• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenangan dan Kesan dari Sahabat & Kawan

Indah Yuningprapti

Kepala Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu

Ibu Endang itu seorang peneliti sekaligus ilmuwan.

Dimulai dari pencarian metodologi sampai S3 di Harvard University dengan meninggalkan keluarga, dan memilih menjadi peneliti dengan mutasi ke Badan Litbangkes (tidak langsung sejak awal di Badan Litbangkes).

Beliau tidak setengah-setengah dalam segala hal. Jika bilang tidak bisa ya tidak bisa. Saya merasa terbantu sekali manakala saya memerlukan telaahan teknis waktu saya masih di jajaran Sekretariat Badan Litbangkes. Beliau pasti membantu walaupun sibuk.

Meskipun sebagai seorang perempuan karir  dan keras tekadnya, Ibu Endang tetap seorang perempuan biasa. Bisa menangis jika menyentuh perasaan hatinya, seperti juga saya dan para perempuan pada umumnya.

Agus Suwandono

Mantan Ka. Puslitbang Pelayanan Kesehatan, Sekretaris Badan Litbangkes, dan Ka. Puslitbang BMF. Kini Peneliti Pusat 1 (dahulu Puslitbang BMF).

”Mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke 56 kepada dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, saya doakan agar sehat, panjang umur, sejahtera, dan sukses. Kami kagum dengan ketegaran dan kebijakan bu Endang menghadapi segala masalah dan isu-isu yang sering memojokkan Ibu.

Semoga Allah SWT selalu mendampingi dan membimbing perjalanan hidup bu Endang dan keluarga.

Amin, amin, amin.

 

Pudjiharti

Mantan Ka. Bidang Pelayanan Penelitian Puslitbang BMF/ Pensiunan Puslitbang BMF

Sepanjang saya kenal bu Endang, beliau  adalah sosok yang cool, calm,  berkepribadian santun terhadap siapa pun, baik kepada kawan maupun lawan (maksud saya kepada orang yang kurang

disukai). Kesantunan menjadi sikap dalam hidup beliau untuk saling menghargai.

Dalam kesehariannya beliau sangat sederhana dalam berbusana namun tetap tampil menarik, serasi dengan asesoris produk Nusantara Indonesia, jelas beliau cinta Indonesia. Mengenai adanya pandangan negatif yang timbul dan tenggelam berkaitan dengan jabatan yang dipangku sekarang dengan jabatan sebelumnya sebagai peneliti, ditanggapi dengan cool dan cerdas. Kepribadian yang santun dan cerdas ini terbukti telah menghantarkan beliau ke jenjang tertinggi di tingkat kementerian.

 

Saya turut bangga dan Insya Allah beliau sukses membawa Indonesia sehat. Selain itu, beliau jujur,  tidak neko-neko, sangat cocok dengan ilosoi peneliti (jujur dan teliti),   apa adanya. Sebagai peneliti, tulisan-tulisan ilmiah beliau mudah dan enak dibaca, saya selalu memperhatikan daftar pustaka atau kutipan yang menjadi landasan teori dan analisis beliau, selalu up to date.

   Anorital

Mantan Ka. Bagian Tata Usaha Puslitbang BMF, kini Peneliti Pusat 1.

Sebelum beliau jadi Menkes, tidak banyak yang tahu siapa bu Endang. Meskipun di dunia internasional nama beliau sudah cukup lama berkibar dengan berbagai publikasi ilmiah, tapi  riwayat masa kecil dan keseharian beliau, banyak yang tidak tahu. Sewaktu beliau menjadi Ka. Puslitbang BMF, pernah suatu perusahaan percetakan yang khusus menuliskan riwayat hidup tokoh yang berpengaruh di Indonesia; menawarkan untuk menulis riwayat hidup beliau dengan membayar sejumlah tertentu sebagai pengganti ongkos cetak. Tapi beliau mendisposisikan kepada saya (saat itu saya sebagai Kepala Bagian Tata Usaha) bahwa beliau berkeberatan. Keberatannya bukan dalam hal uang yang diminta, melainkan beliau merasa belum pantas masuk ke dalam buku yang cenderung promosi diri. Ya .. bu Endang memang rendah hati, tidak pernah membangga-banggakan diri, meskipun beliau adalah doktor

