• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Ekologi Budaya

Teori ekologi budaya yang dikemukakan Steward berbeda dengan teori ekologi manusia dan ekologi sosial di dalam mencari penjelasan mengenai asal mula gambaran khusus budaya dan pola-polanya yang bertujuan untuk mencirikan perbedaan wilayah dan kaitannya dengan budaya, dan tidak untuk menggeneralisasikan suatu bentuk kebudayaan secara universal. Dalam teori ekologi budaya, lingkungan sangat mempengaruhi budaya suatu masyarakat. Teori ekologi manusia menampilkan masalah dan metode. Permasalahan bertujuan untuk memastikan apakah adaptasi dari suatu komunitas masyarakat terhadap lingkungannya membutuhkan cara khusus atau perilaku khusus atau mungkin mereka memberikan kebebasan terhadap pola-pola perilaku khusus (Steward dalam Haenn dan Wilk, 2006).

Di dalam teorinya Steward menawarkan yang disebutnya sebagai cultural core atau inti budaya. Inti budaya diartikan sebagai konstelasi dari ciri-ciri utama yang paling mendekati aktivitas subsistensi atau aktivitas kehidupan dan perencanaan ekonomi atau tatanan ekonomi. Unsur budaya termasuk pola-pola tatanan sosial, budaya dan agama. Konsep normatif, di mana tinjauan budaya sebagai suatu sistem dari penguatan perilaku berasal dari sekumpulan perilaku dan nilai-nilai. Bagi teori ini, teknologi, tata guna lahan, kepemilikan lahan, dan ciri- ciri sosial berasal dari budaya. Bagi komunitas yang peradabannya telah maju, inti budayanya ditentukan oleh kompleksnya penggunaan teknologi, dan lamanya sejarah peradaban komunitas tersebut. Faktor teknologi dan ekonomi berperan strategis dalam setiap masyarakat. Inti masyarakat bagi Steward dan menentukan suatu perubahan adalah lembaga teknologi dan ekonomi, sementara unsur-unsur lain seperti organisasi sosial maupun politik lebih kecil peluangnya, dan yang paling kecil peluangnya adalah faktor ideologi termasuk agama (Steward dalam Dove dan Carpenter, 2008).

Budaya cenderung mengekalkan dirinya sendiri, dan perubahan terjadi namun lambat. Namun, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa zaman milenium pada lingkungan yang berbeda budaya menjadi cepat berubah, dan pada dasarnya perubahan ini dapat diketahui sebagai bentuk adaptasi baru yang memerlukan perubahan teknologi dan produksi. Sebagai contohnya adalah pada zaman pra pertanian menetap, kira-kira 99 persent dari alat untuk kegiatan berburu dan meramu nampaknya merupakan suatu hasil difusi dari keterbatasan mereka terhadap alam. Beberapa teknologi yang lebih maju, seperti teknik metalurgi dapat diterima jika prasyarat seperti stabilnya populasi di komunitas tersebut, adanya waktu rehat yang lebih banyak, dan adanya pembagian kerja atau spesialisasi secara internal.

Bagi teori ini, lingkungan tidak membatasi penggunaan teknologi, dan teknologi muncul berdasarkan kondisi ekologi yang ada. Selain teknologi juga organisasi sosial dalam hal kegiatan memperoleh sumberdaya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi khas ekologi yang mereka hadapi. Steward mengilustrasikan komunitas Eskimo yang menggunakan tombak, jebakan, wadah dan dan teknologi lain yang tersebar luas, namun teknologi ini memang dikhususkan untuk mendapatkan ikan dan mamalia laut, populasi orang Eskimo sangat sedikit, dan organisasi perburuan didasarkan pada prinsip kerjasama, dan perburuan dilakukan secara tersebar dan berkelompok berdasarkan kelompok

14

keluarga. Sementara suku Indian Shoshoni di dalam organisasi perburuan tidak atas dasar kerjasama antara kelompok keluarga, melainkan melalui persaingan diantara kelompok-kelompok keluarga. Sumberdaya bagi suku Shoshoni adalah common pool resouces. Kelangkaan sumberdaya menyebabkan bangsa Indian Shoshoni membentuk organisasi perburuan atas dasar persaingan. Dari gambaran contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa proses adaptasi dibentuk oleh ekologi yang dihadapi masing-masing komunitas.

