeasnya tadinya naik taksi, namun  pulangnya diantar mobil seorang dokter berpangkat Jenderal Bintang Satu (Buku Selendang Panjang BU MENKES, hal 105-106 ).

 

Sebelum nama beliau diumumkan secara resmi sebagai Menkes tentulah banyak sekali nama calon Menkes   yang beredar dan muncul diberbagai media termasuk media gossip. Tentulah banyak yang harap-harap cemas. Dan, ada yang membuat joke lewat sms agar siang malam jangan matikan Hand Phone dan hendaknya dipasang pada ring tone dengan volume pol.  

Setelah nama beliau diumumkan dan kemudian dilantik secara resmi, banyak yang mematikan HP-nya pada malam hari dan pada siang hari menghidupkan dengan silent mode.

 

Beberapa saat setelah dilantik, beliau menelpon saya meminta kesediaan saya untuk menjadi salah satu Staf Khusus beliau. Saya menolak dengan halus. Saya katakan saya ingin merdeka menikmati masa pensiun dan ngurusi FETP saja dengan sistem APW agar bisa bebas melakukan kegiatan lain dan momong cucu.

 

Beliau memaklumi, namun meminta saya mencarikan calon Staf Khusus Wanita, dengan syarat  masih muda (beliau tidak bilang harus cantik).  Dan, pesannya, jangan lulusan UI karena  beliau sendiri sudah lulusan UI He he.... Saya iyakan dan ajukan beberapa nama. Nyatanya Staf Khususnya cowok semua berarti jago saya tidak ada yang goal He he...

 

Beberapa saat kemudian saya ditelpon mbak Isye Soentoro, penulis Buku Selendang Panjang BU MENKES, meminta waktu

ketemu saya di rumah untuk wawancara. Ternyata, wawancara tentang kesan saya selama mengenal ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, dan sedikit tentang virus Flu Burung dan NAMRU yang saat itu sedang heboh-hebohnya di media massa. Saya memberikan penjelasan apa adanya sejauh yang saya ketahui seperti ditulis dalam buku tersebut (hal 109-115, Dalam Perahu yang Sama ).

 

Pada bulan April 2010, sepulangnya saya menghadiri pertemuan Board of Trustees IVI (International Vaccine Institute ), di Seoul, istri saya masuk ICU RS. Dharma Nugraha karena mengalami dehidrasi berat dan  infeksi, efek samping setelah menjalani kemoterapi ke 4. Pulang dari menengok istri sehabis mandi, HP saya bunyi ternyata telpon dari Ajudan Menkes, mengatakan bahwa Bu Menkes mau bezoek Bu Nyoman di rumah sakit. Saya buru-buru kembali ke RS Dharma Nugraha, Rawamangun. Beliau saya tunggu di ujung kiri dekat IGD, ternyata masuknya lewat ujung lainnya. Setelah beliau masuk ICU, ketika itu istri saya sudah sadar penuh setelah cairan dan elektrolitnya terkoreksi. Dari jendela kaca, saya lihat beliau lama sekali ngobrol berdua. Saya tidak tahu apa yang diobrolkan saat itu padahal beliau belum pernah ketemu istri saya. Kalau Pak Mamahit yang suami beliau, memang kenal dengan istri saya.

 

Saya merasa terharu Ibu Menkes memberikan simpati dan empati kepada istri saya yang terbaring di ICU.

 

Karena tahu ibu Menkes yang datang, staf ICU dan RS Dharma Nugraha menggunakan kesempatan untuk  foto bersama.  

