• Tidak ada hasil yang ditemukan

Per ekonom ian N asional Per tum buhan Ekonom i

Dalam dokumen Nota Keuangan RAPBN 2013 (Halaman 49-54)

M em asuk i t ahun 20 12 dam pak per l am bat an ek onom i gl obal di per k i r ak an m ul ai memengaruhi kondisi domestik melalui jalur ekspor. Sejak pertengahan tahun 2011 kinerja ekspor menunjukkan kondisi yang mulai menurun. Namun, dengan perkiraan masih kuatnya daya beli masyarakat, tetap tingginya keyakinan konsumen, dan adanya respon kebijakan fiskal dan m onet er , per m i nt aan dom est ik di per kir akan t etap kuat unt uk mendukung pertumbuhan PDB. Dengan per kembangan tersebut, sampai dengan semester I tahun 2012, ekonomi I ndonesia tumbuh 6,3 persen (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan semester I tahun 2011 sebesar 6,4 persen (yoy). Pertumbuhan ekonomi selama semester I tahun 2012 terutama didukung oleh kinerja permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja eksternal (net ekspor) masih tertekan oleh melambatnya permintaan dunia. Dar i sisi produksi, pertumbuhan ter sebut didukung oleh per tumbuhan sektor per tanian, sekt or per tambangan, sektor listr ik, gas, dan ai r ber sih, ser t a sektor konstruksi.

Pada semester I tahun 2012 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,0 persen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 persen (yoy). Kondisi tersebut terkait dengan terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong peningkatan konsumsi r umah tangga. Pertumbuhan konsumsi r umah tangga didor ong oleh meningkatnya konsumsi makanan dan nonm ak anan. Konsum si m ak anan t um buh 4,0 per sen, sedangk an k onsum si nonmakanan tumbuh sebesar 5,8 per sen. Per an atau distr ibusi konsumsi r umah tangga masih relatif tinggi yaitu sebesar 53,9 persen, sedangkan kontribusinya (shar e to gr ow th)

5,03 4,35 3,13 4,19 4,45 3,98 3,0-3,5 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 0 50 100 150 200 250 2007 2008 2009 2010 2011 2012*) 2012**)

Sumber: WEO-I MF, April & Juli 2012

GRAFI K 2.14

PER KEM BAN GAN I N D EK S H ARGA K OM OD I TAS D AN I N FLASI GLOBAL

I nflasi Dunia (%, yoy) (RHS) Minyak Pangan Pert anian Logam *) WEO April 2012 **) WEO Juli 2012

M inyak Pangan Pertanian Logam 2007 10,7% 15,1% 5,0% 17,4% 2008 36,4% 23,3% -0,8% -7,8% 2009 -36,3% -13,1% - 17,0% -19,2% 2010 27,9% 11,8% 33,2% 48,2% 2011 31,6% 19,4% 22,7% 13,5% 2012* ) 10,3% -9,1% -13,2% -10,5% 2012 ** ) -2,1% n.a n.a n.a

