• Tidak ada hasil yang ditemukan

Per tum buhan Ekonom i M enur ut Sektor

Dalam dokumen Nota Keuangan RAPBN 2013 (Halaman 68-74)

Dari sisi pr oduksi, kinerja semua sektor diperkirakan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2012. Sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, ser ta sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih menjadi sektor yang diharapkan mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan PDB.

Sektor pertanian pada tahun 2013 diperkir akan tumbuh sebesar 3,7 persen. Sektor pertanian di tingkatkan dengan memper kuat ketahanan pangan nasi onal dal am r angka mencapai sasaran surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 serta meningkatkan produksi berbagai komoditi pangan lainnya, diversifikasi pangan dan stabilisasi har ga pangan dalam neger i,

serta peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan. Kebijakan ketahanan pangan antara lain: (a) peningkatan produksi pangan, ter utama upaya menuju surplus beras 10 juta ton per tahun mulai tahun 2014, serta pencapaian produksi perikanan 22,39 juta ton pada tahun 2014; (b) st abi l i sasi har ga pangan t er ut am a ber as di dal am neger i ; (c) pem ant apan penganekar agam an pangan ber basi s sum ber daya l okal ; dan ( d) per l i ndungan dan pemberdayaan petani serta peningkatan kesejahteraan petani. Sebagai salah satu isu strategis nasional dalam ketahanan pangan, beber apa kegiatan untuk mencapai surplus beras 10 j ut a t on, ant ar a l ai n: (a) penyedi aan dan pengem bangan st at i st i k t anam an pangan, hortikultura, dan per kebunan, dengan target 100 per sen penyediaan data dan infor masi populasi rumah tangga pertanian, komoditi usaha pertanian, petani gurem, serta distribusi penguasaan lahan pertanian melalui pelaksanaan r angkaian kegiatan sensus pertanian 2013; (b) perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian, dengan target 100 r ibu ha cetak sawah, 16.236 per l uasan ar eal hor t i kul t ur a/ per kebunan/ peter nakan, 146.770 ha l ahan yang dioptimasi, dikonversi, direhabilitasi dan direklamasi, dan 200 ribu ha pengembangan system of r ice intensification; (c) pengelolaan air irigasi untuk per tanian, dengan target 524.084 ha pengembangan jar ingan dan optimasi air (melalui pengembangan/ r ehabillitasi jar ingan irigasi tingkat usaha tani (JI TUT), jaringan irigasi desa (JI DES), dan tata air mikro (TAM ) untuk mendukung tanaman pangan, hor tikultur a, peter nakan, dan per kebunan, 710 unit pengem bangan k el em bagaan pet ani pem ak ai ai r (m el al ui pem ber dayaan P3A dan pengembangan i r i gasi par t i si pati f) untuk mendukung t anaman pangan, hor ti kul t ur a, peternakan, dan perkebunan, 485 ribu ha optimasi pengembangan jaringan tersier (JI TUT, JI DES, dan TAM ); (d) pengelolaan produksi budidaya ser ealia dengan target 4.625 ribu ha sekolah lapang pengelolaan tanaman ter padu (SLPTT) padi meningkatkan pr oduktivitas 0,3 – 1 ku/ ha, 260 r i bu ha SLPTT j agung m eni ngkat k an pr odukt i vi t as 0 ,3 k u/ ha; (e) pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan, dengan t ar get 112.625 t on bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi, 3.900 ton BLBU jagung, 18.200 ton BLBU kedelai, 13 r ibu ha pemberdayaan penangkar an benih; (f) penyalur an pupuk ber subsidi, dengan target 7,3 juta ton pupuk bersubsidi; dan (g) pengembangan dan pengelolaan jaringan ir igasi, r awa, dan jaringan pengairan lainnya, dengan target 482.250 ha layanan jaringan ir igasi yang ditingkatkan dan direhabilitasi, 2.336 ribu jar ingan ir igasi yang dioperasikan dan dipelihara, 163.075 ha layanan r awa yang dibangun/ ditingkatkan dan dir ehabilitasi, 950.102 ha jar ingan r awa yang dioper asikan dan dipelihar a, 896 sumur air tanah yang dibangun, dir ehabilitasi, dioperasikan dan dipelihar a, 56.342 ha layanan jaringan tata air tambak yang dibangun/ ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan, dan dipelihara.

