• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Hasil

EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

7.4 Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil diarahkan pada perubahan yang terjadi pada masukan mentah seperti pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dampak program (misalnya, perubahan perilaku individu setelah dikenai sebuah program).

Hasil atau output yang diharapkan dari Program Komposting Rumah Tangga adalah perubahan perilaku peserta program meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam mengelola sampah domestik. Perubahan perilaku dipengaruhi oleh tingkat partisipasi peserta program. Tingkat pengetahuan seluruh responden dalam program adalah tinggi, begitu pula dengan sikap seluruh responden adalah positif, sehingga tidak ada korelasi antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tingkat partisipasi peserta program. Lain halnya dengan tindakan memiliki hubungan yang nyata atau positif dengan tingkat partisipasi, artinya tingkat partisipasi peserta program mempengaruhi tindakan responden. Jadi, tingkat partisipasi peserta program mempengaruhi perubahan perilaku baik aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam mengelola sampah domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan, artinya output dalam program tercapai.

7.5Ikhtisar

Evaluasi Program Komposting Rumah Tangga menggunakan model evaluasi CIPP, yaitu evaluasi konteks (tujuan, aksi kolektif, kesepakatan kolektif), evaluasi input (stakeholders dan tingkat partisipasi rumah tangga), evaluasi proses (tahapan program), dan evaluasi hasil (perubahan perilaku rumah tangga dalam mengelola sampah domestik). Tabel 33 menunjukkan model evaluasi program CIPP secara umum.

Tabel 33. Model Evaluasi CIPP Program Komposting Rumah Tangga di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

No. Fokus Evaluasi Komponen Evaluasi

1. Konteks

- Tujuan program - Aksi kolektif - Kesepakatan kolektif

2. Input - Stakeholders

- Tingkat partisipasi rumah tangga

3. Proses Tahapan program

Secara umum, tujuan program relevan dengan implemantasi di lapangan, artinya tujuan Program Kompsoting Rumah Tangga tercapai dengan baik. Namun, pada aksi dan kesepakatan kolektif terdapat hasil yang tidak dapat tercapai dengan baik. Hasil aksi kolektif yang ketiga mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori sebagai komposter tidak relevan dengan hasil yang dicapai. Sama halnya dengan kesepakatan kolektif yang kedua mengenai pemanfaatan kompos secara individu oleh rumah tangga. Artinya, ada aksi dan kesepakatan kolektif yang hasilnya tidak tercapai karena tidak relevan dengan kerangka acuan yangtelah ditetapkan. Stakeholders yang terlibat dalam Program Komposting Rumah Tangga belum melaksanakan fungsinya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan fungsi masing- masing stakeholders tidak relevan dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan. Tahapan Program Komposting Rumah Tangga pada dasarnya berjalan sesuai dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan, akan tetapi ada tahapan yang tidak tercapai, yakni monitoring dan evaluasi yang seharusnya dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku penggagas program mengingat program pengelolaan sampah rumah tangga ini bersifat top down. Artinya hasil monitoring dan evaluasi program tidak relevan dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan, sehingga tahapan program tidak dilaksanakan secara utuh. Tingkat partisipasi peserta program pada setiap tahapan partisipasi cenderung tinggi, kecuali pada tahapan perencanaan. Output Program Komposting Rumah Tangga tercapai. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku peserta progam (aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam mengelola sampah domestik.

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga berhubungan dengan faktor internal (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, lama kerja, lama tinggal, status tempat tinggal) dan faktor eksternal (luas halaman, keadaan lingkungan rumah, frekuensi hadir bimbingan serta penyuluhan). Tingkat pendidikan dan lama tinggal berkorelasi positif (nyata) dengan tingkat partisipasi peserta program, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin lama tinggal di suatu wilayah, maka tingkat partisipasi peserta program semakin tinggi, hal ini berlak untuk seluruh populasi. Usia, tingkat pendapatan, dan lama kerja berkorelasi negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tua usia, semakin tinggi tingkat pendapatan, dan semakin lama waktu kerja, maka tingkat partisipasi peserta program semakin rendah, namun hal ini tidak dapat diberlakukan bagi seluruh populasi karena hubungannya tidak nyata. Jenis pekerjaan dan status tempat tinggal tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi rumah tangga dalam program. Luas halaman dan frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan berkorelasi positif (nyata), artinya semakin luas halaman dan semakin bersih lingkungan rumah, maka tingkat partisipasi peserta program juga semakin tinggi, hal ini berlaku bagi seluruh populasi karena hubungannya nyata. Keadaan lingkungan rumah seluruh responden adalah bersih artinya keadaan lingkungan rumah tidak berkorelasi dengan tingkat partisipasi rumah tangga dalam program.