* ) Per k i r aa n W EO-A pr i l 2 0 1 2

**) Per k i r aa n W EO-Ju l i 2 0 1 2 Su m b er : IM F

PERU BAH AN H AR GA KOM ODI T AS GL OBAL T ABEL 2.4

Sementar a itu pada per iode yang sama, konsumsi pemerintah tumbuh 6,5 per sen (yoy), meningkat dar i pertumbuhan pada semester I tahun 2011 yang sebesar 3,7 persen (yoy). Pertumbuhan itu mer upakan pencapaian tertinggi sejak awal tahun 2011. H al tersebut ter kait dengan pr ogr am per cepat an dan penyer apan anggar an yang mul ai di laksanakan oleh Pemer intah melalui pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyer apan Anggar an (TEPPA). Konsumsi pemerintah didor ong oleh belanja barang dan belanja pegawai, yang masing-masing tumbuh sebesar 9,6 persen dan 2,7 persen. Peran atau distribusi konsumsi pemerintah relatif kecil, yaitu sebesar 8,0 persen sedangkan kontribusinya hanya 0,4 per sen. Kinerja PM TB/ investasi juga mengalami peningkatan selama semester I 2012, yaitu tumbuh mencapai 11,2 per sen (yoy), lebih tinggi dar ipada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,3 persen (yoy). Hampir semua jenis PM TB/ investasi tumbuh positif, kecuali i nvest asi l ai nnya dar i dal am neger i yang m engal am i k ont r ak si . Pendor ong ut am a pertumbuhan PM TB/ investasi adalah jenis bangunan, alat angkutan luar negeri, dan investasi lainnya dari luar negeri. I nvestasi bangunan tumbuh 7,2 persen (yoy) seiring dengan mulai m ar ak nya pem bangunan i nfr ast r ukt ur yang di l akukan Pem er i nt ah dengan adanya penambahan belanja modal pemerintah dan ber lanjutnya pr ogr am M P3EI . I nvestasi jenis al at angkutan l uar neger i t umbuh m elonjak sebesar 46,4 per sen (yoy), ter kai t dengan pembelian pesawat udar a oleh beberapa maskapai penerbangan I ndonesia dan pembelian kereta api oleh PT KAI . M eningkatnya kinerja investasi juga ter cermin dari realisasi PM A-PM DN yang tumbuh 28,1 per sen, dengan r incian A-PM A tumbuh 30,4 per sen dan A-PM DN tumbuh 22,7 per sen. I nvestasi mempunyai peran dalam per tumbuhan ekonomi sebesar 32,3 persen dan kontribusinya mencapai sebesar 2,6 per sen.

Kinerja ekspor mengalami per lambatan selama semester I 2012 yaitu sebesar 4,8 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan semester I 2011 yang tumbuh sebesar 14,7 persen (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, penurunan ekspor juga disertai dengan penur unan impor yang pada semester I tahun 2012 hanya tumbuh sebesar 9,5 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan semester I tahun 2011 yang sebesar 14,9 per sen (yoy). Secar a nominal, total nilai ekspor I ndonesia pada semester I tahun 2012 mencapai US$96,8 miliar atau tumbuh sebesar negatif 1,76 persen (ytd). Komoditi yang memiliki peran besar dalam ekspor nonmigas antara lain batubara, CPO, karet, dan elektronik. Per anan ekspor sektor manufaktur masih mendominasi total ekspor nonmigas yaitu sekitar 60 per sen, diikuti sektor per tam bangan sekit ar 17,1 per sen, dan sisanya sektor per t anian. Negar a tujuan utama komoditi ekspor nonmigas masih tertuju pada Cina, Jepang, AS, I ndia, ASEAN, dan Korea Selatan. Sementara itu pada per iode yang sama, total impor I ndonesia mencapai sebesar US$96,4 miliar atau tumbuh 15,3 per sen (ytd) dengan komoditi nonmigas utama yang diimpor adalah mesin, elektr onik, dan besi-baja. Sebagian besar komoditi yang diimpor tersebut ber asal dari Cina, Jepang, AS, dan Korea Selatan. Sebagian besar impor I ndonesia (93 persen) merupakan impor bahan baku/ penolong dan barang modal, sedangkan barang konsumsi hanya sekitar 7,0 per sen.

Dari sisi produksi, semua sektor ekonomi mencatat pertumbuhan positif pada semester I 2012. Dar i sem bi l an sekt or ekonomi , t er catat empat sekt or di ant ar anya mengalam i peningkatan per tumbuhan bila dibandingkan dengan semester I 2011, sedangkan sisanya mengalami per lambatan atau r elatif sama. Lima sektor yang mengalami kenaikan yaitu: sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan; sektor pertambangan; sektor listrik, gas, dan air bersih; dan sektor konstruksi. Sektor perdagangan, hotel, dan restor an mencatat per tumbuhan yang r elatif sama, sedangkan sektor -sektor yang mengalami per lambatan yaitu sektor industri pengolahan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate, dan jasa per usahaan; serta sektor jasa-jasa.

Sektor per tanian pada semester I 2012 tumbuh sebesar 4,0 per sen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan semester I tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,6 persen (yoy). M asa panen r aya yang t er jadi pada awal sem ester ini telah mendor ong per t um buhan subsektor tanaman bahan makanan sebesar 3,9 per sen. Subsektor lain yang ikut mendorong sektor pertanian adalah subsektor perkebunan dan subsektor perikanan yang masing-masing tumbuh 4,4 persen dan 6,2 persen. Sementara itu, subsektor kehutanan hanya tumbuh 0,4 persen. Per an atau distribusi sektor per tanian menempati urutan kedua yaitu sebesar 15,0 persen sedangkan kontribusinya mencapai 0,5 per sen.

