• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELSAMBangun Rekonsiliasi * Tragedi 1965 Patut Dimaafkan, tetapi Tidak Dilupakan

Dalam dokumen 2012 Kumpulan Kliping KKR (Halaman 161-168)

KOMPAS(Nasional) - Selasa, 02 Oct 2012 Halaman: 4 Penulis: FER; WHY; OSA; ETA

Ukuran: 3719 Foto: 1 Bangun Rekonsiliasi

Tragedi 1965 Patut Dimaafkan, tetapi Tidak Dilupakan

JAKARTA, KOMPAS — Negara seharusnya melakukan rekonsiliasi soal tragedi 1965. Rekonsiliasi diperlukan untuk mencari kesalahan dalam perjalanan bangsa sehingga dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Rekonsiliasi dapat mewariskan sejarah bangsa yang lebih utuh kepada generasi muda.

Harapan itu disampaikan pengamat militer Agus Widjojo dalam kunjungan ke makam pahlawan revolusi di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, Senin (1/10). Hadir antara lain

Sukmawati Soekarno, Amelia Yani, Sarjono Kartosuwiryo, dan Ilham Aidit.

Menurut Agus, salah satu konsep rekonsiliasi adalah pencarian kebenaran. ”Kita tidak mencari siapa benar atau siapa salah, melainkan melihat di mana kesalahan negara ini. Apa yang salah dengan bangsa ini,” katanya.

Hal sama diungkapkan Ilham Aidit. Menurut Ilham, ia kesal karena negara sampai saat ini belum dapat melakukan rekonsiliasi tragedi 1965. ”Saya kesal karena pemerintah tidak bisa

menyelesaikan kasus pelanggaran berat masa lalu,” katanya.

Sukmawati Soekarno mengatakan, pada saat-saat awal Reformasi 1998, tuntutan agar mantan Presiden Soeharto diadili begitu besar. Namun, dalam perjalanan Reformasi, Soeharto tidak pernah diadili.

Kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Hadir Ny Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono beserta Ny Herawati Boediono, pimpinan lembaga tinggi negara dan sejumlah menteri.

Dimaafkan, tak dilupakan

Para aktor dalam tragedi 1965 itu patut dimaafkan, tetapi bukan berarti gerakan kebengisan mereka patut dilupakan. Peristiwa kekejian itu harus menjadi pelajaran berharga bagi bangsa ini. Sikap memaafkan itu terungkap dalam Halaqoh Kebangsaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertajuk ”Mengungkap Fakta dan Peristiwa Kelam Tahun 1965” di Jakarta, Senin. Hadir mantan Wakil KSAD Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, analis

kliping

ELSAM

Senior CSIS Harry Tjan Silalahi, dan sastrawan Taufiq Ismail.

”Kita maafkan kesalahan mereka, tetapi kita tidak boleh melupakan peristiwa itu,” ujar Ketua MUI H Amidhan. Fahmi yang juga merupakan Angkatan 66 mengatakan, ”Mungkinkah kekuatan komunis yang telah ditinggalkan penganut setianya seperti China dan Rusia kembali lagi? Mungkin sekali, tetapi dalam format berbeda. Kerusuhan tahun 1998 itu mirip sekali manuvernya dengan komunis. Mereka memiliki sasaran tertentu.”

Menurut Harry, masyarakat pernah terluka akibat gerakan komunis. Karena itu, perlu sikap kehati-hatian dalam menuntaskan peristiwa berdarah itu.

Jaksa Agung Basrief Arief mengakui, penanganan hukum atas tragedi 1965 memiliki tingkat kesulitan tinggi. Hal itu salah satunya karena peristiwa tersebut terjadi hampir 50 tahun yang lalu. Saat ini tim dari Kejaksaan Agung masih terus meneliti berkas perkara dari hasil

penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Terkait tragedi 1965, Komnas HAM sudah menyelesaikan penyelidikan. Komnas HAM menyimpulkan terdapat cukup bukti permulaan untuk menduga telah terjadi kejahatan kemanusiaan yang merupakan pelanggaran HAM berat dalam peristiwa 1965-1966. (FER/WHY/OSA/ETA)

Image :

KOMPAS/RIZA FATHONI

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ny Ani Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Boediono beserta Ny Herawati Boediono meninggalkan lokasi upacara Peringatan Hari

Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Senin (1/10). Hari Kesaktian Pancasila diperingati untuk mengenang tujuh pahlawan revolusi korban peristiwa G30S tahun 1965.

