BEKASI (voa-islam.com) - Pakar anti-komunis, ustadz Alfian Tanjung selaku pembicara dalam Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) di halam Radio Dakta, Jl. K.H.Agus Salim No.77 Bekasi, mempertanyakan hilangnya peringatan G 30 S/PKI yang dahulu setiap tahun diperingati untuk mengingatkan masyarakat tentang bahaya laten komunis.
Ia mengungkapkan, hal ini merupakan pertanda bahwa ideologi komunisme saat ini sudah bangkit. Mereka terus melakukan konsilidasi memperkuat dukungan massa.
“PKI bukan lagi ancaman, dia ini kenyataan, dia sudah bangkit. Mereka merasa ketika orang lain tidak mempersoalkan maka keberadaan mereka adalah hal yang lumrah. Mereka akan terus mengkonsolidasikan diri, akan memperkuat dukungan massa sebagai basis dukungan mereka,” kata ustadz Alfian Tanjung usai diskusi FKSK, pada Ahad (30/9/2012).
...Pola penyusupan mereka adalah dengan menggunakan strategi komunis putih, mereka banyak menggunakan kampus-kampus Islam...
Kebangkitan ini, menurut ustadz Alfian dimulai dari gerakan mahasiswa yang mulai muncul sejak tahun 1993 dan telah menyusup ke dalam kampus-kampus Islam.
“Gerakan mereka sudah mulai muncul sejak tahun 1993. Sejak terjadi pembekuan dewan mahasiswa tahun 1978 lalu sejak adanya peristiwa Malari gerakan mahasiswa secara arus utama terbagi dua. Kelompok kiri yang mereka mengarah kepada gerakan reinkarnasi sebuah gerakan mahasiswa komunis tahun 1960-an. Pola penyusupan mereka adalah dengan menggunakan strategi komunis putih, mereka banyak menggunakan kampus-kampus Islam untuk melahirkan orang-orang yang menjadikan agama untuk memberikan regulasi revolusi di kalangan kaum muslim kampus.” Papar Ketua Umum Taruna Muslim ini.
kliping
ELSAM
Lebih jauh lagi, ustadz Alfian menyatakan adanya temuan di mana mahasiswa menjadi dual member yakni ia bergabung dalam organisasi mahasiswa Islam sekaligus komunis.
“Kalau gerakan mahasiswa jelas mereka tidak ada yang ngaku, tetapi beberapa temuan misalnya teman-teman PMII, mereka merasa lebih familiar dual member; dia menjadi anggota PRD sekaligus jadi anggota PMII dan dia merasa itu wajar-wajar saja sebagai sebuah bentuk kombinasi gerakan militan mahasiswa Islam yang mereka sudah lama digarap oleh CGMI,” tutur dosen UHAMKA ini.
...Hal ini karena NU sebenaranya adalah musuh besar dari gerakan PKI maka mereka menerapkan KKM (Kerja di Kalangan Musuh) untuk menjinakkan
Ia menambahkan, strategi penyusupan ke dalam tubuh Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII) yang notabene adalah underbow NU, memang sengaja diterapkan para aktivis gerakan komunis untuk menjinakkan ormas Islam.
“Hal ini karena NU sebenaranya adalah musuh besar dari gerakan PKI maka mereka menerapkan KKM (Kerja di Kalangan Musuh) untuk menjinakkan,” imbuhnya.
Untuk itu ia menekankan agar umat Islam khususnya di kalangan mahasiswa untuk mewaspadai penyusupan para aktivis yang membawa ideologi komunis ke dalam tubuh gerakan mahasiswa Islam. [Ahmed Widad]
“Jadi kalau di kalangan kepolisian maupun tentara sulit menyebut nama, tetapi gejalanya ada, contohnya di kalangan tentara tidak ada lagi pembahasan tentang bahaya komunis, termasuk di dalam pendidikan mereka di akademi militer, tidak ada pembahasan seperti itu,” tutupnya. [Ahmed Widad]
kliping
ELSAM
http://eramuslim.com/berita-front-antikomunis-berunjuk-rasa-di-istana--.htmlNasional
Front Anti-Komunis Berunjuk Rasa di Istana
Editor | Senin, 01 Oktober 2012 - 15:59:22 WIB | dibaca: 358 pembacaShare on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services0
Foto: Merdeka.com
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Sekitar 100 aktivis anti-komunis berdemonstrasi di depan Istana Merdeka, Jakarta. Demonstrasi tepatnya berlangsung di pelataran Monas, yang menghadap Jalan Medan Merdeka Utara.
Mayoritas peserta demo mengenai pakaian putih. Mereka mengusung berbagai spanduk yang menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengurungkan niat untuk meminta maaf atas tragedi G30S/PKI kepada unsur mana pun.
Koordinator Presidium Anti-Komunis, Muzaki, mengatakan, minta maaf tak perlu dimohonkan SBY karena tragedi G30S/PKI adalah reaksi balik atas kebiadaban PKI pada 1948-1965. Desakan sekelompok orang yang mengaku korban 1965 adalah pengkhianatan dan
pemutarbalikan fakta sejarah. "Yang pada gilirannya akan mengembalikan PKI dengan semua perangkat politiknya ke sejarah Indonesia," katanya, Senin, 1 Oktober 2012.
Muzaki menerangkan, massa yang berdemo hari ini merupakan orang-orang yang konsisten menolak komunisme kembali ke Indonesia. Sebagian besar mereka berasal dari Banten, dan sebagian lagi berasal dari Jakarta. "Ada dari Gerakan Pemuda Ansor, ada dari Pemuda Pancasila, KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar Pemuda Indonesia), dan masih banyak lagi," kata dia.
Tak hanya itu melalui berbagai aksi teatrikal dan spanduk sejak pukul 10.30, mereka juga menuntut tiga hal lain. Yaitu, meminta Presiden Yudhoyono dan DPR tetap mempertahankan TAP MPRS XXV/1966 tentang pembubaran Partai Komunis Indonesia dan pernyataan sebagai organisasi terlarang; menolak segala bentuk rekonsiliasi apa pun terkait aktivitas PKI dengan segala bentuknya; meminta masyarakat meningkatkan kesiagaannya terhadap gerakan atau aktivitas terselubung aktivis PKI generasi baru.
"Hati-hati PKI bangkit kembali. Saat ini mereka tertawa, banyak yang duduk di DPR, kabinet, bahkan ada di staf Khusus Presiden bidang penanggulangan bencana alam," kata Alfian
kliping
ELSAM
Tandjung, salah satu aktivis, saat berorasi. Bahkan, Alfian menyebutkan, salah satu bentuk kebangkitan PKI adalah berita yang dimuat Koran Tempo. "Koran Tempo hari ini menyatakan PKI itu merasa dizalimi."
Gejala lainnya, yaitu ratusan kebakaran menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. "Pasti ada operasi kontra intelijen. Sekolah Ade Irma Suryani, salah satu putri jenderal yang menjadi korban, juga turut terbakar," kata dia. Alfian mengatakan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Majelis Ulama Indonesia harus membersihkan dirinya dari upaya memaksa Presiden meminta maaf.(fq/tempo)