Sektor industri pengolahan pada semester I 2012 tumbuh sebesar 5,5 persen (yoy), sedikit melambat bila dibandingkan dengan per iode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 5,6 per sen (yoy). I ndustr i nonmigas masih tetap menjadi pendorong utama kinerja sektor industri dengan pertumbuhan sebesar 6,1 persen (yoy). Beberapa industri yang mendorong per tumbuhan industri nonmigas antar a lain industr i makanan, minuman, dan tembakau (tumbuh 7,0 per sen); industr i pupuk, kimia dan barang dar i karet (tumbuh 5,6 persen); ser ta industr i semen dan bar ang galian bukan logam (6,9 per sen). Per an sektor industr i pengolahan menempati urutan pertama dalam per tumbuhan ekonomi yaitu sebesar 23,6 persen, sedangkan kontribusinya mencapai 1,4 per sen.

Sektor perdagangan, hotel, dan restor an tumbuh 8,6 per sen (yoy) pada semester I 2012, r el atif sam a dengan per iode yang sama tahun sebelum nya. Per t umbuhan i tu t er ut ama didorong oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh sebesar 9,4 persen. Subsektor hotel tumbuh konstan 9,0 per sen, sama dengan pertumbuhannya di semester I 2011. Subsektor restor an mengalami per lambatan per tumbuhan menjadi 3,2 per sen. M eningkatnya pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan ecer an tercer min dar i sem aki n m ar aknya t oko-t ok o r et ai l m oder n. Per an sekt or per dagangan dal am per tumbuhan ekonomi mencapai 13,7 per sen dan menjadi kontributor utama sebesar 1,5 persen.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada semester I tahun 2012 tumbuh sebesar 10,2 per sen (yoy), melambat bila dibandingkan dengan per iode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,1 persen (yoy). Pertumbuhan sektor itu didorong oleh subsektor komunikasi yang tumbuh 12,5 persen (yoy), sedangkan subsektor angkutan tumbuh 6,4 per sen (yoy).

M elanjutkan tren pertumbuhan negatif yang terjadi sejak kuartal I I 2011, subsektor angkutan rel kembali mengalami kontraksi (minus 8,2 persen). Hal itu terkait dengan diberlakukannya kebijakan penghapusan tiket ber dir i untuk j enis ker eta api bisnis dan ekonom i. Sektor pengangkutan dan kom uni kasi mem punyai per an at au di st r i busi sebesar 6,5 per sen sedangkan kontribusinya mencapai sebesar 0,98 per sen.

Dengan mempertimbangkan r ealisasi pada semester I tahun 2012, per tumbuhan ekonomi tahun 2012 diperkirakan mencapai sebesar 6,3—6,5 persen (yoy), terutama akan didukung oleh kinerja permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi.