lulusan Harvard, Ahli Peneli Utama, pernah jadi pejabat eselon 2. Tetap beliau tidak menunjukkan adalah yang ”paling”. Hal inilah yang menyebabkan beliau tidak menderita post power syndrome setelah beliau dilengserkan dari eselon 2 menjadi ”rakyat biasa”. Beliau bersikap biasa saja. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran beliau dalam setiap upacara di kantor Depkes Pusat, berbaur dengan para peserta di lapangan terbuka yang panas disinari mentari pagi. Padahal beberapa bulan yang lalu beliau berdiri di depan di barisan para pejabat eselon 1 dan 2. Setelah beliau menjadi peneliti kembali, habitat yang memang disukai bu Endang, saat-saat awal setelah lengser dalam berbagai acara, saya selalu memulai pidato dengan tidak lupa mengucapkan ”yang terhormat Ibu Endang”. Namun beliau berkeberatan. Hal itu langsung diucapkan beliau bahwa ”tidak perlu lagi diucapkan khusus untuk saya seperti itu”, kata beliau.

 

Sekitar awal 2009, di lemari dekat ruangan saya (lantai 2 gedung Labdu Puslitbang BMF)  tampak bungkusan besar yang ternyata berisi buku sekitar 50 eks. Saya tertarik dengan buku tersebut dan dengan seijin bu Endang; satu eksemplar buku tesebut dihadiahkan kepada saya. Judulnya ”Sudjiran Resosudarmo --Ketekunan Membawa Hasil: Dari Anak Desa Menjadi Guru Besar”. Penulisnya adalah Satimah Mardjana Sudjiran (isteri dari Prof. Sudjiran Resosudarmo); dan salah satu editornya adalah bu Endang yang merupakan anak kedua dari enam anak Bapak Sudjiran Resosudarmo dan Ibu Satimah Mardjana.  Dari buku biograi Prof. Sudjiran inilah kita bisa mengetahui sepenggal riwayat hidup bu Endang.

 

Endang Rahayu Sedyaningsih lahir di Jakarta pada tanggal 1 Februari 1955. Di rumah dan di lingkungan keluarga beliau, panggilan sehari-hari bu Endang adalah ”Enny”. Beliau merupakan anak kedua dari enam putera-puteri pasangan Prof. Sudjiran dan Dra. Satimah Mardjana (seorang Pustakawan). Dari enam bersaudara tersebut, saat ini yang hidup sampai dewasa hanya empat anak. Anak yang tertua (Wahyu Nurjaya) meninggal karena kecelakaan dan anak yang nomor empat

(Sri Wahyuni Lestariningsih) meninggal karena sakit menjelang usia remaja. Sebagai anak kedua, oleh ayah dan ibunya,  bu Endang dibentuk untuk menjadi anak yang mandiri, berani, dan pantang menyerah. Terlebih  sejak   Bapak Sudjiran dan Ibu Mardjana kehilangan putra tertua mereka saat masih anak- anak. Kehilangan kakak laki-laki, membuat bu Endang terlecut untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh ayah beliau. Bu Endang minta diajari mengemudikan kendaraan, mengganti ban mobil, dan pekerjaan mekanik lainnya yang sejenis. Tidak heran dalam usia 13 tahun, bu Endang sudah bisa mengemudi Jeep Toyota kendaraan keluarga.

 

Dalam buku biograi ayahanda beliau, bu Endang ada menulis bahwa jika beliau menghadapi berbagai kesulitan, maka beliau akan teringat Nina (Sri Wahyuni Lestariningsih), adik beliau yang beliau sayangi, meninggal dalam usia 16 tahun. Berikut cuplikan tulisan beliau: ”Tetapi kalau saya menghadapi kesulitan di dalam pekerjaan atau dalam segi kehidupan saya yang lain, di kala saya hampir sampai pada titik putus asa, saya selalu teringat Nina. Pada usahanya yang tidak kenal lelah. Pada cita-citanya yang tidak kenal batas …... Saya tidak akan pernah menyerah pada kesulitan. Nina sudah memberi contoh”. ”Ya bu Endang, kami seluruh warga Puslitbang BMF dan Badan Litbangkes berada di belakang Ibu”.

