• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Menikmati Hasil

TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM

6.2 Tahapan Partisipas

6.2.3 Tahap Menikmati Hasil

Tingkat partisipasi peserta program dalam perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan progam dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program dengan melihat warga RW 14 sebagai subjek atau sasaran program pembangunan. Semakin besar manfaat yang dirasakan dari proyek, maka proyek tersebut berhasil mengenai sasaran atau tepat sasaran. Tabel 19 menunjukkan bahwa 69 responden (89,6 persen) menyatakan bahwa Program Komposting Rumah Tangga ini membawa manfaat, sedangkan delapan responden (10,4 persen) menyatakan bahwa program ini tidak bermanfaat.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden tentang Manfaat Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Kategori Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Program bermanfaat 69 89,6

Program tidak bermanfaat 8 10,4

Total 77 100

Responden yang menyatakan bahwa program ini bermanfaat merasakan manfaat yang berbeda-beda dari program ini. Berdasarkan hasil wawancara, manfaat yang dirasakan oleh responden dapat dikategorikan menjadi empat. Pertama, lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi lebih bersih, asri, dan nyaman. Hal ini merupakan manfaat yang secara umum dirasakan oleh masyarakat, karena apabila masing-masing peserta program melakukan pengelolaan sampah mulai tingkat rumah tangga dengan melaksanakan Program Komposting Rumah Tangga, maka sampah atau buangan yang dihasilkan juga dapat diminimalisir, sehingga otomatis lingkungan menjadi bersih, asri, dan nyaman. Kedua, berkurangnya jumlah sampah yang dibuang karena sampah telah dikelola terlebih dahulu di tingkat rumah tangga, sehingga sampah yang dibuang adalah sampah sisa yang sudah tidak dapat diolah kembali. Ketiga, program ini memperkaya ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan metode Takakura, Biopori atau daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan karena pengetahuan akan hal tersebut baru bagi para responden, sehingga program ini bermanfaat menambah pengetahuan. Semakin meningkatnya pengetahuan responden, maka harapannya dapat diikuti dengan perubahan sikap dan perilaku rumah tangga dalam mengelola sampah domestik. Keempat, program ini juga bermanfaat mengurangi biaya pembelian pupuk, karena pupuk dapat diperoleh tanpa perlu mengeluarkan biaya dari hasil pengomposan sampah organik baik dengan Keranjang Takakura maupun lubang resapan Biopori.

Setiap metode pengolahan sampah rumah tangga yang terdapat dalam Program Komposting Rumah Tangga memiliki manfaat masing-masing. Berikut diuraikan mengenai manfaat yang dirasakan responden terhadap metode pengolahan sampah dengan cara pemilahan sampah organik dan anorganik,

pengomposan dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori, serta daur ulang sampah anorganik:

1) Pemilahan sampah organik dan anorganik

Warga dapat mengolah sampah dibedakan sesuai jenis sampahnya, selain itu warga dapat membedakan mana yang termasuk bahan sampah organik dan anorganik. Berikut pernyataan salah satu responden mengenai manfaat pemilahan sampah, Ibu LD:

“ Sebelum ada program ini saya kalau buang sampah langsung dibuang begitu saja ke tempat sampah depan rumah, nggak pernah dipilah terlebih dahulu. Tapi setelah adanya program ini saya jadi tahu bahwa sampah itu harus dipilah terlebih dahulu sebelum diolah atau dibuang ke tempat sampah. Saya bisa membedakan mana sampah organik dan mana yang anorganik, jadi sekarang kalau mau buang sampah dipilah dulu mbak.”

Merujuk pada pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa kegiatan pemilahan sampah memiliki manfaat yang besar dalam hal mengubah pengetahuan responden mengenai pemilahan sampah.

2) Keranjang Takakura

Metode ini dicetuskan oleh peneliti asal Jepang, yakni Koji Takakura dengan memanfaatkan sampah berbahan dasar organik seperti dedaunan untuk diolah bersama tanah dan kompos jadi sebagai starter-nya menjadi kompos dengan menggunakan media keranjang tertutup (Lampiran 11). Pengolahannya terkesan rumit tetapi metode ini cukup sederhana dilakukan guna meminimalisir sampah rumah tangga terutama sampah dapur. Berikut pernyataan Ibu AT mengenai manfaat yang dirasakan dari pengomposan menggunakan Keranjang Takakura:

“Kalau habis masak biasanya kan banyak sisa sayur yang dedaunan, daripada dibuang kan sayang, lebih baik dibikin kompos. Sayurnya dipotong kecil-kecil dulu baru dimasukin ke keranjang trus diaduk deh biar kompos sama tanahnya nyampur. Biasanya sih kalo bagus sebulan sudah jadi kompos. Lumayan lho, kompos jadinya dipakai sendiri untuk pupuk tanaman hias jadi tidak perlu beli.”

