• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya

3.4 Pendidikan

Tingkat pendidikan formal para orang tua Sakai di Jalan Jurong Jembatan II relatif rendah. Namun minat menyekolahkan anak cukup besar, lebih-lebih setelah sebuah SD didirikan di Jembatan II pada tahun 1996. Berdirinya Sekolah Dasar di Jembatan II diprakarsai oleh PT Chevssron Pacific Indonesia. Pada tahun 1996 Ibu-ibu Darma Wanita dari PT Chevron Pacific Indonesia datang ke Jembatan II untuk melihat keadaan Orang Sakai dan mengadakan kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak Sakai. Kegiatan sekolah dilakukan di sebuah Surau yang terletak di sebelah jembatan. Namun Surau tersebut sekarang sudah di pindahkan ke tempat lain yaitu di tengah perkampungan. Selain Ibu-ibu Darmawanita dari PT Chevron Pacific Indonesia, ada juga orang-orang yang ditugaskan oleh pemerintah Provinsi Riau untuk membina Orang Sakai di Desa Petani khususnya di Jembatan II. Salah satunya adalah Bapak Delana. Beliau adalah seorang guru yang mengajar sejak kegiatan sekolah di Jembatan II ini didirikan hingga sekarang. Di sekolah Surau ini murid-murid diberi peralatan sekolah seperti buku tulis, pensil, pena, penghapus, penggaris, dan lainnya. Ibu-ibu Darma Wanita tersebut pun berjanji kepada Orang Sakai di Jembatan II bahwa

akan membiayai anak-anak Sakai yang ingin bersekolah sampai jenjang yang lebih tinggi.

Pada tahun 1997 PT Chevron Pacific Indonesia mendirikan sebuah sekolah di Jembatan II RW 09 Buluh Manis, tepatnya di tepi jalan ujung perkampungan yang berseberangan dengan bangunan Masjid. Bangunan Sekolah Dasar ini tergolong permanen, yakni berdinding papan, berlantai papan, dan beratap seng. PT Chevron Pacific Indonesia membangun 3 ruangan dimana 2 ruangan untuk ruang belajar mengajar dan 1 ruangan untuk kantor majelis guru. Sekolah ini merupakan sekolah kelas jauh dari SDN 40 Petani Kecamatan Mandau. SDN 40 Petani Kecamatan Mandau dulunya adalah SDN 28 Petani Kecamatan Mandau. Kemudian pada tahun 2003 SD kelas jauh ini berpisah dari SDN 40 Petani Kecamatan Mandau dan mendapat nomor sekolah sendiri yaitu SDN 109 Petani Kecamatan Mandau. Kemudian pada tahun 2006 SDN 109 Petani Kecamatan Mandau ini diganti lagi menjadi SDN 69 Petani Kecamatan Mandau.

Gambar 25: Bangunan sekolah yang dibangun oleh PT Chevron Pacific Indonesia

Pada tahun 2012 pemerintah Desa Petani mendirikan bangunan SDN 69 Petani dengan dana berasal dari Alokasi Dana Desa tahun 2011. Bangunan yang didirikan terdiri dari 5 ruangan dimana 4 ruangan untuk belajar mengajar dan 1 rungan untuk kantor majelis guru. Bangunan baru ini tidak dilengkapi dengan meja, kursi dan papan tulis. Pihak sekolah mengambil meja dan kursi yang tersisa dari kelas lama. Bangunan sekolah baru ini didirikan terpisah dari bangunan sekolah lama. Bangunan sekolah baru terletak di seberang jalan bangunan sekolah lama, tepatnya ditengah pemukiman masyarakat Sakai di Jembatan II.