kliping

ELSAM

Pelanggaran HAM: "Kami Takkan Pernah Melupakannya"

KOMPAS(Nasional) - Senin, 01 Oct 2012 Halaman: 1,15 Penulis: IRMA TAMBUNAN

Ukuran: 5750 Pelanggaran HAM

”Kami Takkan Pernah Melupakannya”

Perjalanan dari Stasiun Oranienburg menuju Memorial Sachsenhausen hanya butuh waktu 20 menit berjalan kaki. Namun, Annette sejak awal mewanti-wanti kami untuk berhati-hati. ”Jangan memisahkan diri dari kelompok,” ujarnya mengingatkan kami.

Oleh IRMA TAMBUNAN

Annette adalah Project Manager International Institute for Journalism of GIZ. Ia jadi

penanggung jawab keselamatan kami, 10 jurnalis yang semuanya berasal dari Asia dan Afrika, selama di Jerman.

Ia khawatir kami rentan mengalami provokasi saat berada di sekitar kawasan bekas kamp konsentrasi penyiksaan korban Nazi di Memorial Sachsenhausen, sekitar 35 kilometer di utara Berlin, Jerman. Dengan tetap bersama memudahkan kami untuk saling menjaga satu sama lain. Nasihat serupa datang dari warga Jerman lainnya, Andre Walter (67). Dia mengingatkan agar jangan berjalan sendirian di sejumlah tempat di bekas wilayah timur lewat dari pukul 21.00. ”Membahayakan keselamatanmu,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Kami mengira nasihat itu berlebihan. Selama dua bulan berada di Berlin, sejak Juli lalu, kami belum pernah mengalami bentuk provokasi apa pun sewaktu menyusuri malam di kawasan bekas wilayah Jerman Timur yang dibatasi Sungai Media Spree. Justru lebih aman di sini ketimbang di Jakarta yang marak oleh tindak kekerasan. Kawasan bekas perbatasan Jerman Barat dan Jerman Timur ini merupakan salah satu tempat favorit untuk menghabiskan waktu luang bersama teman. Di sanalah kami menikmati indahnya senja, berhubung selama musim panas tahun ini langit Berlin hampir selalu cerah.

Kembalikan kekuatan lama

Walter bercerita, belakangan ini ada semacam gerakan yang menginginkan kembalinya kekuatan lama, entah itu pada masa kekuasaan Nazi hingga berdirinya tembok tinggi Berlin. Pada intinya, mereka bermaksud membentengi Jerman dari dunia luar. Ada yang menyebutnya sebagai gerakan Nazi baru (new nazism movement). Ada pula keinginan kelompok tertentu membangun tembok baru Berlin. ”Mereka tidak menghendaki keadaan seperti sekarang di mana begitu banyak pendatang masuk ke Berlin. Mereka tidak lagi merasa nyaman,” ujarnya.

Dia mencontohkan, di kawasan Kreuzberg, salah satu konsentrasi penduduk pendatang dari Turki, sering terjadi provokasi terhadap pendatang yang sesekali berujung pada kekerasan fisik. Walter prihatin dan merasa perlu bertanggung jawab menjaga keselamatan warga pendatang

kliping

ELSAM

yang dia kenal.

Terlepas dari nasihat itu, saya berpikir ada baiknya menurut demi keselamatan diri sendiri. Terlebih saat memasuki kamp konsentrasi Nazi Brandenburgische Gedenkstatten, suasana mencekam masa lalu masih terasa. Padahal, pelanggaran HAM berupa pembantaian yang dialami oleh lebih dari 50.000 warga sipil dalam kamp itu sudah puluhan tahun silam terjadi. Secara keseluruhan, korban tewas semasa kekuasaan Nazi lebih dari 7 juta jiwa. Korban tersebar di sejumlah kamp serupa di penjuru Eropa.

Kamp seluas 5 hektar ini telah menjadi arena kunjungan wisata. Sepuluh barak dijadikan arena museum, masih lengkap dengan perlengkapan rekonstruksi. Pada salah satu barak penyiksaan korban yang ditempatkan di sisi sayap museum, ratusan tempat tidur berderetan dalam satu ruangan besar. Lalu, ada ruangan lain yang menjadi tempat mandi dan buang air secara massal. Bisa dibayangkan, setiap hari sekitar 400 tahanan Nazi memenuhi ruang berukuran hanya sekitar 6 meter x 8 meter. Mereka memiliki kesempatan mandi dan buang air hanya dalam waktu 30 menit.