  Jastal

Kepala Balai Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

  Ibu Endang adalah peneliti senior yang suka berbagi ilmu pengetahuan dan punya punya tutur bahasa yang lembut dalam menyampaikan saran. Beliau adalah penengah bagi peneliti senior lainnya, apalagi peneliti yunior jika mendapat tekanan pertanyaan dari para reviewer atau peserta pertemuan. Beliau memberikan masukan untuk perbaikan jika ada yang memang harus diperbaiki dengan kata-kata yang sopan dan halus. Dalam memberikan masukan terhadap proposal/protokol atau materi yang disajikan selalu beliau memberikan contoh perbandingan. Baru kemudian menanyakan dengan sopan kepada penyaji. Satu

hal yang sangat berkesan terhadap beliau adalah bahwa beliau tidak sombong dan cepat akrab dengan semua tingkatan dan usia di Badan Litbangkes.

 

Berikut suatu pengalaman pribadi saya.

Suatu ketika saya pulang dari Bandung menghadiri pertemuan (saya lupa nama pertemuan itu) yang juga beliau hadir dalam pertemuan tersebut. Setiba di rumah, saya menyampaikan ke istri saya bahwa sekiranya Allah menganugerahi kita seorang anak perempuan, maka saya akan berikan nama Endang Sedyaningsih.  

Istri saya bertanya; “Siapa itu?”

Saya jawab: “Beliau adalah seorang peneliti senior cantik; cantik rupanya dan cantik hatinya, pandai dan tidak sombong, tidak suka menjatuhkan penyaji/pembicara dalam suatu pertemuan. Lembut tutur kata bahasanya dalam memberikan masukan. Beliau sangat memperhatikan orang saat menyampaikan ide dan pikirannya. Seandainya seluruh peneliti senior di Badan Litbangkes  seperti beliau maka mungkin Badan Litbangkes bisa cepat maju”.

Kemudian istri saya menjawab; “Insya Allah”.  

Semoga Ibu Endang cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat melanjutkan amanah yang diberikan.   

 

Siti Isfandari

Sahabat Ibu Endang, Mantan Peneliti Puslitbang BMF, kini Peneliti Pusat 4.

Menjadi salah satu teman bu Endang memberi banyak manfaat, baik hubungan pertemanan maupun secara profesional.  Banyak teman berkata kepada saya “Mbak Is, anda sangat beruntung punya hubungan cukup dekat dengan bu Endang”. Kenyataannya saya memang merasa demikian.

 

Dari segi profesional, saya banyak belajar mengenai kerapihan

dan cara menulis yang fokus dan baik. Dari beliau lah pertama kali saya belajar mengkaji dokumen yang bisa dikategorikan sebagai kajian dokumen untuk kebijakan. Alhamdulillah, laporan tersebut akhirnya dicetak menjadi buku. Sangat membanggakan melihat nama saya berdampingan dengan beliau. Bu Endang benar-benar guru yang baik. Padahal sebenarnya sebagian besar buku tersebut ditulis ulang oleh beliau, tapi beliau mempersilakan agar nama saya menjadi nama pertama. Dari peristiwa seperti ini tampak jelas bahwa jiwa pendidik beliau sangat besar.

 

Bu Endang sangat bangga bila kader-kadernya menjadi mandiri, karena itulah harapan beliau. Salah satu prinsip yang selalu dianut oleh bu Endang adalah don’t put your eggs in one basket. Beliau banyak mendidik kader yang siap pakai jika dibutuhkan kapan pun. Jika beliau mendelegasikan wewenang, kita diberi tanggung jawab sepenuhnya, atas semua hal, namun dengan tangan terbuka menerima kita berkonsultasi jika menghadapi kesulitan.

Hal lainnya adalah bu Endang sangat menghargai sesama. Beberapa kali saya membantu melakukan analisis data, yang memang merupakan kesenangan saya, untuk beliau dalam rangka menulis manuskrip internasional. Saya sangat berterimakasih sekali nama saya dimasukkan di dalamnya, dan bu Endang memasukkan semua nama yang terlibat dalam proses penyusunan manuskrip tersebut. Karena beliau lah nama saya dapat tercantum dalam publikasi internasional. Atas pengalaman ini, saya bertekad untuk dapat memasukkan tulisan dalam publikasi internasional.

Satu lagi karakter bu Endang yang mengesankan, yaitu beliau mau mendengar dan memberi perhatian atas masukan orang lain. Dalam hubungan antar manusia, saya terkesan dengan keramahan dan kerendahan hati beliau, sangat rajin menyapa dan memberi senyum yang memberi kebahagiaan bagi yang menerimanya. Selain itu saya mendapat ilmu bersolek juga dari bu Endang yaitu cara membikin alis. Disarankan sebaiknya

dilakukan dengan cara mengarsir seperti melukis. Hasilnya, alis saya cukup cantik.