Gambar 26: Bangunan sekolah yang dibangun pada tahun 2012 dari Alokasi Dana Desa tahun 2011

Pada bangunan sekolah lama ada sebuah kelas yang disekat dengan papan triplek menjadi 3 ruangan yaitu untuk kelas 4 dan kelas 5. Jumlah siswa kelas 4 dan 5 yang sedikit membuat guru menggunakan satu ruangan saja. Bangunan sekolah yang baru dipergunakan untuk kelas 2 dan kelas 3. Sedangkan 3 ruangan lainnya tidak dipergunakan.

Gambar 27: Salah satu ruang kelas yang disekat untuk kelas 4 dan kelas 5

Bangunan sekolah lama berpanggung dengan ketinggian sekitar ± 2 m dan bangunan sekolah baru berpanggung dengan ketinggian sekitar ± ½ m. Bangunan sekolah lama dan sekolah baru berdinding, berlantai papan dan memakai kaca nako untuk jendelanya. Kursi yang digunakan oleh siswa adalah kursi yang terbuat dari kayu dan beberapa bauh kursi plastik. Papan tulis terbuat dari papan triplek putih sehingga menulis di papan tulis dengan spidol. Pada bangunan lama ini tidak memiliki halaman, oleh karena itu siswa-siswa bermain pada lorong jembatan sekolah. Sedangkan pada bangunan sekolah baru memiliki halaman yang cukup luas.

Kantor guru berada di bangunan sekolah lama. Didalam kantor guru terdapat 5 meja guru dan 9 kursi pelastik, terdapat 2 lemari untuk menyimpan berkas sekolah, lantai kantor dilapisi dengan karpet pelastik dan karpet baldu. Selain itu Kantor guru juga dilengkapi dengan dapur dan WC. Air diperoleh sekolah dari membeli pada orang yang berjualan berkeliling. Menururt Bapak kepala sekolah yang sudah 5 tahun bertugas di SDN 69 Petani Kecamatan

Mandau ini, sebelumnya kantor guru sama sekali tidak mencerminkan kantor guru seperti sekarang. Kepala Sekolah mengatakan bahwa ia dan guru lain pernah menjadi tukang untuk membuat jembatan sekolah tersebut.

Gambar 28: Jembatan sekolah yang ambruk karena diterjang angin pada tahun 2012

Pada November 2012 atap jembatan bangunan sekolah lama porak-poranda karena diterjang angin kencang. Menurut majelis guru pemerintah daerah pernah datang untuk mendata dan survey keadaan SDN 69 Petani. Akan tetapi tidak ada realisasinya. Pihak sekolah juga telah menginformasikan keadaan SDN 69 petani ke Pemerintah Daerah tetapi tidak ada tanggapan dari pemerintah setempat. Menurut Kepala Sekolah Anggota Dewan pun terkejut dengan kondisi SDN 69 Petani ketika berkunjung, akan tetapi hanya sekedar terkejut saja.

Fasilitas penunjang pendidikan lainnya seperti perpustakaan, SD ini belum memilikinya. Dalam kegiatan belajar anak-anak menggunakan buku pokok pelajaran yang disediakan oleh sekolah. Misalnya dalam pelajaran Bahasa

Indonesia setiap siswa akan dibagi buku pokok pelajaran Bahasa Indonesia dan setelah kelas berakhir maka buku tersebut akan dikumpulkan kembali kepada guru untuk disimpan. Selain itu anak-anak oleh guru juga diwajibkan untuk membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing mata pelajaran dengan harga yang terjangkau sekitar Rp. 10.000,00.