Pertumbuhan sektor industr i pengolahan diperkir akan akan terus meningkat sejalan dengan adanya program reindustrialisasi. Pada tahun 2013 pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan berada pada kisaran 6,5 persen (yoy). Pembangunan industri didorong untuk meningkatkan nilai tambah ber bagai komoditi unggulan di ber bagai wilayah I ndonesia, khususnya kor i dor -kor idor ekonomi dalam ker angka M P3EI . Akseler asi i ndust r ialisasi dilakukan melalui: (a) penumbuhan industr i pengolah hasil tambang; (b) penumbuhan industr i pengol ah hasil per tani an; (c) penum buhan indust r i padat kar ya dan penyedia

kebutuhan dalam neger i; ser ta (d) pengembangan industr i kecil menengah (I KM ) yang kuat, sehat, dan mandir i. Kebijakan di sektor industr i pengolahan dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan industri di berbagai koridor ekonomi, antara lain: (a) revitalisasi dan penumbuhan industri material dasar logam; (b) revitalisasi dan penumbuhan industri tekstil dan aneka; (c) r evitalisasi dan penumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan; ( d) r evi t al i sasi dan penum buhan i ndust r i m ak anan, hasi l l aut , dan per i kanan; (e) penumbuhan industri alat transportasi darat; (f) penguatan riset dan standardisasi bidang industr i; dan (g) penyebar an dan penumbuhan industr i kecil dan menengah. Kegiat an prioritas sektor industri antara lain: (a) revitalisasi permesinan bagi 165 industri tekstil dan 25 pabr ik gula, ser ta penumbuhan klaster industr inya; (b) penumbuhan klaster industr i pengol ah m i nyak sawi t ; ( c) pengem bangan i ndust r i angk ut an um um m ur ah; dan (d) penumbuhan wirausaha bar u di industr i.

Arah kebijakan pembangunan sektor industri dan fokus pengembangannya adalah sebagai ber i kut: (1) Pengembangan indust r i pengol ah sum ber daya alam dan penyedia utama lapangan ker ja, dengan fokus prior itas pengembangan industri berupa pertumbuhan industri, antar a lain: a) tumbuhnya industr i ber basis hasil tambang, yaitu industr i aluminium di Kuala Tanj ung-Sumut dan indust r i alumi na di Kalim antan Bar at; industr i besi baja di Kulonprogo-DI Y dan Batulicin-Kalsel; industri berbasis nikel, tembaga, batubara, petrokimia, dan migas; b) tumbuhnya industri pengolah hasil pertanian, yaitu industri minyak sawit di KEK Sei M angke-Sumut, M aloy-Kaltim, dan Dumai-Riau; industri pengolah karet, cokelat, bubur kayu dan kertas; industri gula berbasis tebu, serta industri minyak dan lemak nabati; c) tumbuhnya industr i ber basis SDM dan untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik, yait u tekst il, pakaian jadi, alas kaki; komponen elektr onika; komponen dan aksesor ies kendar aan ber motor , dan galangan kapal; alat r umah t angga, fur nitur dan r otan; ser ta industr i obat dan alat kesehatan; (2) Pembangunan industr i kecil dan menengah (I KM ) yang kuat, sehat, dan mandir i , dengan fokus pr ior itas pengembangan industr i ber upa: a) t um buhnya i ndust r i keci l dan m enengah, yai t u m eni ngk at nya popul asi I KM , berkembangnya inovasi pada I KM , tumbuhnya industri kr eatif, dan berkembangnya I KM sebagai pemasok bagi industri besar.

Sektor konstruksi di tahun 2013 diperkirakan tumbuh sebesar 7,5 persen (yoy). Pertumbuhan sektor konstruksi didor ong oleh berbagai pr oyek infr astr uktur sebagai kelanjutan M P3EI dan merupakan salah satu prioritas nasional. Pembangunan infrastruktur diper cepat untuk memper kuat nati onal connect i vi t y, ketahanan ener gi dan ketahanan pangan, m el al ui pembiayaan pemerintah, dunia usaha, dan kerjasama pemerintah dan swasta. Pembangunan infr astruktur, penguatan kelembagaan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan sangat pent ing unt uk mendor ong pr odukt ivit as ekonomi . Kegiatan per cepat an pembangunan infr astruktur antara lain berupa: (a) pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional; (b) pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api; ( c) pem bangunan, r ehabi l i t asi dan pem el i har aan pr asar ana bandar udar a; ( d) pem bangunan sar ana dan pr asar ana t r anspor t asi angkut an sungai danau dan