Dalam ruangan itu terdapat delapan toilet duduk yang berimpitan sehingga tahanan terpaksa membuang air berbarengan dengan yang lain. Di ruangan lain terdapat empat bak mandi air dingin dan ruangan terbuka hanya bersekat rendah untuk membersihkan badan, tentunya juga digunakan secara massal. Fasilitas ini sebenarnya bisa disebut bagian dari penyiksaan bagi korban Nazi.

Barak lain berlorong panjang dengan sel berukuran 2 meter x 3 meter adalah tempat bagi tentara yang menjadi tahanan. Sel ini hanya berisi sebuah dipan kecil usang untuk tempat beristirahat dan sebuah jendela.

Suasana horor masa lalu juga kami rasakan saat menyusuri jalan sekitar kompleks kamp. Ada gambar dan rekonstruksi para korban yang ditembak, digantung di tiang kayu, dibiarkan kelaparan hingga mati dalam kondisi tubuh yang teramat kurus. Sebagian korban yang tewas dibiarkan terbaring di jalanan.

Seorang tahanan asal Rusia yang mampu bertahan dan akhirnya bebas dari kamp, Mark Tilevitch, memberikan sebuah testimoni dalam surat yang menyebutkan besarnya tekanan menyaksikan temannya ditembak dan dibiarkan membusuk, tahun 1945. Peristiwa itu

menciptakan teror bagi tahanan lain. ”Even in our worst nightmares we could not have imagined the horror that awaited us.... We heard shots.... We realised that anyone who couldn’t go on any further was being shot, right there on the spot.... Imagine, they didn’t pick up the bodies.... It was a horrific march”.

Situs The Atlantic pada edisi November 2011 menyebutkan, gerakan Neonazi tumbuh dan kian mengkhawatirkan pemerintah setempat. Gerakan ini muncul akibat kekhawatiran semakin banyaknya imigran baru masuk Jerman serta krisis ekonomi Eropa yang membebani keuangan

kliping

ELSAM

negara ini.

Akankah gerakan itu diamini masyarakat Jerman seutuhnya? Walter mengatakan peristiwa kelam itu adalah kesalahan masa lalu. ”Kami takkan pernah melupakannya sebagai bagian dari sejarah negeri ini, tetapi juga tidak akan pernah memaafkannya. Jangan sampai gerakan serupa terulang kembali,” tuturnya. Namun, tak semua orang di Jerman berpikir seperti Walter. Seperti di negeri ini, ada juga yang merindukan kembalinya kekuasaan represif masa lalu.

kliping

ELSAM

http://www.antarasumbar.com/?sumbar=berita&d=0&id=255405

Jumat. 9 Nop 2012.

Mafud: Substansi Tap MPRS Nomor XXXIII Selesai.

Jakarta Antara. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakna, saat ini tidak ada lagi lembaga negara yang dapat mencabut TP MPR, namun di amengingatkan Tap MPRS No. XXXIII/MPR/1967 tidak perlu diperdebatkan lagi sebab substanisnya sudah selesai. “Dari sudut ketatanegaran tidak ada lagi lembaga yang dapat mencabut Tp MPR itu, karena MPR saat ini sejajar dengan DPR, MA, MK, dan Presiden, sehingga MPR tidak boleh lagi mencabut Tap MPR itu. Namun Substansi Tap MPRS No. XXXIIII/MPR/1967 dianggap sudah selesai,”kata Mhfud id Jakarta, Kamis.

Pernyatan Mahfud menyikapi langkah penganugrahaan Gelar Pahlawan Nasional untuk Bung Karno yang menimbulkan perdebatan perihal status ketetapan MPRS/No XXXIII/MPR/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negars dari Presiden Soekarno.

Perdebatan muncul sebab tidak sedikit pihak yang mengingnikan pencabutan Tap MPR tersebut seiirng penganugerahan gelar pahlawan terhadp Bung Karno. SEbab Tap tersebut dinilai masih menimbulkan stigma negative pada sosok bapak proklamator bangsa tersebut.

Pada pasal 3 Tap MPRS tersewbu,t secara tegas melarang Soekarno untuk melakukan aktivitas politik apa pun sampai dengan pealknsaan Pemilu selanjutnya. Soekarno juga dituduh membuat kebijakan yang dianggap berpihak pada tokoh-tokoh PKI, yang tertuang dalam bab

pertimkbangan Tap MPRS tersebut.