Tingkat partisipasi peserta program dalam tahapan pelaksanaan dan menikmati hasil program ini adalah tinggi, hal ini ditunjukkan dengan tingginya partisipasi peserta dalam pelaksanaan program dan besarnya manfaat yang dirasakan oleh peserta program dengan adanya Program Komposting Rumah Tangga. Namun, peserta program tidak berpartisipasi dalam tahapan perencanaan program, karena program bersifat top down dan tidak partisipatif, artinya penyusunan dan perencanaan program dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok tanpa melibatkan warga sebagai sasaran program.

Tingkat partisipasi juga berhubungan dengan perubahan perilaku peserta program dalam pengelolaan sampah domestik. Peserta program menunjukkan perubahan perilaku dalam aras pengetahuan, sikap maupun tindakan dalam merespon keberadaan program. Artinya, perubahan pengetahuan menjadi lebih tinggi, perubahan sikap dan tindakan menjadi positif merupakan akibat tingginya tingkat partisipasi peserta dalam melaksanakan Program Komposting Rumah Tangga di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah, RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

Program Komposting Rumah Tangga berjalan cukup baik, namun implementasi program belum sampai pada tahapan monitoring dan evaluasi program, oleh karena itu peneliti mengevaluasi program menggunakan model CIPP yang mengevaluasi konteks, input, proses, dan hasil dari Program Komposting Rumah Tangga. Tujuan program (evaluasi konteks), tingkat partisipasi rumah tangga (evaluasi input), perubahan perilaku peserta program (evaluasi hasil) tercapai dengan baik karena sesuai dengan kerangka acuan program. Namun hasil yang dicapai aksi dan kesepakatan kolektif (evaluasi konteks), peran stakeholders (evaluasi input), serta tahapan program (evaluasi proses) masih ada yang tidak relevan dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan. Program Komposting Rumah Tangga pada dasarnya cukup berhasil diterapkan di RW 14 karena indikator keberhasilan program terwujud dengan baik yaitu tingginya tingkat partisipasi peserta program dalam pelaksanaan dan menikmati hasil program dan adanya perubahan perilaku setelah pelaksanaan program. Artinya, Program Komposting Rumah Tangga dapat diduplikasikan pada kelurahan lain di Kota Depok dengan memperbaiki proses pelaksanaan di lapang dan memperbaiki kinerja para pemangku kepentingan yang terlibat dalam Program Komposting Rumah Tangga.

8.2 Saran

Adanya ketidaksesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan realisasi di lapangan sebaiknya diminimalisir. Hal ini terjadi akibat keinginan Pemerintah Kota Depok dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah rumah

tangga. Oleh karena itu, sebaiknya program pembangunan khususnya program pengelolaan sampah rumah tangga disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat bukan hanya berdasarkan keinginan atau kepentingan pemerintah semata dan dalam perencanaan program melibatkan masyarakat.

Warga RW 14 mengharapkan Pemerintah Kota Depok, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku penanggungjawab program sebaiknya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga. Hal ini bertujuan agar dapat dirumuskan ketidaksesuaian yang terjadi untuk dicarikan solusinya guna perbaikan program mengingat program ini akan diduplikasikan pada kelurahan lain. DKP sebaiknya lebih memberikan perhatian terhadap pelaksanaan program. Kegiatan penyuluhan dalam jangka waktu tertentu merupakan rekomendasi utama sehingga warga tidak jenuh dan kembali bersemangat serta termotivasi untuk melaksanakan program secara berkelanjutan. Pokja RW Hijau, kader lingkungan, dan warga sebaiknya menjaga keberlanjutan program dengan tetap berpartisipasi dalam program sesuai dengan fungsinya masing-masing tanpa harus bergantung dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, artinya masing-masing stakeholders sebaiknya memaksimalkan peran dan fungsinya guna terwujudnya keberlanjutan Program Komposting Rumah Tangga.