penyebr angan (ASDP) dan pengelolaan pr asar ana lalu lintas ASDP; (e) pengelolaan dan penyelenggar aan kegi at an di bi dang pel abuhan dan penger ukan; (f) pengel ol aan dan konser vasi waduk, embung, situ, ser ta bangunan penampung; (g) pembangunan r umah susun seder hana; (h) pembangunan baru perumahan swadaya; dan (i) peningkatan kualitas per umahan. Pembangunan infr astr uktur nasional m er upakan pr ior itas yang mendapat al okasi t er besar . Kegi at an-kegi at an yang t er k ai t dengan dom est i c connect i vi t y dan pengembangan koridor ekonomi menjadi fokus utama. Penyelesaian jalur ganda Semar ang– Sur abaya, peni ngkatan kapasit as pel abuhan Bakauheni – M er ak, peni ngkatan kapasit as pelabuhan udara dan laut di I ndonesia Timur dan Barat, serta peningkatan kapasitas jalan nasional diharapkan akan mendor ong pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor per dagangan, hotel, dan restor an di tahun 2013 diperkirakan tumbuh 8,9 per sen (yoy). Daya beli masyar akat dihar apkan masih tetap ter j aga sehingga m ampu menj adi pendor ong tumbuh sektor tersebut. Selain itu, kinerja sektor tersebut ter kait juga dengan kinerja sektor industri dan impor. Perdagangan ritel, baik yang berupa lokal maupun modern, diperkirakan makin marak untuk memenuhi kebutuhan masyar akat luas. Jumlah wisatawan asing dan domestik juga diper kir akan meningkat sehingga mampu meningkatkan sektor par iwisat a dan tingkat hunian hotel dan r estor an. Secar a r i nci per kir aan per tumbuhan ekonomi dari sisi sektoral dapat dilihat pada Tabel 2.7.

2.3.3.2 N ilai Tukar Rupiah

Pemerintah dan Bank I ndonesia terus berupaya menjaga volatilitas nilai tukar rupiah melalui penguatan sinergi kebijakan fiskal dan moneter, penerapan kebijakan moneter yang berhati-hati, pengawasan lalu lintas devisa, ser ta pengembangan dan pendalaman pasar keuangan dom esti k. Kebij akan i t u di har apkan m am pu menj aga st abil it as ni lai tukar , m encegah volat ilitas yang ber lebihan, dan menjaga kecukupan cadangan devisa untuk mem enuhi

Sektor 20 13 *

Pertanian, Peternakan 3,5-3,7 3,7

Pertambangan dan Penggalian 2,9-3,1 2,8

I ndustri Pengolahan 5,7-5,9 6,5

Listrik, Gas, Dan Air Bersih 6,2-6,4 6,6

Konstruksi 7,6-7,8 7,5

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,1-7,3 8,9

Pengangkutan dan Komunikasi 11,6-11,8 12,1

Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 6,6-6,8 6,1

Jasa-Jasa 6,6-6,8 6,0

Pr oduk D om estik Br uto 6,3-6 ,5 6,8 * Per k i r aan

Sumber: Kementerian Keuangan

( per sen, yoy)

PERT U M BU H AN EKON OM I M EN U R U T SEK T OR T AH U N 2012-20 13 T ABEL 2.7

kebutuhan fundamental per ekonomian. Pener apan baur an kebijakan makr o pr udensial seper ti melalui pener apan instr umen ter m deposit dihar apkan dapat menjaga agar ar us modal masuk ke pasar keuangan I ndonesia yang masih relatif besar sehingga dapat memberi nilai manfaat bagi pembangunan ekonomi. Ke depan, tekanan terhadap per ger akan nilai t ukar r upiah akan ber sumber dar i sem akin m enur unnya sur plus ner aca per dagangan I ndonesia serta per lambatan ekonomi di Cina, I ndia, dan Brazil yang dikhawatirkan akan mengur angi daya tar ik ar us modal masuk ke negar a emer gi ng mar ket dan mendor ong ter jadinya flight to quality. Berdasarkan perkembangan ekonomi domestik dan internasional tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan berfluktuasi pada kisaran Rp9.000 hingga Rp9.300 per dolar AS, dengan kecenderungan pada batas atas r ata-r ata Rp9.300 per dolar AS sepanjang tahun 2013.