Selama beliau jadi Menteri, saya hanya  empat kali tatap muka dengan beliau, di RS Dharma Nugraha, Di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) setelah beliau membuka pertemuan 6 th Bi Regional Scientiic Conference TEPHINET Meeting pada tanggal 8 November 2011. TEPHINET singkatan dari Training in Epidemiology and Public Health Intervention Network, wadah dari program FETP (Field Epidemiology Training Program ) seluruh

dunia. FETP Indonesia yang sudah ada sejak tahun 1982, saat pak Adhyatma (almarhum) menjadi Dirjen P3M (P2PL sekarang), dipercaya menjadi tuan rumah pertemuan Bali tersebut. Setelah pembukaan, beliau agak lama duduk semeja dengan kami dan Direktur TEPHINET, karena kita semua tidak boleh keluar, pak SBY mau datang meninjau persiapan gedung BNDCC. Maklum, beberapa hari lagi gedung itu akan dipakai ASEAN SUMMIT, yang akan dihadiri Obama dan Putin. Sambil menunggu kita boleh keluar. Kami dihibur Joged Bumbung, yang menari putri karyawan KKP Kelas I Denpasar.

 

Sebagai putra Bali saya mendahului ngasih contoh ngibing. Akhirnya, peserta  lainnya dari berbagai negara turun ngibing...  

Pertemuan ketiga dengan beliau adalah pada saat kami pengurus pusat PAEI (Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia), menghadap beliau melaporkan kiprah PAEI dan meminta beliau untuk bersedia menjadi anggota PAEI. Beliau langsung bersedia, dan kartu anggotanya sudah dibuatkan dan tinggal menyerahkan kepada beliau.

 

Walau secara isik kami jarang ketemu, melalui SMS saya selalu komunikasi dengan beliau dan terkadang  mengkritisi beberapa hal –yang memang perlu dikritisi. Saya merasa ada komunikasi dua arah dengan beliau. Kesan saya, beliau menghargai saran dan pendapat saya (yang merasa sebagai senior he he...).  

Bulan April kemarin saya ke CDC Atlanta bersama pak Oscar dari PPSDM, pak Andi Muhadir, dan pak Hari Santoso dari DIT SIMKAR KESMA. Di sana kami mendengar kesehatan Ibu Endang menurun. Kita terus SMSan ke Jakarta  memantau perkembangan beliau. Hanya doa dan harapan saja yang bisa kami kirimkan dari jauh. Orang-orang CDC Atlanta yang mengenal beliau, Dr.Tim Uyeki, Dr.Frank Mahoney, yang banyak kerja sama dengan beliau menanyakan kesehatan beliau.

 

Sepulang ke Indonesia saya mencari kesempatan untuk bezoek,

dan menghubungi mbak Pretty. Disarankan agar bezoek pada hari kerja, jangan pada hari sabtu dan minggu, karena hari keluarga. Dengan nekat saya dengan pak Indriyono bezoek  pada hari minggu tanggal 29 april 2012 pagi.

 

Kami diantar pak Mamahit, bu Endang dibisiki yang datang pak Nyoman sama pak Indri. Beliau menoleh ke saya dan mengulurkan tangan kanannya. Saya pegang tangan beliau dan terasa masih hangat dan beliau menggenggam tangan saya dengan erat sambil berbisik lirih --saya tidak bisa mendengar apa yang beliau katakan. Air mata saya mengembang. Tangan beliau saya lepas dan saya berikan giliran ke pak Indriyono untuk menjabat tangan beliau. Ini adalah pertemuan saya keempat dan terahir dengan beliau.

 

Tgl 2 Mei 2012 , sekitar Pukul 11.00 pagi saya menerima SMS berita duka Beliau telah berpulang ke Rahmatullah. Dari Caesar ke Caesar dari Debu ke Debu....

 

Seorang putri    almarhum Prof. Sujiran Resosudarmo tokoh pendidikan, sebagai veteran yang berjuang di Bali bersama Ngurah Rai dan yang turut mendirikan Perguruan Rakyat Saraswati bersama DR. I Made Tamba (almarhum), wafat tepat pada Hari Pendidikan Naisonal. Suatu kebetulan.

 

Malamnya saya melayat ke rumah duka. Penuh pelayat, dari menteri sampai orang awam. Saya kemudian bergegas pulang begitu mendengar rombongan Bapak Presiden mau datang, daripada kejebak macet gak bisa pulang.

 

Di sebuah gerbang ASTANA tertulis: Sekarang Saya, Kapan Engkau

 

Selamat jalan Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih. Semoga arwahmu damai di sisiNya. Amin.