Pada tahun 2012, konsumsi masyarakat diperkirakan masih mampu tumbuh kuat sebesar 4,8-5,0 persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 4,7 per sen. Pertumbuhan itu didasar i oleh meningkatnya pendapatan r iil masyar akat, yang ter cermin dari adanya penyesuaian upah minimum propinsi (UM P) di beberapa daerah dan kenaikan gaji pegawai negeri dan swasta. Selain itu, hal ter sebut juga didukung oleh stabilnya laju inflasi sehingga dapat menjaga daya beli masyar akat agar tetap tinggi. Berbagai progr am pemerintah masih akan terus digulirkan ter utama bagi masyarakat miskin. Bantuan bagi masyarakat miskin tersebut tercantum dalam program M P3KI , yang terbagi dalam 4 klaster, yaitu klaster 1 berupa beasiswa miskin, jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), beras miskin (Raskin), pr ogram keluarga harapan (PKH), dan lain-lain; klaster 2 ber upa program pember dayaan masyar akat m asyar akat (PNPM ); kl ast er 3 ber upa kr edit usaha r akyat (KUR); dan klaster 4 berupa rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air ber si h unt uk r akyat , l i st r i k m ur ah dan hem at , peni ngkat an kehi dupan nel ayan, dan peningkatan kehidupan masyar akat pinggir perkotaan. Pemerintah juga akan mengambil kebijakan untuk menai kkan batas pendapatan tidak kena pajak (PTKP) sehingga por si pendapatan masyar akat yang dapat dikonsumsi (pendapatan disposibel) akan meningkat. Selain itu, dengan meningkatnya pembangunan infrastr uktur yang akan dilakukan baik oleh pemer intah maupun swasta hal tersebut dihar apkan dapat menambah kesempatan kerja, yang pada gilir annya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 6,8-7,0 persen (yoy), jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3,2 persen (yoy). Per tumbuhan konsumsi pemerintah didasar i oleh kebijakan untuk mendorong penyerapan anggaran yang lebih baik. Secara umum arah kebijakan fiskal 2012 disusun dengan mengacu pada Rencana Ker j a Pem er i nt ah ( RKP) t ahun 2012, yai t u unt uk m em ber i k an dor ongan t er hadap perekonomian (stimulus fiskal) dengan tetap menjaga stabilitas dan sustainabilitas fiskal. I nvestasi diperkirakan mencapai pertumbuhan double digi t yaitu sebesar 10,5-10,7 per sen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan per tumbuhan tahun 2011 yang sebesar 8,8 persen (yoy). Faktor-faktor yang mendukung peningkatan pertumbuhan investasi di tahun 2012 antar a lain adalah tingginya keyakinan investor terkait dengan masuknya I ndonesia pada kat egor i i nvest ment gr ade, stabi li tas ekonom i makr o yang t er jaga dengan baik, peningkatan belanja modal pemer intah ter utama untuk pr oyek infr astr uktur . Selain itu, Pemerintah juga telah menyediakan fasilitas PPh bagi penanaman modal yang diatur dalam

Per atur an Pemer intah (PP) Nomor 52 Tahun 2011 tentang Per ubahan Kedua atas PP 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas PPh untuk Penanaman M odal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/ atau di Daerah-Daerah tertentu. Pemberian fasilitas tax holiday juga tetap berlaku bagi penanaman modal yang dilakukan dalam kategori lima industri pionir. Berbagai kebijakan untuk mendukung investasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepastian hukum yang menjadi faktor penentu bagi investor untuk berinvestasi dan melakukan perluasan usaha. Untuk member ikan daya dorong dan stimulus APBN yang lebih optimal, Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) telah dibentuk untuk melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan anggar an dan belanja di masing-masing kementer ian negar a/ lembaga. Dengan demikian, diharapkan penyerapan dan pelaksanaan anggaran dapat lebih terarah dan tepat waktu, sehingga penyerapan anggaran dapat sesuai dengan r encana yang telah ditetapkan. Upaya memperbaiki kinerja penyerapan anggar an dan belanja Pemerintah juga diiringi dengan implementasi yang lebih baik dari penerbitan Per pres Nomor 54 tahun 2010 yang mer upakan langkah untuk memper baiki dan memper cepat proses pengadaan bar ang dan jasa oleh instansi-instansi pemerintah. Kebijakan pembentukan TEPPA dan Per pr es Nom or 54 tahun 2010 tidak saj a diar ahkan pada belanj a bar ang dan pegawai (komponen konsumsi Pemerintah) tetapi juga pada belanja modal dan investasi pemerintah (komponen PM TB).

Dari sisi perdagangan internasional, ekspor dan impor diperkirakan tumbuh masing-masing 7,0-7,2 per sen dan 8,5-8,7 persen (yoy), melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 13,6 persen dan 13,3 persen (yoy). Belum pulihnya per ekonomian global khususnya di AS dan Eropa berdampak pada tur unnya per mintaan akan komoditas ekspor I ndonesia melalui negara-negara tujuan utama ekspor, seperti Cina, Jepang, dan I ndia. Namun, mengingat harga komoditas utama ekspor nonmigas I ndonesia di pasar internasional masih menunjukkan tren meningkat, diperkirakan tekanan terhadap ekspor I ndonesia tidak terlalu besar . Sejalan dengan kondisi ekspor , impor yang sebagian besar berupa bahan baku dan bar ang modal juga akan mengalami per lambatan.

