• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya

3.2 Mata Pencaharian

3.2.2 Menangkap Ikan Di Sungai

Orang Sakai di Jembatan II setiap hari menangkap ikan disungai. Jenis ikan yang terdapat di sungai Jembatan II antara lain Ikan selais, baung (putih), bulan-bulan/singkek (seperti ikan sepat), toman, kelabau (kabau), tapah, bujuk/ lupung(gabus), ikan tanah, pantau, jalai, gabus, lele (lembat), sekapar, mengkaik, batung, udang, kura-kura, labi-labi, berang-berang dan lain-lain. Cara yang dilakukan Orang Sakai dalam memangkap ikan antara lain dengan memancing, meletakkan lukah, menaju, melanggai, dan getek. Orang Sakai dalam melakukan cara tersebut menggunakan peralatan seperti pancing, lukah kantor, lukah pngilar, taju, jaring, dan lain-lain.

Memancing

Orang Sakai memancing pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari antara pukul 06.00 wib sampai 10.00 wib anak-anak Sakai memancing ikan mengkaik untuk dijadikan umpan. Ikan mengkaik adalah ikan kecil-kecil yang hidup dipinggir sungai biasanya di sekitar rumah Orang Sakai. Memancing ikan mengkaik menggunakan umpan nasi yang pasangkan pada kail. Untuk memancing ikan mengkaik tidak memerlukan waktu yang lama. Biasanya dalam 1 menit saja bisa mendapatkan 5 ikan. Ikan mengkaik yang di dapat akan dijadikan untuk menaju ikan. Ikan mengkaik jarang dikonsumsi oleh Orang Sakai. Menurut mereka ikan mengkaik repot mengolahnya (memberihkan sisiknya) karena berukuran kecil. Selain itu ikan mengkaik tergolong ikan yang kotor karena hidup

disekitar rumah orang sakai dan memakan apa saja yang jatuh dari atas rumah termasuk kotoran manusia.

Pada sore hari Orang Sakai baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak memancing ke hilir sungai naik sampan. Sebelumnya mereka mencari umpan cacing di halaman depan rumah atau di tumpukan serbuk kayu di kilang. Bisanya mereka pergi pukul 16.00 WIB dan pulang pada petang pukul 18.30 WIB. Ikan yang didapat saat memancing antara lain ikan selais, ikan patok, kelabau, anak umat, lupong, dan ikan mengkaik. Pancing yang digunakan terbuat dari bambu, kayu, atau batang kelapa sawit, dengan panjang sekitar 2 ½ m. Menggunakan tali pancing dengan panjang sekitar 2 ¼ m.

Gambar 14: Orang sakai yang sedang memancing

Menaju

Menaju adalah cara memancing dengan memasang taju pada ranting-ranting pohon dipinggir sungai. Taju adalah alat pancing yang tidak pakai batang pancing, hanya kail dan tali pancing yang berukuran besar. Umpan taju adalah

ikan mengkaik atau ikan sempoik yang telah dipotong-potong. Biasanya Orang Sakai dapat memasang taju sebanyak mungkin seperti 10 hingga 20 taju. Apabila taju dipasang pada pagi hari maka siang harinya dilihat atau diambil. Apabila dipasang siang maka sore hari dilihat. Dan apabila memasng taju pada sore hari maka keesokan harinya diambil. Ikan yang dicari menggunakan taju antara lain ikan tapah, belut, lumpong/gabus, dan ikan besar lainnya.

Gambar 15: Hasil tangkapan ikan dengan menggunakan alat Taju

Getek

Menggetek yaitu memancing dengan menggoyang-goyangkan pancing. Hal ini dilakukan agar ikan tertarik pada umpan. Umpan yang dipakai dalam menggetek ini adalah cicak, katak hijau, atau anak tikus. Pancing terbuat dari batang bambu, tali pancing yang besar nomor 12, serta mata pancing besi. Menggetek dilakukan pada pagi dan sore hari. Menggetek biasanya dilakukan dipinggir sungai atau di bekoan. Ikan yang didapat adalah ikan tanah dan ikan

gabus/ lupong. Kegiatan ini hanya sedikit orang yang melakukan, biasanya adalah orang yang hobi saja.

Lukah

Ada berbagai jenis lukah untuk menangkap ikan. Lukah kantor dan lukah pengilar adalah lukah yang sering digunakan oleh Orang Sakai di Jembatan II untuk menangkap ikan. Dahulu semua lukah dibuat dari rotan dan pada tahun 2000-an lukah sudah terbuat dari kawat dan tali. Lukah kantor terbuat dari jaring kawat dan rotan yang dirangkai berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1 meter- 1.50 meter. Bagian dalam lukah dirangkai rotan berbentuk kerucut yang ujungnya diberi lubang. Bagian depan lukah untuk pintu masuk ikan dibuat lebih besar dari bagian belakang. Sedangkan bagian belakang dibuat agak kecil bahkan ditutup agar ikan yang sudah masuk tidak bisa keluar.

Lukah ini biasanya diletakkan di bekoan atau rawa-rawa untuk menangkap ikan lele. Umpan yang digunakan adalah belacan atau buah parah (buah pohon karet). Setiap satu hari satu malam atau setiap dua hari lukah akan dilihat. Apabila musim ikan melihat lukah dalam satu hari bisa sampai 3-4 kali. Menurut mereka musim ikan itu pada bulan Agustus.

Gambar 16: Lukah Kantor

Lukah pengilar adalah lukah yang terbuat dari tali nilon yang dijalin berbentuk persegi dengan bantuan kayu. Kemudian diberi lubang panjang disalah satu sisi yang berfungsi sebagai pintu masuk ikan. Cara mengeluarkan ikan yang tertangkap dengan mengeluarkan ikan pada lubang yang dibuat di sudut lukah. Lukah ini bisa menggunakan umpan bisa juga tidak. Lukah diletakkan dipinggir sungai diantara akar-akar pohon ataupun semak-samak pandan yang tumbuh di dalam sungai. Menurut mereka disitulah tempat berkumpulnya ikan. Apabila lukah diletakkan pada pagi hari maka akan dilihat pada sore hari. Apabila lukah diletakkan pada sore hari maka akan dilihat pada keesokan paginya. Hal ini dilakukan karena terdapat ikan-ikan yang aktif pada malam hari dan ada ikan yang aktif pada siang hari. Ikan yang didapat adalah ikan bulan-bulan dan ikan selais tapi kadang-kadang dapat juga ikan besar seperti lupong. Lukah di beli dari tetangga yang pandai membuat lukah. Ada pula jenis lukah pengilar kecil yang terbuat dari jaring bukan tali nilon. Lukah ini menggunakan umpan nasi biasanya untuk menangkap ikan mengkaik. Lukah ini diletakkan dibawah rumah rumah panggung yang berdiri diatas sungai atau bekoan.

Gambar 17 : Lukah Pengilar Melanggai

Melanggai yaitu menangkap ikan maupun udang menggunakan jaring yang diapit dua bambu panjang. Panjang jaring 4-5 meter dengan lebar 2 meter, sedangkan panjang bambu sekitar 2-3 m. Ikan yang didapat biasanya adalah segala ikan seperti ikan bulan-bulan, ikan mengkaik, ikan selais, dan lainnya. Akan tetapi kegiatan melanggai ini jarang sekali dilakukan karena di sungai terdapat ranting-ranting pohon membuat jaring sering tersangkut.