• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya

3.3 Ekonomi dan Pola Kehidupan Sehari-hari

Kehidupan ekonomi Orang Sakai di Jembatan II pada umumnya tergolong sederhana, yaitu hidup hanya dari mencari kayu yang sudah terbatas jumlahnya dan menangkap ikan. Sedangkan untuk berladang padi, menanam ubi menggalo, dan meramu hasil hutan tidak mereka lakukan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Sakai di Jembatan II tidak memiliki ladang. Begitu juga dengan hasil hutan seperti damar, rotan dan hewan atau burung yang diburu sudah tidak banyak tersedia.

Besarnya biaya hidup sehari-hari yang harus mereka keluarkan tidak seimbang dengan jumlah pendapatan yang mereka peroleh. Biaya tersebut antara lain digunakan untuk membeli beras, minyak goreng, cabai, bawang, santan kelapa, bumbu masak, sayuran, ikan laut, daging, gula, teh, kopi, jajan, rokok, pakaian, sabun cuci, anti nyamuk, obat-obatan sehari-hari, minyak tanah, minyak solar, minyak bensin, air bersih dan lain-lain.

Orang Sakai yang memiliki pendidikan rendah serta tidak adanya keterampilan dan kreativitas membuat mereka sulit untuk bekerja dibidang lain. Oleh sebab itu, Orang Sakai di Jembatan II sangat bergantung dari alamnya.

Sedangkan mata pencaharian yang bergantung dengan alam tersebut sedikit menghasilkan uang.

Pola kehidupan sehari-hari yang akan diuraikan merupakan hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian pada 26 Maret sampai 11 April 2013, dan tidak mencakup sebelum maupun sesudahnya. Orang Sakai di Jembatan II biasanya mulai melakukan aktivitas pukul 05.30 WIB. Para perempuan akan memulai dengan memasak nasi, merebus air minum dan memanaskan lauk yang tersisa dengan menggunakan kompor minyak tanah. Selain itu mereka akan memeriksa api ikan salai yang dimasak pada malam hari. Melihat apakah ikan salai sudah masak atau belum. Sedangkan anak-anak yang akan bersekolah akan bangun dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan baju di sungai.

Para laki-laki biasanya bangun lebih lama dari pada perempuan dan anak-anak. Kemudian laki-laki akan pergi melihat lukah atau taju yang dipasang sore sebelumnya. Setelah laki-laki pulang melihat lukah atau taju dan membawa ikan hasil tangkapannya, kemdian istri akan memilih ikan yang akan dibersihkan untuk dimasak dan ikan yang akan disimpan dalam keadaan hidup.

Hasil tangkapan ikan biasanya akan dikonsumsi dan dijual oleh masyarakat. Masyarakat Sakai yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak bisanya tidak menjual hasil tangkapan ikannya. Ikan yang mereka jual adalah ikan segar ataupun ikan yang telah disalai. Harga ikan bulan-bulan segar Rp10.000/kg, ikan selais Rp10.000/kg, ikan toman Rp50.000/kg. Ikan yang tidak mereka jual biasanya akan di olah menjadi ikan asap/salai dan ikan asin.

Menyalai Ikan/ Mengasap Ikan

Semua jenis ikan bisa diasap, tetapi biasanya ikan yang diasap oleh Orang Sakai adalah ikan selais, dan ikan bulan-bulan. Pertama ikan yang akan di asap bisa dibersihkan terlebih dahulu dan bisa juga tidak dibersihkan. Cara membersihkan ikan adalah dengan membersihkan sisiknya, membuang isi perutnya, membuang kepalanya. Setelah ikan dicuci bersih maka siap untuk diasap. Ikan asap tidak memerlukan bumbu apapun.

Cara mengasapnya adalah dengan menghidupkan api menggunakan potongan-potongan kecil kayu balok. Letakkan ikan di atas api dengan menggunakan jaring kawat. Jarak api dan jaring kawat yaitu sekitar ½ meter – 1 meter. Ikan diasap selama 1 hari apabila api ditunggu dan bisa hingga 1 hari 1 malam apabila api tidak rajin dilihat. Jika warna ikan sudah terlihat merah kehitaman maka ikan sudah matang dan bisa diangkat. Ikan yang diasap akan keras dagingnya. Ikan asap ini bisa disimpan hingga berbulan-bulan. Ikan salai yang dijual harganya bisa mencapai Rp50.000/kg-Rp100.000/kg.