Gambar 29: Siswa yang dibariskan di teras sekolah saat upacara bendera yang hanya menyanyikan lagu-lagu kebangsaan

Kegiatan belajar mengajar di SDN 69 Petani dimulai pada pukul 08.00 wib. Hal ini dikarenakan rumah guru-guru yang jauh di Kota Duri. Istirahat belajar hanya satu kali untuk semua kelas yaitu pada pukul 09.15 wib. Kelas 1 pulang sekolah pukul 10 sedangkan kelas 2 sampai kelas 5 pulang sekolah pukul 11.00 wib. Kepala sekolah membuat peraturan tersebut karena melihat keadaan siswa yang mudah jenuh dalam belajar dan membuat siswa tersebut tidak betah duduk dikelas. Pada hari senin tidak ada upacara bendera. Siswa hanya dibariskan di teras sekolah kemudian menyanyikan lagu indonesia raya, mengheningkan

cipta dan bendera merah putih. Akan tetapi tidak semua siswa yang hapal lagu-lagu tersebut. Selesai menyanyikan lagu-lagu-lagu-lagu tersebut kemudian salah satu guru memberikan arahan atau motivasi belajar kepada siswa-siswa. Selain itu pada hari sabtu tidak ada kegiatan olahraga namun digantikan dengan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah.

Siswa-siswa SDN 69 Petani munggunakan pakaian olahraga, pramuka, merah putih, ataupun batik yang tidak sesuai dengan hari yang telah ditentukan. Ada siswa yang tidak memakai sepatu sekolah melainkan memakai sandal karena belum mendapat bantuan sepatu sekolah. Ada juga siswa yang melepas sepatunya didalam kelas pada saat belajar dengan alasan merasa kakinya kepanasan. Guru tidak memberikan sanksi (hukuman) kepada anak didik yang tidak mematuhi perauran. Sebagian sisiwa juga tidak membawa tas dan bukunya pulang kerumah melainkan meninggalkan tas dan bukunya dikelas. Siswa kelas 3, kelas 4 dan kelas 5 masih menulis menggunakan pensil bukan menggunakan pena sebagaimana mestinya.

Prilaku siswa-siswa di SDN 69 Petani berbeda dengan siswa pada umumnya. Misalnya siswa-siswa suka berjalan ke kelas lain padahal masih dalam proses belajar mengajar. Siswa-siswa sulit diatur dan semua ingin mengatur temannya. Siswa lebih banyak yang tidak patuh pada guru, misalnya siswa tidak mematuhi larangan guru untuk tidak berbicara ketika guru sedang menerangkan pelajaran dan melarang siswa saling menjahili temannya ketika berbaris atau pun didalam kelas. Selain itu siswa-siswa menyela pembicaraan yang sedang berlangsung antara peneliti dan guru melalui jendela kantor guru. Siswa-siswa

mengajar pun terganggu oleh suara mesin pemotong kayu dari belakang dan samping sekolah.

Tabel VI : Daftar Urut Kepangkatan SD Negeri 69 Petani Kecamatan Mandau

NAMA DAN NIP TEMPAT,

TGL LAHIR JABATAN/ TUGAS IJAZAH TERTINGGI TMT CPNS DAN TMT BERTUGAS MISYONO, S.Pd 197008031998031 003 Bokor 03/08/1970 Kepala Sekolah S1/2006 01/03/1998 03/07/2008 Drs.DALANA 196312042007011003 Bantul 04/12/1963 Gr.Agama S1/1991 01/01/2007 21/07/1998 YARMIATI,R.S.Ag 107202072007012004 Labuatan 02/07/1972 Gr.Kelas SPG/1987 01/01/2007 01/02/2008 ADINAR A 196606162007012007 Taput 16/06/1966 Gr.Kelas SPG/1987 01/01/2007 01/02/2008 ZULAIKAH 196909092007012009 Magelang 09/09/1969 Gr.Kelas PGA/1989 01/01/2007 01/02/2008 SRI FITRIYANI 197111202007012003 T.Tinggi 20/11/1971 Gr.Kelas DII/2007 01/01/2007 01/02/2008 ALDERTA Solok 03/08/1969 Gr.Kelas SMA/1990 - 05/01/2005 BONIRAN Jepun 02/12/1988 Gr.Kelas SMA/2008 - 01/01/2011