 

Ada lagi suatu pengalaman saya dengan bu Endang yang sampai saat ini masih selalu teringat oleh saya.

 

Pada suatu hari saya ditelpon bu Endang untuk membuat slide tentang materi kursus kualitatif  dengan praktek indepth interview. Saya buat sebaik yang saya mampu, kemudian bu Endang mengoreksi hasil kerja saya. Beberapa hari kemudian, bu Endang mengajak saya untuk memberi materi tersebut pada peserta kursus di Bandung. Metode yang dipakai sangat interaktif. Saya dan bu Endang saling mengisi. Tapi yang mengagumkan adalah bu Endang memberikan kesempatan kepada saya seluas-luasnya dan beliau memberikan pendalaman jika penjelasan saya kurang mantap. Peserta sangat puas dengan materi yang kami berikan.  

Betul-betul pengalaman yang berharga bagi saya.   

Lutfah Rif’ati

Peneliti Pusat 1 (dahulu Puslitbang BMF)

Enam tahun lalu pertama kali kami bertemu, beriring menuju NAD pasca tsunami. Kesan pertama, Ibu ini sangat energik! Ternyata ibu bersuamikan guru saya saat belajar di FKUI 10 tahunan yang lalu. Dunia memang selebar daun kelor. Hari ketiga di  Banda Aceh,  NAD.

Saat makan malam bersama di rumah makan dekat base- camp tiba-tiba bumi bergoyang, piring dan gelas berseluncur di atas meja, kami bergegas keluar gedung dan, “air naik, air naik”, orang-orang berteriak panik. Bergerombol orang panik, berlarian merangsek ke arah tengah kota melintasi kami yang terpaku kebingungan.  Wajahku pias, otak pun jadi kurang waras. Pendamping lokal yang bergelar “Pak Panglima”  membawa kami ke bawah pohon besar di halaman depan base-camp dan menginstruksikan jika air sampai ke daerah ini, maka kami harus meraih dahan pohon tersebut agar tidak terseret arus tsunami susulan.  Tidak puas dengan petunjuk Pak Panglima, saya usul 

untuk mengikuti arus manusia yang mengarah ke dataran lebih tinggi, Blang Bintang.

 

Dengan pitch control yang sangat baik Ibu berucap: “Lulu, sabar, kita siap saja disini dan berdoa semoga semua baik-baik saja,” . Melelehlah ketegangan saya dan makin deras doa mengalir dari lisan saya. Alhamdulillah tsunami tidak hadir lagi.

 

Perjalanan karir Ibu adalah ayat kauniyah Allah subhanahu wa ta’ala,   Allah yang mengajarkan kepada manusia tentang mudahnya Allah membolak-balikkan nasib hamba-Nya semudah membalik telapak tangan.  

 

Eko Raharjo

Mantan Peneliti Puslitbang BMF/Pensiunan Puslitbang BMF

Bu Endang telah mengajak  dan menunjukkan kepada saya bahwa pekerja seksual komersial (PSK) itu juga manusia yang tetap harus kita hargai harkat kemanusiaannya walau ada sisi hitamnya karena kebanyakan dari mereka (PSK) adalah korban dari ketidak-bertanggung-jawaban kaum lelaki. Mereka menjadi PSK untuk sekedar “menyambung nyawa” buat diri dan keluarganya.

 

Selamat Ultah Bu Endang, semoga Allah memberikan kesehatan dan ketenteraman batin kepada Ibu.

 

Supraptini

Peneliti Pusat 3 (dahulu Puslitbang ESK)

Sebagai peneliti, beliau merupakan peneliti yang sangat bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diembannya, disiplin, tidak kenal lelah, dan tidak mudah mengeluh atau menyerah.

Sebagai teman, beliau sangat baik, ramah, dan bersahabat. Tidak pilih-pilih teman, dan sangat peduli dan mau membantu teman bila dibutuhkan. Sebagai Menkes, beliau cepat tanggap, tegas, dan memperhatikan rakyat terutama untuk kesehatan masyarakat luas.