Mengasin Ikan

Ikan yang diasin biasanya adalah ikan bulan-bulan yang berukuran kecil. Besarnya sekitar setangah telapak tangan orang dewasa. Ikan yang diasin harus dibersihkan sisik, perut, dan kepalanya terlebih dahulu. Setelah bersih kemudian diberi garam. Ukurannya adalah 1 kg ikan maka menggunakan 1 bungkus garam. Setelah itu diamkan ikan yang sudah diberi garam selama 20 menit. Kemudian ikan tersebut dijemur diatas papan atau potongan seng. Jika matahari terik maka ikan yang dijemur selama dua hari sudah bisa diangkat dan dikonsumsi. Akan tetapi apabila musim hujan menjemur ikan asin memerlukan waktu antara 3 sampai 4 hari. Orang sakai mengkonsumsi ikan asin dengan menggorengnya. Menurut mereka ikan asin yang mereka buat berbeda rasanya dengan ikan asin yang dijual. Ikan asin yang mereka buat dijual seharga Rp 15.000,00/kg - Rp 20.000,00/kg.

Pada saat sarapan pagi, mereka tidak sarapan bersama. Suami istri dan anak masing-masing akan sarapan apabila mereka ingin sarapan. Tidak semua Orang Sakai di Jembatan II sarapan nasi di pagi hari. Mereka akan sarapan dengan minum teh manis dan roti/biskuit yang dibeli di warung. Hal ini dikarenakan mereka hemat terhadap beras. Menurut Orang Sakai di Jembatan II, dahulu mereka sarapan dengan menggunakan ubi menggalo. Harga ubi menggalo yang murah sekitar Rp5.000/cupak (tempurung kelapa) membuat mereka lebih memilih sarapan dengan menggalo ketimbang nasi. Akan tetapi sekarang harga ubi menggalo yang sudah mencapai Rp12.000/cupak, membuat mereka lebih memilih sarapan nasi/beras yang harganya lebih murah sekitar Rp10.000/kg. Orang Sakai di Jembatan II tidak menanan ubi menggalo sehingga mereka tidak bisa membuat ubi menggalo sendiri.

Gambar 23: Ubi Menggalo

Sekitar pukul 06.45 WIB anak-anak yang bersekolah di SMP dan SMA berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Setiap pagi mereka akan

mengisi bensin sepeda motor di warung dekat rumah. Sedangkan anak-anak yang bersekolah di SD akan pergi ke sekolah pukul 07.30 WIB. Sesampainya disekolah anak-anak langsung membelikan uang jajan mereka pada pedagang makanan yang datang dari luar. Jajanan yang biasa dibeli antara lain bakso bakar, pisang molen kecil, roti, dan sebagainya.

Sekitar pukul 07.00 WIB, para ibu akan berelanja di pedagang sayur keliling yang datang. Mereka akan membeli bawang, cabai, santan dan sayuran. Sayuran yang biasa dibeli adalah gambas, kacang panajang, buncis, kentang, bayam, kangkung, dan sebagainya. Keadaan rumah Orang Sakai di Jembatan II yang tidak dialiri listrik selama 24 jam membuat mereka tidak bisa memiliki lemari pendingin/kulkas. Oleh karena itu mereka harus berbelanja setiap hari agar mendapatkan sayuran dan cabai yang segar. Selain itu Orang Sakai di Jembatan II juga dapat pergi ke pasar di jalan Rangau Km 18 setiap hari Jum’at dan Selasa untuk berbelanja. Biasanya mereka akan pergi menggunakan sepeda motor, becak kayu atau menumpang kendaraan roda empat yang melintas di Jembatan II. Barang-barang yang dibeli di pasar anatara lain pakaian, emas, sembako, sayuran, daging ataupun ikan laut.

Setelah sarapan pagi, para laki-laki mulai melakukan berbagai aktivitasnya seperti mencari umpan untuk memancing dan menaju, memasang umpan taju dan lukah, memancing ikan, mengolah kayu yang mereka dapat dari mandah, memperbaiki lukah yang rusak, membuat dayung sampan, memperbaiki sampan bermesin, dan meleles kayu gelondongan yang jatuh didalam sungai. Sedangkan anak laki-laki yang tidak bersekolah akan membantu orang tuanya memancing

jembatan untuk melompat ke sungai, bermain di pos sumbangan, dan bermain di halaman sekolah.