Berdasarkan pernyataan diatas, keranjang Takakura juga bermanfaat untuk mengubah sampah organik menjadi kompos siap pakai, sehingga warga tidak perlu lagi membeli kompos karena dapat membuatnya sendiri dengan Takakura.

3) Lubang resapan Biopori

Salah satu manfaat yang dirasakan responden dengan lubang resapan Biopori yakni lubang resapan Biopori dapat dimanfaatkan sebagai daerah resapan air maupun komposter khususnya sampah organik. Berikut pernyataan Bapak MN mengenai lubang resapan Biopori:

“ Lubang Biopori itu tidak hanya untuk resapan air, sampah basi seperti tulang ikan atau ayam, pokoknya yang hewani dapat dimasukkan ke dalam lubang Biopori ini dan tidak berbau karena lubang ditutup dengan pot tanamn atau paving block. Sampah basi yang dibuang ke dalam lubang nantinya juga terurai sama tanah, daripada dibuang ke tong sampah bikin bau dan diacak-acak pemulung!”

Pernyataan Bapak MN ini juga didukung oleh pernyataan Bapak ID:

“Saya kalo buang sampah basi ya di lubang Biopori, tuh ada beberapa lubang yang tertutup paving block (sembari menunjukkan beberapa lubang Biopori) dan tidak berbau. Liat aja tuh tanah yang tertutup paving block jadi agak tidak rata karena dibor untuk Biopori (sembari menunjuk ke arah halaman rumah yang memang agak bergelombang). Saya juga memanfaatkan lubang Biopori untuk aliran buangan air AC, karena kebetulan lubangnya dekat dengan aliran pembuangan, jadi daripada meluber lebih baik dialirkan ke lubang resapan Biopori.”

Berdasarkan pernyataan Bapak MN dan ID dapat ditarik benang merah mengenai manfaat lubang resapan Biopori, yakni selain sebagai lubang resapan air, lubang Biopori juga dimanfaatkan sebagai media komposter untuk menampung sampah basi seperti tulang ikan atau daging (sampah organik yang berbahan dasar hewani) agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, dan dapat digunakan sebagai aliran buangan air AC dengan catatan lokasi lubang Biopori berdekatan dengan saluran pembuangan air AC.

Hasil pengolahan data dalam Tabel 20 menunjukkan bahwa menurut 88,3 persen responden, program masih berlanjut hingga saat ini, sedangkan 11,7 persen responden menyatakan bahwa program ini tidak berlanjut.

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden tentang Keberlanjutan Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Kategori Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Program berlanjut 68 88,3

Program tidak berlanjut 9 11,7

Total 77 100

Tabel 21 menunjukkan bahwa dari hanya 70,1 persen responden yang masih melaksanakan program hingga saat ini, sedangkan 29,9 persen responden tidak melanjutkan pelaksanaan program.

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden yang masih Melaksanakan Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Kategori Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Masih melaksanakan prorgam 54 70,1

Tidak melanjutkan pelaksanaan program 23 29,9

Total 77 100

Ketidakberlanjutan program ataupun ketidakberlanjutan responden dalam melaksanakan program dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Berdasarkan hasil wawancara, alasan ketidakberlanjutan program dikategorikan menjadi empat. Pertama, program menyita waktu karena responden sibuk bekerja, sehingga tidak ada waktu untuk melanjutkan pelaksanaan program. Kedua, program tidak dimonitor oleh penanggungjawab program, sehingga mereka malas melanjutkannya. Selama program berlangsung belum pernah ada pihak dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang datang untuk melakukan monitoring ataupun evaluasi terhadap program. Ketiga, responden merasa bosan dengan rangkaian kegiatan yang ada dalam program karena terlalu monoton, sehingga perlu dilakukan penyuluhan kembali mengenai program oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Selama ini warga hanya dituntut untuk melaksanakan program tanpa mendapatkan perhatian dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Keempat, program ini hanya proyek yang bersifat sementara karena hingga saat ini belum ada pihak dari pemerintah Kota Depok ataupun Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang meninjau pelaksanaan program, sehingga terbentuk opini bahwa program ini adalah kepentingan pemerintah kota dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan semata bukan warga yang menjadi sasaran program.

6.3 Hubungan antara Tingkat Rumah Tangga dengan Perubahan Perilaku