Basis teoritikal dari bentuk ekologi manusia dielaborasi sebagai model dari faktor-faktor yang menentukan suatu komunitas masyarakat beradaptasi terhadap lingkungannya, dengan dasar pemikiran atau premis penting dari bagaimana kehidupan itu dibangun oleh sebuah komunitas. Kondisi lingkungan tertentu atau keterbatasan alam yang dihadapi oleh setiap masyarakat, yang direspon oleh teknologi yang diciptakan masyarakat akan menimbulkan organisasi sosial dengan tipe tertentu. Yang menarik dari teritisasi Steward mengenai adaptasi ekologi adalah mengenai inti budaya atau cultural cores. Menurut Steward core budaya merupakan konstelasi ciri-ciri komunitas yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas subsistensi dan pengaturan ekonomi di setiap komunitas. Selanjutnya menurut Steward, gambaran nyata setiap komunitas beradaptasi dengan lingkungannya adalah melalui gambaran teknologi. Teknologi bagi Steward merupakan jendela mengenai bagaimana masyarakat melihat lingkungannya. Teknologi memberi pesan kepada kita bahwa apapun jenis lingkungannya adaptasi tergantung kepada alat-alat yang kita bawa ke lingkungan kita. Kemudian segala aspek yang secara langsung berhubungan dengan kerja dari teknologi dikategorikan pula sebagai inti budaya. Maka inti budaya menurut Steward hanya tiga unsur yang saling berinteraksi satu sama lainnya, antara lain teknologi sebagai unsur awal adaptasi, disusul dengan organisasi ekonomi dalam artian sebagai pola-pola perilaku sosial ekonomi (misalnya relasi di dalam organisasi kerja), dan kependudukan, meliputi pola-pola pemukiman, kepadatan penduduk, komposisi penduduk, dan sebagainya. Misalnya menurut Steward dalam Dove and Carpenter (2008) menggambarkan suku Shosoneans yang bermukim di wilayah The Greath Basin, North America, menghadapi sumberdaya yang terbatas, maka masyarakat dengan teknologi tertentu (berdasarkan tipe sumberdaya yang dihadapi), kemudian membangun organisasi sosial ekonomi dengan tidak mengutamakan tindakan ekonomi komunal, mengurangi kerjasama yang akan menimbulkan kelangkaan sumber makanan keluarga, tidak mengenal adanya property rights, dan tipe penduduk yang tidak terlalu padat dengan kondisi pemukiman yang tidak terpusat namun terpencar-pencar sesuai dengan titik persediaan makanan oleh alam. Bagian inti tersebutlah menurut Steward adalah yang sangat responsif terhadap perubahan dan adaptasi. Berbagai bentuk penyesuian terhadap tekanan-tekanan ekologis secara langsung akan dapat mempengaruhi unsur inti dari suatu struktur sosial. Agar tetap produktif maka suatu perubahan kebudayaan yang diakibatkan oleh faktor ekologis, harus menimbulkan suatu upaya pengaturan kembali yang berpengaruh terhadap struktur sosial komunitas tersebut.

15

Gambar 1. Model Teori Ekologi Budaya Julian Steward

Teori Steward mengenai ekologi budaya sekali lagi menekankan bagaimana komunitas masyarakat melakukan kegiatan adaptasi terhadap lingkungan yang dihadapi beserta perubahan yang menyertainya. Model dari ekologi budaya tersebut, terdiri dari empat elemen yang saling terhubung, antara lain: seperti yang telah diungkapkan sebelumnya adalah (a) cultural core, (b) teori evolusi multilinier, (c) tingkat integrasi sosio kultural, (d) dan tipe budaya. Yang kemudian menjadi perdebatan dan dianggap sebagai kelemahan dari teori ini adalah asumsi bahwa perubahan masyarakat akan menuju pada bentuk masyarakat yang sama meskipun melalui tahapan yang berbeda, dan kecepatan yang berbeda pula tergantung pada teknologi, dan kemampuan adaptasi dari komunitas tersebut. Dalam teorinya lingkungan (geografic area), menentukan bentuk dari sistem nafkah atau tipe-tipe subsistensi. Sistem ekonomi ini kemudian akan menentukan kepadatan penduduk sekaligus ukuran dari masyarakat (community size) dan pada akhirnya pola-pola pemukiman (settlement pattern), akan membentuk tingkatan sosial budayanya (Gambar 1)

Namun, dalam teori ekologi budayanya, Steward rupanya tidak memperhitungkan organisasi sosial, ritual keagamaan, kepemimpinan, ideologi dan politik, dan kelompok masyarakat lainnya, sebagai faktor dinamisasi setiap sistem sosial. Geografic Area Settlement Pattern Community Size Demografi Subsistence Type Socio Cultural Level

16