2.3.3.3 I nflasi

I nflasi yang rendah dan stabil merupakan pr asyar at utama bagi tercapainya peningkatan kesejahter aan masyar akat dan per t umbuhan ekonomi yang ber kesinambungan. Unt uk mencapai kondisi tersebut, di tengah kuatnya tekanan inflasi yang bersumber dari berbagai faktor eksternal dan faktor internal, diperlukan kebijakan yang tepat demi terjaganya stabilitas ekonomi makro dan pengendalian inflasi ke depan. Koordinasi kebijakan antar a kebijakan moneter , fiskal, dan sektor r iil semakin ditingkatkan baik di level pusat maupun daer ah. Koor dinasi ter sebut dilakukan dalam bentuk pemantauan perkembangan har ga, pasokan, dan distribusi dari beberapa komoditas strategis, serta menetapkan kebijakan dan langkah antisipasi yang cepat dan tepat dari kemungkinan terjadinya gejolak harga. M elalui koordinasi yang semakin luas dan terpadu tersebut, diharapkan kestabilan harga barang dan jasa dapat tercapai dan terus dipertahankan.

Pem bangunan ekonomi nasi onal juga t er us di ar ahkan untuk m eningkatkan kapasi tas pr oduksi sei r i ng dengan mem baiknya investasi sehingga dihar apkan dapat m emenuhi peningkatan kebutuhan nasional dan memperkecil output gap. Dalam r angka mendukung peningkatan kapasi tas pr oduksi ser ta pemer ataan pembangunan nasional, Pemer int ah ber encana untuk menerapkan str ategi kebijakan per cepatan pembangunan infr astr uktur . Per cepatan pembangunan infrastruktur dibutuhkan dalam r angka menopang kelancaran arus distribusi kebutuhan masyarakat, baik dalam maupun antar pulau di I ndonesia. Dalam kaitan ini, Pemerintah ter us berupaya untuk meningkatkan alokasi pendanaan infrastruktur, ant ar a l ai n dengan melakukan penajaman alokasi belanja, dar i belanj a subsi di untuk ditambahkan pada kegiatan pembangunan infr astruktur. Dengan terjaganya tekanan harga dar i si si per m i nt aan dan penawar an, m embai knya i nfr ast r uktur dan kel ancar an ar us di st r i busi bahan kebut uhan pokok m asyar akat , ser t a ni l ai t ukar r upi ah yang st abi l , di har apkan dapat m enj aga agar laj u inflasi ber ada pada l evel yang r endah dan stabi l, konvergen dengan laju inflasi negar a-negara kawasan.

Dengan berbagai sinergi kebijakan Pemerintah dan Bank I ndonesia tersebut, didukung dengan koor dinasi yang semakin mantap, ser ta memer hatikan per kembangan ekonomi domestik dan dunia, inflasi tahun 2013 diperkirakan berada pada kisaran 4,9 per sen.

2.3.3.4 Suku Bunga SPN 3 Bulan

Per kem bangan t i ngkat suku bunga SPN 3 bul an di t ahun 2013, di per ki r akan m asi h dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Dari sisi eksternal, diperkirakan pemulihan ekonomi dunia masih berlanjut walaupun masih dibayangi oleh tekanan akibat kr isis Er opa. Seir ing dengan perekonomian yang mengalami pemulihan, aliran modal masuk masih akan terjadi di negara-negara ber kembang termasuk di I ndonesia, walaupun diper kir akan akan mengalami penur unan.

Koordinasi antar a Bank I ndonesia dengan Pemer intah yang diharapkan semakin sinergis, diharapkan dapat menciptakan tingkat suku bunga pada level yang dapat ditolerir dan dapat menjaga ter hadap laju inflasi domestik tetap terkendali di tahun 2013. Dengan melihat faktor-faktor ter sebut, r ata-rata tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2013 diperkir akan akan mencapai 5,0 per sen.

2.3.3.5 H ar ga M inyak M entah I ndonesia

Pem ulihan ekonomi dunia yang t er us ber langsung akan m emicu tingginya per mint aan m i nyak dunia pada tahun 2013. Di sisi lai n, per sediaan dan di str i busi mi nyak duni a diperkirakan akan cenderung stabil yang diikuti dengan tingginya tingkat kedisiplinan negara anggota OPEC untuk menjaga kapasitas produksi minyak. M enurut Badan Energi Amerika (EI A), rata-rata harga minyak WTI dan Brent pada tahun 2013 masing-masing diperkir akan mencapai sekitar US$88,5 per barel dan US$98,3 per barel, sedikit lebih r endah dari perkiraan tahun 2012, yaitu masing-m asi ng sebesar US$92,8 per bar el dan US$106,3 per bar el. Tingginya perkiraan tersebut, antara lain didukung oleh proyeksi pertumbuhan permintaan dan m el am batnya per t um buhan pasokan dar i negar a-negar a non-OPEC. Ber dasar kan faktor-faktor ter sebut, perkiraan harga minyak I CP tahun 2013 mencapai sekitar US$100 per barel.