Dari sisi pr oduksi, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3-6,5 per sen di tahun 2012 terutama didukung oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, serta sektor perdagangan, hotel, dan r estoran. Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 3,5-3,7 persen (yoy), lebih tinggi bila dengan dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,0 per sen (yoy). Sebagai salah satu sasaran prioritas bidang ketahanan pangan, maka kebijakan sektor pertanian akan diarahkan untuk: (a) meningkatkan keter sediaan bahan pangan terutama padi, jagung, kedelai, tebu, daging dan ikan ter masuk dalam rangka mencapai surplus beras minimal 10 juta ton pada tahun 2014; (b) meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan termasuk penyediaan cadangan stabilisasi pangan untuk antisipasi kenaikan harga pangan; (c) m eni ngkat kan kual i t as konsum si pangan; dan ( d) m enyedi akan cadangan ber as pemerintah untuk operasi pasar dan kerawanan pangan karena bencana. Berbagai program pemerintah terkait dengan per tanian akan terus digulirkan, antar a lain subsidi nonenergi ber upa (a) subsidi pupuk, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani dengan harga

terjangkau, meningkatkan pr oduktivitas dan r evitalisasi hasil per tanian, serta mendukung pr ogr am ketahanan pangan; dan (b) subsidi benih, untuk membantu menyediakan dan menyalurkan benih ber kualitas dengan harga ter jangkau melalui BUM N benih.

Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar 5,7-5,9 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 6,2 persen (yoy). Hal itu ter kait dengan melambatnya ekspor. Pembangunan sektor industri diar ahkan pada: (a) revitalisasi industri (khususnya pupuk dan gula) dan berbagai rumpun industri prior itas sesuai dengan Kebijakan I ndustr i Nasional (PP Nomor 28 Tahun 2008); (b) mendukung M P3EI ; khususnya pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi, yang meliputi pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit, klaster industri mesin dan per kakas umum, serta klaster industri besi baja; (c) mendukung percepatan pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggar a Timur melalui fasilitas pembangunan industr i semen, pabr ik pupuk ur ea dan petr okimia, pengembangan industr i garam, serta pertumbuhan industri kecil dan menengah (I KM ), dan pengolahan rumput laut;dan (d) membantu meningkatkan daya saing industri dalam negeri untuk menghadapi produk-pr oduk impor melalui penggalakkan penggunaan produksi dalam negeri, dengan menyediakan data tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) bagi pr oduk i ndust r i dal am neger i, penguat an SNI yang diser t ai dengan peningkatan kem am puan i nfr astr uktur l ogam uji coba di ber bagai balai besar dan bal ai r i set dan st andar di sasi ( Bar i st an), dan penum buhan r um pun i ndust r i ber basi s m i nyak sawi t (oleochemical) serta rumpun industri berbasis kondensat minyak dan gas bumi. Selain itu, terdapat dukungan dari sisi fiskal ber upa subsidi pajak untuk mengembangkan industr i nasional yang bersifat strategis.

Sektor konstruksi diperkir akan tumbuh 7,6-7,8 per sen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan per tumbuhan tahun 2011 yang sebesar 6,7 persen (yoy). M eningkatnya sektor itu didukung oleh semakin mar aknya pembangunan pr oper ti ber upa per umahan dan pusat perbelanjaan di ber bagai wilayah. Selain itu, pertumbuhan sektor konstruksi juga didukung oleh meningkatnya pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan oleh pemer intah terkait dengan program M P3EI dan bertambahnya anggaran belanja modal di tahun 2012. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan tumbuh 7,1-7,3 per sen (yoy), melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,2 persen (yoy). H al itu juga ter kait dengan m elam batnya ekspor dan i m por . Per t umbuhan sektor ter sebut didukung oleh m asi h terjaganya daya beli masyar akat, kiner ja sektor industr i, mar aknya per dagangan ritel di masyar akat, ser ta meningkatnya wisatawan domestik dan asing. Kondisi per ekonomian global yang masih lemah juga memungkinkan par a ekspor tir mengalihkan tujuannya ke pasar domestik.

Dalam dokumen Nota Keuangan RAPBN 2013 (Halaman 49-54)