Ajat Sudrajat

Staf Sub Bagian Tata Usaha Sekretariat Badan Litbangkes

Ada sedikit cerita yang dapat saya sampaikan pada saat Ibu Endang RS masih sebagai Peneliti/Kepala Puslitbang BMF. Kejadian ini sekitar bulan November 2008 pada saat itu Ibu akan menghadiri meeting di New Orleans Lousiana, USA tanggal 7-11 Desember 2008. Seperti biasa saya mengurus paspor untuk exit permit dan visa. Selama proses pegurusan exit permit tersebut saya belum lapor perkembangan pengurusan paspor. Saya selalu menghindar bila bertemu dengan Ibu, khawatir ditanya karena saya belum mencek perkembangan proses pengurusan. Hari berikutnya saya ada di Depkes untuk urus paspor. Tidak disangka saya malah bertemu dan satu lift dengan Ibu. Beliau tidak bertanya, tapi untungnya tidak ada masalah dengan proses pengurusan  paspor Ibu.

 

Telly Purnamasari Agus

Pejabat Eselon 4 Pusat 1/Peneliti Pusat 1 (dahulu Puslitbang BMF)

Kenangan mengikuti diklat PIM IV menjadi catatan terindah dalam perjalanan karirku.

Pagi hari sebelum acara pembukaan, seluruh peserta diklat sarapan di ruang makan. Setelah mengambil makanan, aku duduk di meja bundar bersama dua peserta lainnya. Baru saja akan menyuap santapan pertama, aku sangat  terkejut, tepat di hadapanku terpampang foto seorang wanita anggun yang sangat aku kenal. Bu Endang!!.

 

Tepat pukul delapan pagi seluruh peserta memasuki ruang diklat. Setelah mengisi absen, aku berjalan ke depan kelas, dan ….. senyum itu ada lagi!. Bahkan dengan ukuran  X banner yang lebih besar, berada di sisi kanan panggung tepat di sebelah podium. Aku duduk di baris kedua dari depan. Acara pembukaan, seluruh peserta yang mengenakan baju hitam putih berdiri menyanyikan lagu kebangsaan. Di ruang yang cukup besar ini, aku hampir meneteskan air mata saat mengumandangkan lagu Indonesia Raya.  Dalam hikmatnya lagu kebangsaan dan berdiri di ‘hadapan’

ibu, mataku tidak lepas memandangi foto itu sampai lagu usai. Dalam hati aku berucap “Aku akan berusaha menjalankan diklat ini dengan baik, dan membuat ibu terus tersenyum”.

 

Tidak terasa sampai di penghujung waktu berakhirnya diklat. Timbul rasa sedih karena harus berpisah dengan 38 teman yang sudah seperti sanak saudara. Acara penutupan, seluruh peserta mengenakan setelan jas hitam. Dengan bangga dan semangat kami menyanyikan Mars Angkatan IX Diklat PIM 4 tahun 2010. Aku juga bangga melihat 4 orang teman yang berdiri di depan kelas, salah satunya adalah peserta dari Litbangkes yang masuk dalam peringkat lima besar. Saat diumumkan peringkat pertama, aku tidak percaya namaku dibaca dengan jelas dan dipanggil ke depan kelas. Aku baru yakin setelah teman yang duduk di sebelahku mengulurkan tangannya memberikan selamat.

 

Dengan membalas senyum Ibu Menkes, aku maju ke depan kelas menerima menerima map hijau berisi sertiikat yang bertuliskan ”peringkat pertama. Selamat ulang tahun Ibu, do’a kami selalu untuk Ibu dan keluarga, agar Ibu terus tersenyum memancarkan kekuatan aura.

 

Tonny Murwanto

Mantan Peneliti Puslitbang BMF, kini Peneliti Pusat 3.

Ibu Endang adalah seorang pemikir yang penuh dengan ide-ide baru. Beliau  memiliki empati yang tinggi dan penuh perhatian terhadap mitra/rekan kerja maupun staf. Beliau juga dapat memberikan sebuah solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh staf/rekan kerja. Untuk itulah dalam kesempatan berbahagia ini saya hanya dapat mendoakan, semoga Ibu Endang dapat menjalankan tugas yang diemban sebagai sebuah amanah, serta diberikan ketabahan, kesehatan, dan kesuksesan selalu.  

Sri Idaiani

Mantan Peneliti Puslitbang BMF, kini Peneliti Pusat 2.

Ibu Endang adalah sosok yang ingin melihat peneliti/staf maju bersama beliau. Tahu kelebihan serta kekurangan seseorang.