2.3.3.6 Li ft i n g M inyak dan Gas Bum i

Salah satu var iabel yang digunakan dalam memper hitungkan pener imaan migas selama ini adalah li ft i ng m inyak bumi. Pada kenyataannya, pener imaan mi gas I ndonesi a juga ditentukan oleh lifti ng gas bumi. Dengan memperhatikan tantangan yang terdapat pada k apasi t as pr oduksi dan l i f t i ng m i nyak m ent ah I ndonesi a, Pem er i nt ah ber m ak sud mengusulkan var iabel asumsi tambahan pada tahun 2013 untuk mengimbangi potensi penur unan pener im aan sumber daya alam yang ber sumber dar i minyak mentah, yaitu sumber daya gas bumi. Pilihan sumber daya gas bumi ter sebut antara lain didasarkan pada pertimbangan bahwa I ndonesia merupakan salah satu ekspor tir gas ter besar , keberadaan gas yang cukup penting sebagai sumber energi alternatif minyak bumi, serta upaya-upaya untuk mengoptimalkan konsumsi ener gi gas di dalam negeri.

Berbeda dengan cadangan minyak bumi yang terus menipis, cadangan gas bumi I ndonesia masih cukup besar. Berdasarkan data tahun 2010, total cadangan gas I ndonesia diperkir akan mencapai 157,14 triliun standar kaki kubik (tr illion standar d cubic feet/ tscf) atau sekitar 3,0 persen dari cadangan gas dunia, yang terdiri atas cadangan terbukti 108,4 tscf dan cadangan potensial 48,74 tscf. Total cadangan gas bumi tersebut tersebar di beberapa wilayah I ndonesia, dengan dua terbesar adalah Natuna (51,46 tscf) dan Papua (24,32 tscf).

Perkembangan produksi gas bumi I ndonesia mengalami kecenderungan yang relatif stabil. Pada tahun 2010, pr oduksi gas bumi I ndonesia mencapai 1.577 r ibu bar el setara minyak per hari (mboepd), naik 159 mboepd dari 1.418 mboepd pada 2009. Kenaikan produksi tersebut antara lain karena mulai berproduksinya beberapa lapangan baru dan optimalisasi produksi. Akan tetapi, pada tahun 2011 produksi gas bumi I ndonesia mengalami penur unan menjadi 1.461 ribu barel setara minyak per hari. Tren penurunan produksi gas tersebut berlanjut di tahun 2012 yang diperkir akan mencapai 1.348 ribu bar el setara minyak per har i. Proyek migas yang menjadi andalan peningkatan produksi gas sampai tahun 2016 tercatat sebanyak 12 buah pr oyek. Pr oyek andal an t ahun 20 12 adal ah l apangan Peci k o, yang ak an memproduksi gas 170 juta standar kaki kubik per hari (M M SCFD), Gajah-Baru, dan Terang Serasun (300 M M SCFD). Untuk tahun 2013 proyek andalan adalah Sumpal (74 M M SCFD) dan Sebuku (100 M M SCFD).

Dengan melihat perkembangan di atas, lifti ng gas tahun 2013 diperkirakan ber ada pada kisaran 1.360 ribu bar el setara minyak per har i. Saat ini ter dapat 56 Kontraktor Kontr ak Kerja Sama (KKKS) yang akan mendukung pencapaian li fti ng gas ter sebut. Lima KKKS yang mendom inasi pencapaian li ft i ng gas nasional adal ah Exxon M obil Oil I ndonesi a, Chevron I ndonesia Company, Premier Oil Natuna Sea B.V, Santos (M adura Offshor e) Pty. Ltd, dan PHE West M adura Offshor e.

Di lain pihak, lifting minyak bumi di tahun 2013 diperkirakan mencapai 900 ribu barel per hari. Dengan dengan demikian, secara kumulatif, lifting minyak dan gas bumi pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 2.260 ribu barel.

Boks 2.1

Dalam dokumen Nota Keuangan RAPBN 2013 (Halaman 68-74)