Sekitar pukul 09.00 WIB, para ibu yang telah belanja akan memasak untuk makan siang dan sekaligus makan malam. Masakan yang sering mereka masak adalah menyambal atau menggulai ikan bulan-bulan, ikan gabus, ikan selais, ikan toman, dan ikan lainnya yang didapat dari lukah ataupun memancing serta menaju. Sedangkan sayur yang mereka masak adalah gulai gambas, kacang panjang, kentang ataupun menumis kangkung, merebus bayam, dan sebagainya.

Sekitar pukul 12.30 WIB para laki-laki akan menghentikan perkerjaannya untuk makan siang. Sedangkan para ibu akan langsung makan ketika mereka siap memasak. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, para laki-laki akan melanjutkan pekerjaan mereka. Sedangkan para perempuan pada siang hari ketika semua pekerjaan telah selesai, mereka akan mengobrol sambil merokok ataupun memakan buah pinang di salah satu rumah warga. Menurut mereka buah pinang dapat mencuci perut untuk melancarkan buang air besar dan memperkuat gigi.

Selain itu ada pula perempuan yang telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya lalu pergi ke kilang kayu. Mereka akan membersihkan kilang dan mengumpulkan kayu api dari kilang. Hanya beberapa perempuan saja yang dapat membersihkan kilang dan meleles kayu api dari kilang, mereka adalah sanak keluarga dari pemilik kilang. Tidak setiap hari mereka dapat meleles kayu api, tergantung kegiatan kilang beroperasi.

Anak SD pulang dari sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Sedangkan anak SMP dan SMA pulang sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah mengganti

seragam sekolah, mereka akan makan siang. Setelah makan siang, mereka akan menyusul ibu untuk membantu mengumpulkan kayu api di kilang, melangsir kayu api dari kilang, mengikat kayu saat kayu-kayu yang siap diikat sudah menumpuk dipinggir sungai atau jika tidak ada pekerjaan mereka akan tidur siang ataupun bermain dengan teman.

Sekitar pukul 16.00 WIB, para laki-laki maupun perempuan mulai melakukan kegiatan memancing. Memancing pada sore hari dilakukan apabila pagi hari mereka tidak memancing. Sebelumnya mereka mencari umpan terlebih dahulu di halaman rumah. Lokasi memancing mereka tidak jauh dari pemukiman. Biasanya di hilir sungai. Mereka memancing diatas sampan yang diikatkan diranting pohon. Mereka akan pulang ketika hari mulai petang sekitar pukul 18.30 WIB. Hasil pancingan yang mereka dapat antara lain ikan gabus, lupong, selais, toman, lele, patok, kelabau dan sebagainya.

Para anak perempuan yang di tinggal ibu pergi memancing, mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak nasi, melipat kain yang dijemur, mencuci piring dan mencuci baju sekaligus mandi di sungai. Sedangkan anak-anak kecil bermain bersama di halaman masjid. Permainan anak-anak yang mereka mainkan antara lain permainan Aminah, selubang, putar tangan, tarik tambang tangan, pasar malam dan jungkir balik. Sedangkan remaja laki-laki bermain sepak bola di lapangan dekat Masjid.

Gambar 24: Anak-anak bermaian pada sore hari

Sekitar pukul 18.00 WIB, anak laki-laki setelah bermaian sepak bola akan melompat dari jembatan untuk mandi. Para ibu dan laki-laki yang memancing pulang dengan membawa ikan. Kemudian ikan tersebut dipilih yang dibersihkan untuk disalai dan ikan yang akan disimpan untuk dimasak keesokan harinya. Setelah itu mereka akan memasang api untuk menyalai ikan, dan menyusun ikan diatas api tersebut.

Sekitar pukul 18.30 WIB Mesin deisel untuk penerangan pada malam hari dihidupkan. Anak-anak dengan antusiasnya menghidupkan televisi untuk menonton acara kesukaan mereka. Setelah semua berkumpul maka mereka akan makan malam. Lauk yang mereka makan sama dengan lauk yang mereka makan pada siang hari. Mereka makan bersama-sama sambil menonton televisi. Setelah makan malam, anak-anak yang duduk dibangku SD tidak belajar. Mereka asyik menonton televisi. Sedangkan anak yang duduk dibangku SMP dan SMA akan memeriksa tugas yang diberikan guru dan mengerjakannya.

Ada pula warga yang tidak menonton siaran televisi pada malam hari. Mereka akan memutar DVD dan berkaraoke bersama-sama. Sekitar pukul 21.00 WIB atau pukul 21.30 WIB mesin diesel akan dimatikan. Mereka akan tidur begitu mesin diesel mati. Mereka yang belum ingin tidur maka menggunakan lampu minyak tanah untuk penerangan.