Semua orang  diberi kesempatan serta diberi jalan untuk maju bersama. Sikap seperti ini banyak menginspirasi kami untuk lebih memahami kehidupan ini.

 

Rita Marletta Dewi

Pejabat Eselon 4/ Peneliti Pusat 1

Ibu Endang sangat baik, sederhana, dan kekeluargaan. Selalu membimbing para peneliti yunior dan menolong tanpa pamrih. Saat sebagai Ka. Puslitbang BMF beliau bicara halus dan santai, tidak sombong dan tidak pernah merendahkan orang lain. Mengagumkan. Semoga Tuhan memberkati Ibu Endang.

Laurensia Konadi

Peneliti Pusat 1 (dahulu Puslitbang BMF).

Ibu Endang RS adalah sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi untuk masyarakat, pekerja keras dan menghargai kerja sesama. Semoga Tuhan YME selalu melindungi beliau.

 

Armedy Ronny Hasugian

Mantan Peneliti Puslitbang BMF, kini Peneliti Pusat 2.

Dari tiga peneliti senior yang langsung membimbing saya, salah satunya adalah Bu Endang. Saya ingat waktu beliau mengajarkan ke saya cara membuat protokol kejadian luar biasa (KLB) sekitar tahun 2005. Saat itu beliau  langsung mendampingi saya,  mendidik dan mengarahkan dengan baik sehingga membuat saya mengerti tahapan pembuatan dan isi protokol  tersebut dengan baik.

 

Nurendah Pracoyo

Peneliti Pusat 1 (dahulu Puslitbang BMF).

Pengalaman yang sangat berkesan buat saya pribadi antara lain adalah berkat bantuan beliau saya bisa mengambil S2. Saat menyusun thesis beliau memberi kesempatan untuk menggunakan data sekunder yang sebetulnya sedang dalam penulisan, namun beliau menganjurkan menganalisis data tersebut dari sisi lain. Selain itu beliau memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian sehingga saya bisa menyisisihkan dana guna membayar uang kuliah, karena saya

tidak didanai BPPSDM.  

Dari segi moril, beliau mendukung saya untuk maju terus dalam berkarir di saat saya baru mengalami kesedihan. Saya banyak sekali berhutang budi kepada beliau, tapi belum bisa membalas kebaikan beliau, sehingga rasanya malu untuk bertemu karena belum ada kesempatan yang berharga untuk membalas kebaikan beliau. Hal yang bisa saya lakukan saat ini adalah selalu mendoakan semoga beliau selalu dilindungi, diberi kekuatan dalam mengemban tugas Negara, dijauhkan dari itnah, dan selalu diridhoi, diberkahi sepak terjang beliau, dan diberi kesehatan yang prima dalam merangkai kemajuan di bidang kesehatan.  Amin yaa rabbal ’alamin.

Aep Syaefudin

Mantan Sekretaris Ka. Puslitbang BMF /Pensiunan Puslitbang BMF

Mengenai keseharian Ibu Endang, sepanjang yang saya ketahui dan pahami selama beliau menjadi Ka. Puslitbang BMF dan saya sebagai staf yang paling dekat dengan beliau kurang lebih selama 1 tahun adalah sebagai berikut :

·  Beliau sangat konsisten terhadap waktu, sangat menghargai waktu, datang ke kantor pagi pukul 07.30 dan pulang paling cepat pukul 19.00.

·  Sangat teliti terhadap surat–surat baik yang masuk atau keluar, sedikit saja ada kesalahan ketik (kurang titik atau koma) surat harus diperbaiki (terutama untuk surat keluar).

·   Beliau bersikap sangat menghargai karya orang lain.

·  Bersikap tidak memperlihatkan raut muka marah, hanya sekali beliau marah pada saat rapat dengan peneliti. Mungkin sangat menyinggung kebijakan beliau.

·  Kesukaan beliau adalah bunga anggrek, untuk itu   di ruang kerja beliau harus ada bunga anggrek segar.

·  Beliau sangat suka makan es krim Conello dan rujak buah. Di kulkas selalu saya siapkan es krim.

·   Beliau jarang makan nasi, kalau makan siang hanya makan mie ayam dan jus alpukat.

S

aat itu akhir bulan Januari 2005. Saya sebagai Ka Puslitbang Pemberantasan Penyakit amat sibuk sekali selain dengan Tsunami, pembangunan Lab Darurat di Banda Aceh, terjadi