Bab III Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya
3.8 Kesehatan
3.8.1 Kesehatan Tubuh
Orang Sakai di Jembatan II kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan memelihara lingkungan yang baik untuk memelihara kesehatan diri dan keluarga. Penampilan Orang Sakai dalam hal berpakaian cukup rapi namun kurang menjaga kebersihan. Tidak ada Orang Sakai yang berpakaian compang-camping namun pakaian yang digunakan kurang bersih. Kaum laki-laki biasanya hanya menggunakan celana pendek saja dan tidak menggunakan baju. Sedangkan kaum perempuan menggunakan baju seperti kebanyakan perempuan.
Orang Sakai di Jembatan II kurang menjaga kesehatan pribadi. Hal ini terlihat dengan cara mandi yang tidak menggunakan sabun yang biasanya dilakukan oleh anak laki-laki maupun remaja. Sore hari setelah mereka bermain sepak bola maka mereka bersama-sama menuju sungai dan menjeburkan diri ke sungai dari atas jembatan. Kegiatan mandi ini mereka lakukan tanpa menyabuni badan dan menggosok gigi mereka. Setelah itu mereka pulang kerumah dan langsung mengganti baju mereka yang basah.
Orang Sakai di Jembatan II juga kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut mereka. Hal ini terlihat pada cara menggosok gigi yang tidak teratur serta memakai satu sikat gigi yang sama dalam satu keluarga. Bahkan anak-anak lebih banyak yang tidak menggosok giginya ketika mandi. Hal ini dikarenakan orang tua yang tidak mengajarkan dan membiasakan untuk menggosok gigi setiap kali mandi. Selain itu Orang Sakai juga meggsok gigi mereka dengan menggunakan air sungai tidak menggunkan air bersih ataupun air hujan. Orang Sakai juga menggunakan 1 sikat gigi untuk digunakan bersama.
Gambar 37: Kuku tangan salah satu anak yang panjang dan kotor
Anak-anak Sakai terlihat memiliki kuku yang panjang dan kotor berwarna hitam pekat. Hanya sedikit sekali anak-anak yang memiliki kuku yang bersih. Hal inidikarenakan orang tua yang tidak memperhatikan kebersihan si anak. Selain itu alat pemotong seperti jepit kuku dan gunting kuku pun tidak dimiliki di rumah. Biasanya mereka memotong kuku menggunakan pisau dapur.
Anak-anak Sakai terlihat memiliki rambut yang kusam dan berkutu. Hal ini dikarenakan anak-anak sakai hampir setiap hari mencuci rambut mereka ketika mandi di sungai, akan tetapi tidak memakai sampo ketika mencucinya. Sehingga membuat rambut mereka terlihat tidak terawat. Hanya para remaja dan orang tua saja yang menggunakan sampo ketika mencuci rambutnya. Selain itu anak-anak Sakai yang rambutnya berkutu tidak diberi obat kutu. Orang tua mereka hanya mengandalkan pembersihan kutu secara manual yaitu mencari kutu dengan tangan satu persatu.
Pakaian yang digunkaan oleh anak-anak Sakai juga terlihat tidak bersih. Anak-anak Sakai suka bermain sembarangan tidak memperdulikan kebersihan
pakaian yang mereka gunakan. Misalnya duduk ditanah atau disembarang tempat, bermaian hingga mengguling-gulingkan badan ke tanah, mengelapkan tangan yang kotor pada pakaian yang mereka kenakan, dan lain-lain. Selain itu pakaian yang dicuci dengan air sungai akan meninggalkan warna kekuningan apabila tidak dibilas lagi dengan air hujan sehingga membuat pakaian terlihat tidak bersih.
Gambar 38 : anak-anak yang bermain tanpa memperhatikan kebersihan tubuh dan pakaiannya.
Orang Sakai baik anak-anak sampai orang tua jarang menggunakan alas kaki ketika keluar rumah. Apabila mereka keluar rumah untuk pergi masih dalam lingkungan Jembatan II maka mereka lebih banyak yang tidak menggunkan alas kaki. Tetapi apabila mereka akan pergi keluar dari kampung maka mereka akan menggunakan alas kaki. Selain itu ketika mereka menaiki sampan maka tidak menggunakan alas kaki.
3.8.2 Kesehatan Lingkungan
pengaturan ruang kurang tertata, serta pakaian yang tidak rapi membuat rumah terlihat kumuh. Hanya sedikit saja rumah yang bisa dikatakan rapi dan bersih. Selain itu bawah kolong rumah terlihat sampah-sampah rumah tangga menumpuk karena sebagian besar perumahan masyarakat Sakai di Jembatan II adalah rumah panggung di atas air maupun di tanah rawa. Tidak ada kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan yang dilakukan oleh Masyarakat Jembatan II.
Sanitasi lingkungan dalam hal ini meliputi air bersih, jamban (WC), tempat penumpukan sampah-sampah, dan sebagainya juga kurang terpenuhi. Air sungai yang keruh membuat masyarakat Sakai harus membeli air bersih. Masyarakat Sakai mendapatkan air bersih dari pedagang air dari luar kampung. Masyarakat biasanya membeli Rp.5000,00/ jerigen ukuran 25 liter. Pedagang air ini akan datang setiap hari. Air bersih digunakan untuk memasak nasi, mencuci sayuran, memasak air minum serta membilas pakaian sekolah. Hal ini dikarenakan tidak adanya sumur-sumur galian di Jembatan II ini.
Dalam hal buang air besar bukan merupakan masalah bagi penduduk yang bertempat tinggal di rumah panggung, karena selesai mereka buang air besar biasanya kotoran tersebut langsung dibawa oleh air sungai yang ada dibawah rumah ataupun dibawah jamban. Akan tetapi hal ini tidak sehat karena air sungai tersebut juga digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian serta piring. Ada pula yang membuang air besar dengan pergi menggunakan sampan mencari akar-akar pohon yang semak dipinggir sungai.
Ada pula sebuah rumah yang dapurnya terdapat kandang ayam dan jamban. Padahal di dapur tersebut mereka mengasap ikan salai. Bau yang
disebabkan oleh ayam sangat menusuk hidung dan tidak sehat bagi lingkungan dapur. Begitu juga dengan jamban yang persis bersebelahan dengan tempat mengasap ikan. Hal ini tentulah membuat ikan yang diasap tersebut tidak sehat bagi tubuh.
Gambar 49: Kandang ayam yang berada di dapur