Mahfud menegaskan, substansi TP MPRS/XXXIII/MPR/1967 sudah dianggap selesai oleh subsstnaaswi Tap MPR Nomor 1 tahun 2003, dimana disebutkan bahwa beberapa Tap ada yang dianggap tidak berlaku lagi.

“Sayha kira ini penghargaan yhang wajar bagi Bung Karno. Kita harus berpikir positif terus, jangan slealu mencjurigai orang. Karena kurang dewasa apapbila seitpa ada perbuatna baik dicurigai sebagai scenario politik,” ujar Mahfud.

Sementara itu wakil Ketua MPR RI Hajrianto Y. Thoha ri mengatkana, Tap MPRS No.

XXXIII/MPR/1967 masuk dalma kategori yang tidak perlu dilakukan tindakan hukm lebih lanjut karena bersifat enitmalig (final), telah dicabut atau telah selesai dilaksanakna, sehingga tidak perlu dilakukan pencabutan.

kliping

ELSAM

“Sehingga MPR tidak perlu membuat Tap MPR baru untuk emncabut Ketetapan MPR/MPRS yang sudah tidak berlaku lagi tersebut,” kata Hajriyanto melalui keterangna tertulis yang diteriam di Jakarta, Kamis.

Hajrianto ,menjelaskan , dalam Tap MPR No. 1/MPR/2003 terdapat materi yagn status hukum 139 ketetapan MPR/MPRS, yang dikategorikan menjadi 6 kelompok antara lain, (1) ada 8 Tap yangdicabut dan dinyatkaan tidak berlaku lagi; (2) ada 3 Tap yang tetap berlakuj dengan ketentuan; (3) ada 8 Tap yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya pemerintahan hasil Pemilu 2004; (4) ada 11 Tap yang tetap beralku sampai dengan terbentuknya Undang-Undang; (5) ada 5 Tpa yang masih berlaku sampai ditetpakannya Peraturan Tata TErtib MPR baru hasil Pemilu 2004; dan (6) ada 104 Tap yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat enimalgi (final), telath dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan.

“Jadi jelas skeali bahwa Tap No.1/MPR/2003 itu Tap yang bersifat “Sunset Clausae”. Artinya Ketetapna yang keberalkuannya mengikuti perkembangan waktu. Maka seiring dengna

perkembangan waktu otomatis tejradi perubahan Kategori status hukum dari ketetapan Ketetapan MPR/PRS yang semuanya berjumla h139 itu,” ujar Hajrianto.

Menurjut dia, di tahun 2012 ini, atau Sembilan tahun setelah tahun 2003 ketika TP MPR No. I/2003 itu dibuat, cara membaca Ketetpan-Ketetpan MPR tersebut harus berbda dengan cara memmbacanya di tahun 2003. Sebab, sudah terjadi perubahan waktu dan konteks.

“Dalam konteks ini tidak salah jika kita mengatkana bahwa Ketetapan-Ketetapan MPR itu sudah tinggal ada tida kategori saja, yaitu Ketetpan-Ketetpaan MPR yang masih tetap berlaku sampai kapanpun yang jumlahnya ada tiga. Ketetapan-Ketetapan MPR/MPRS yang belaku sampai terbentuknya undang-undnag yang mengatur materi ketetpan MPR/MPRS tersebut yang berjumlah 11 Tap, dan ketiga Ketetapan-Ketetapn MPR/MPRS yan sudah tidak berlaku lagi,”kata dia.

Dia menegakan Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 termaduk dlama kategori keiga, yang mana sudah tidak berlaku lagi. Maka MPR menurut dia, tidak perlu membuat Tap MPR baru untuk mencabut Ketetapan MPR/MPRS yagn memagn sudah tidak berlaku lagi.

“Tap MPRS/ NO. XXXIIII/MPR/1967 itu sudah masu kdalam kateogri Tap MPR/MPRS yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut karena bersifat enimalig (final) telah dicabut atau telah selesai dilaksanakna,” ujarnya. (*/SUN).

kliping

ELSAM

http://www.merdeka.com/peristiwa/soekarno-dinyatakan-bersih-tak-terlibat-g3os.html

Soekarno dinyatakan bersih tak terlibat

Dalam dokumen 2012 Kumpulan Kliping KKR (Halaman 161-168)