Sumber : Kepala Sekolah SDN 69 Petani

Pada awal berdinya sekolah jumlah siswa mencapai ±100 siswa secara keseluruhan dari kelas 1 hingga kelas 6. Namun jumlah siswa dari tahun ke tahun semakin berkurang. Saat ini ada 43 siswa yang terdaftar di SDN 69 Petani Kecamatan Mandau ini. Namun yang aktif datang kesekolah hanya sekitar 23 siswa saja secara keseluruhan dari kelas 1 hingga kelas 5. Siswa kelas satu berjumlah ±15 orang. Siswa kelas 2 berjumlah 2 orang. Siswa kelas 3 berjumlah 4 orang. Siswa kelas 4 berjumlah 1 orang. Siswa kelas 5 berjumlah 1 orang. Sedangkan siswa kelas 6 tidak ada pada tahun ajaran 2012-2013 ini. Ada 8 majelis guru di SDN 69 Petani Kecamatan Mandau ini, 6 Guru tetap dan 2 Guru honor. Guru-guru tersebut tidak ada yang bertempat tinggal di Jembatan II ini. Mereka bertempat tinggal di Kota Duri.

Tabel VII: Daftar Nama Siswa Tidak Aktif di SDN 69 Petani

KELAS NAMA

1 Dede, Aman, Sprol, Roni, Popo, Eka, Guti, Baron, Sentika, Sonia, Manda, Nia, Yoga, Predi, Amed.

2 Ayur, Fizai, Iis, Rio. 3 Jane, Soman, Doyo, Susi 4 Puja, Iil, Dedi

5 Lisna

6 Suras, Nova, Asni.

Sumber: Kepala Sekolah SDN 69 Petani

Gambar 30: Salah seorang guru sedang mengajar kelas 3 yang muridnya berjumlah 4 orang.

Menurut Kepala Sekolah untuk mendapatkan data administrasi di SDN 69 Petani sulit. Salah satu contohnya mengenai data jumlah siswa. Data jumlah siswa yang tercatat kurang valid. Dikatakan kurang valid karena jumlah siswa yang terdaftar tidak sama dengan jumlah siswa yang ada di dalam kelas. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang keluar atau lepas dari sekolah dan suatu saat mereka akan masuk lagi ketika mereka ingin sekolah. Selain itu pada waktu yang bersamaan ada pula siswa pindahan dari sekolah lain yang masuk ke SDN 69

Petani ini. Diantara siswa tersebut sebenarnya pernah bersekolah di SDN 69 Petani ini. Menurut majelis guru SDN 69 Petani masalah yang timbul pada siswa yang keluar atau lepas dari sekolah dan masuk sekolah lagi sesuai keinginannya adalah jumlah NIS (Nomor Induk Siswa) menjadi banyak, tetapi jumlah siswa yang ada dalam kelas tidak sesuai.

Gambar 31: Salah seorang guru yang mengajar kelas 2 dengan murid yang hanya 2 orang.

Siswa yang keluar atau lepas dari sekolah kemudian mereka akan masuk sekolah lagi apabila mendengar ada bantuan akan datang untuk siswa SDN 69 Petani. Bantuan tersebut antara lain dari pemerintah Desa Petani, Agggota DPR, PT Chevron Pacific Indonesia, PT Tumpuan, PT Liberton, dan lain-lain. Bantuan yang diberikan berupa seragam sekolah, sepatu, dan peralatan sekolah seperti buku tulis, pena, pensil, penghapus, dan penggaris. Akan tetapi seminggu setelah bantuan tersebut datang maka kemudian siswa tidak masuk sekolah lagi. Dengan kata lain mereka masuk sekolah hanya untuk mendapatkan bantuan tersebut.

Pihak sekolah tidak bisa melarang siswa untuk keluar dan masuk sekolah sesuka hati mereka. Karena orang tua siswa pasti akan datang ke sekolah dan mengancam majelis guru. Menurut guru-guru masyarakat di Jembatan II ini Egoisnya tinggi. Setiap masalah langsung dibawa emosi. Sekolah pernah didatangi masa yang membawa parang dan mengancam akan menyetop gaji guru.

Menurut Orang Sakai anak-anak di Jembatan II lebih banyak yang tidak bersekolah. Menurut orang tua alasan tidak bersekolah karena anak mereka yang tidak ingin sekolah. Walaupun orang tua sudah memaksa untuk sekolah hingga menggunakan kekerasan pun anak tetap tidak ingin sekolah. Seperti yang dikatakan oleh ibu Erleni yang anaknya tidak ingin bersekolah:

“Bagaimano lah disuwoh budak tak onak sekolah dimaahkan budak sampai diumah sekolah tak onak bolaja.” (Bagaimana pun disuruh, anak tidak ingin sekolah, dimarahi anak sampai sampai sekolah tidak ingin belajar).

Ada pula yang mengatakan karena tidak ada biaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang SMP dan SMA. Di SMP dan SMA tidak seluruhnya biaya sekolah dibantu. Hanya seragam dan uang pendaftaran yang dibantu, sedangkan buku pelajaran dibeli sendiri.

Ada orang tua yang mengatakan bahwa anak mereka ikut mandah ke hutan mencari kayu berhari-hari bahkan berbulan-bulan sehingga anak mereka lebih sering tidak masuk sekolah. Selain itu seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar terutama anak laki-laki sudah pandai mencari uang sendiri, dengan cara mencari ikan di sungai dan sebagai buruh angkut kayu. Hal ini membaut

mereka sudah kurang perhatiannya untuk sekolah. Dengan kata lain mereka cenderung untuk bekerja dan berhenti sekolah.

Menurut anak-anak mereka tidak melanjutkan ke kelas selanjutnya karena merasa malu dengan usia yang lebih tua dibandingkan dengan usia rata-rata siswa SD. Dalam kelas 1 usia siswa beragam mulai 5 tahun hingga 14 tahun. Hal ini dikarenakan kemauan anak tersebut untuk bersekolah muncul pada usia tersebut.

Menurut Orang Sakai kebanyakan anak-anak bersekolah hanya untuk dapat membaca dan menulis saja, setelah itu mereka tidak melanjutkan sekolah lagi. Sehingga apabila di kelas 2, 3, atau 4 mereka sudah bisa membaca dan menulis maka mereka akan tidak bersekolah lagi. Selain itu menurut guru-guru di SDN 69 Petani siswa-siswa mudah marah dengan mereka. Misalnya pada saat siswa berkelahi dengan temannya dan guru melerai serta menasehati, akan tetapi siswa tersebut marah membanting tas dan pulang, keesokan harinya tidak masuk sekolah lagi. Ada orang tua yang membakar seragam sekolah dan buku anaknya karena melihat anaknya merokok, alhasil anaknya tidak dapat sekolah lagi. Ada pula anak yang mengatakan bahwa mereka lebih suka bermaian dari pada sekolah.

Anak-anak yang tidak sekolah biasanya bermain di halaman sekolah. Mereka juga sering menggagu temannya yang sedang belajar dikelas. Mereka masuk-masuk ke dalam kelas atau pun mengintip dari jendela dan pintu. Apabila di suruh pergi oleh guru mereka akan kembali lagi.

Gambar 32 : Anak-anak yang lepas dari sekolah sedang bermain di halaman sekolah

Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga. Tidak ada bak sampah di lingkungan sekolah. Bangunan sekolah yang berbentuk panggung membuat siswa-siswa membuang sampah sembarangan ke bawah panggung. Keadaan tanah yang bersifat rawa membuat sampah tidak dikutip setiap hari. Menurut guru-guru, mereka harus menunggu air rawa tersebut kering untuk menyapu dan membakar sampah-sampah tersebut.

Siswa-siswa juga kurang menjaga kebersihan diri. Terlihat siswa-siswa yang mempunyai kuku yang panjang dan kotor berwarna hitam. Ada pula siswa yang terlihat sedang sakit flu dan mengelapkan ingusnya ke baju sekolah yang dipakai sehingga bajunya kotor. Siswa-siswa juga tidak menyikat gigi mereka ketika mandi. Menurut guru-guru, SDN 69 Petani pernah kedatangan tamu dari dinas kesehatan setempat bersama anak-anak kebidanan dari salah satu kebidanan yang ada di Kota Duri. Mereka membagikan sikat gigi dan pasta gigi untuk siwa-siswa. Mereka mensosialisasikan pentingnya menyikat gigi guna menjaga

kesehatan gigi. Serta mensosialisasikan bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar.

Gambar 33: dinas kesehatan setempat bersama anak-anak kebidanan membagikan sikat gigi dan pasta gigi untuk siswa-siswa.

Anak yang ingin melanjutkan ke sekolah lanjutan harus pergi ke km 10 jalan Rangau yaitu di SMP 5 Mandau dan SMA 7 Mandau. Anak Sakai di Jembatan II ini yang melanjut ke bangku SMP ada 3 Orang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, sedangkan anak yang melanjut sekolah sampai di bangku SMA pada saat ini hanya 1 orang perempuan saja.

Menurut Bapak Misyono selaku kepala sekolah SDN 69 Petani, apabila ada bantuan yang tersisa maka anak Ibu Erma yaitu Desi yang bersekolah di SMA 7 Mandau dan Neli yang bersekolah di SMP 5 Mandau juga akan mereka beri. Menurut Bapak Misyono, pihak sekolah juga membantu anak-anak Ibu Erma pada saat mendaftar ke SMP dan SMA.

Perjuangan ibu Erma dalam menyekolahkan anaknya sangat sulit. Ketika Ibu Erma akan menyekolahkan anaknya ke SMP, Ia merasa dipersulit oleh pihak sekolah dalam hal biaya. Ibu Erma menuntut janji dari PT Chevron yang akan membiayayi sokolah anak-anak Sakai. Tetapi cara Ibu Erma dalam menuntut tersebut dengan mengamuk di SMP 5 Mandau. Tetapi pada saat anak ke-2 ibu Erma akan masuk ke SMP tidak dipersulit lagi. Bantuan dari kepenghuluan yang diterima oleh anak pertama Ibu Erma yang duduk di bangku SMA sebesar Rp 900.000.00; dan bantuan untuk anak Ibu Erma yang ke-2 yang duduk di bangku SMP sebesar Rp 700.000.00;. Selain itu, Ibu Erma pernah mengamuk di SDN 69 Petani karena mencari pertinggal SKHU anaknya, Desi. SKHU Desi tidak ada di SMP pada saat desi akan melaksanakan UN.

Pendidikan anak dalam keluarga lebih banyak ditangani ibu dari pada ayah. Ayah jarang menegur anaknya secara langsung jika anak itu bertingkah laku kurang tepat. Hal ini dikarenakan ayah yang bekerja mencari kayu pergi pagi dan pulang pada sore hari ataupun mandah membuat ayah jarang memperhatikan anaknya.

Selain kedua jenis pendidikan diatas, anak-anak juga menjalani sosialisasi, antara lain berkenaan dengan kegiatan ekonomi yang menonjol di Jembatan II, yaitu mencari kayu dan menangkap ikan. Anak-anak setelah pulang sekolah dibiasakan membantu kegiatan orang tua. Begitu juga anak-anak yang tidak bersekolah dibiasakan membantu kegiatan orang tua. Anak perempuan selain mempunyai tugas menjaga adiknya yang masih kecil, juga dibiasakan membantu pekerjaan ibi di rumah, seperti menyapu rumah, mencuci piring dan pakaian serta

memasak. Anak laki-laki membantu pekerjaan ayah seperti melihat lukah, ikut memancing, melangsir kayu, hingga ikut mandah.