• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program Faktor internal yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM

6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program

6.1.1 Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program Faktor internal yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

jenis pekerjaan, lama kerja, lama tinggal, dan status tempat tinggal serta korelasi antara kedua jenis faktor tersebut terhadap tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga.

6.1.1.1 Usia

Usia merupakan satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan Teori Hurlock, yakni usia muda (kurang dari 30 tahun), usia dewasa (antara 30 sampai dengan 50 tahun), dan usia tua (lebih dari 50 tahun). Hasil pengolahan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi paling tinggi adalah 66,7 persen responden usia muda, sedangkan paling rendah adalah 75 persen responden usia tua.

Tabel 6. Persentase Responden Menurut Kategori Usia dan Tingkat Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Usia Muda 33,3 66,7 Dewasa 37,3 62,7 Tua 75 25

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,130 artinya antara usia dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin tua usia responden, maka tingkat partisipasinya semakin rendah. Hal berkaitan dengan tingkat pemahaman responden terhadap program, semakin tua usia responden, maka tingkat pemahaman terhadap program semakin berkurang, artinya, responden dengan usia tua sulit menerima dan memahami program dikarenakan faktor usia, sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Namun, semakin muda usia responden, maka tingkat pemahaman terhadap program menjadi semakin tinggi, artinya usia muda lebih mudah menerima dan memahami program dibandingkan dengan usia tua, sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung tinggi. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman

dalam Tabel 6 hanya berlaku bagi responden dan tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14).

6.1.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden. Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat pendidikan

dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Tingkat pendidikan kategori rendah adalah responden yang tidak sekolah, tamat SD, dan tamat SMP. Responden yang tergolong kategori berpendidikan tinggi adalah responden yang tamat SMA, Diploma (D1, D2, D3) dan Sarjana atau Pascasarjana. Tabel 7 menujukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 62,5 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi, sedangkan 60 persen responden tingkat pendidikan rendah, tingkat partisipasin cenderung rendah.

Tabel 7. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi di RW14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Tingkat Pendidikan Rendah 33,3 66,7 Tinggi 37,3 62,7

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,114 artinya antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Apabila semakin tinggi tingkat pendidikan responden , maka semakin luas pengetahuan sehingga memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, kemudian hal ini berpengaruh terhadap keterlibatannya dalam program pengelolaan sampah rumah tangga. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 7 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14).

6.1.1.3 Jenis Pekerjaan

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 76,5 persen responden yang termasuk dalam kategori lainnya, yaitu ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu luang untuk berpartisipasi dalam program, sedangkan 63,6 persen responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta memiliki tingkat partisipasi terendah dikarenakan waktu kerja mereka lebih lama (sibuk).

Tabel 8. Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Tingkat Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Jenis Pekerjaan Swasta 63,6 36,4

Ibu Rumah Tangga 23,5 76,5

Wiraswata 36,4 63,6

PNS 39,5 60,5

Hasil uji koreasi Chi-Square (Lampiran 7) didapatkan nilai x2 hitung lebih kecil daripada x2 tabel (0,053< 6,251), sehingga H0 diterima, jadi tidak hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara jenis pekerjaan dengan rendah atau tingginya tingkat partisipasi responden dalam program. Teori Angell (1967) seperti dikutip oleh Bakri (1992) menyatakan bahwa individu yang bekerja cenderung berpartisipasi dalam program, namun dalam penelitian ini tingkat partisipasi ibu rumah tangga (tidak bekerja) cenderung tinggi, daripada pegawai swasta, PNS, atau wiraswasta yang memilik pekerjaan tetap, sehingga tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi.

6.1.1.4 Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang dihasilkan per bulan atau pendapatan bersih dari hasil bersih yang diterima sesuai dengan mata pencaharian responden setiap bulan ditambah dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha lainnya. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah (pendapatan kurang dari Rp 1.078.000), sedang (pendapatan antara Rp 1.078.000 sampai dengan Rp 2.156.000), dan tinggi (pendapatan lebih dari Rp 2.156.000). Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 81,25 persen responden yang tidak memiliki pendapatan, dalam hal ini adalah ibu rumah tangga, sedangkan tingkat partisipasi terendah adalah 35 persen responden dengan tingkat pendapatan tinggi.

Tabel 9. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Tingkat Pendapatan Tidak ada 18,75 81,25 Rendah 38,9 61,1 Sedang 60 40 Tinggi 65 35

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,038, artinya antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin rendah tingkat pendapatan responden, maka semakin tinggi partisipasi responden dalam program. Angell (1967) seperti yang dikutip oleh Bakri (1992) menyatakan bahwa semakin tinggi penghasilan makin banyak partisipasi yang diberikan, sebab jika seseorang tak dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya cenderung untuk tidak berpartisipasi. Namun, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa semakin tidak berpenghasilan (tidak bekerja) maka kontribusi waktu lebih banyak, sehingga tingkat partisipasi lebih tinggi daripada responden yang memiliki pendapatan tinggi dengan kontribusi waktu lebih sedikit sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi

Speraman dalam Tabel 9 tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14).

6.1.1.5 Lama Kerja

Lama kerja dalam penelitian ini didefinisikan sebagai rata-rata total waktu bekeja responden dalam satuan jam per hari. Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 61,5 persen responden yang tidak bekerja yakni ibu rumah tangga, sedangkan responden yang paling rendah tingkat partisipasinya adalah 60,6 persen responden yang sibuk bekerja.

Tabel 10. Persentase Responden Menurut Lama Kerja dan Tingkat Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Lama kerja Tidak bekerja 38,5 61,5 Tidak sibuk 40 60 Sibuk 60,6 39,3

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,009, artinya antara lama kerja dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin rendah lama kerja responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden. Responden yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) memiliki curahan waktu luang lebih besar daripada responden waktu kerjanya lebih lama (kategori sibuk). Hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi responden terhadap program dimana responden yang memiliki curahan waktu luang lebih banyak dapat lebih sering berpartisipasi dalam program daripada responden yang curahan waktu luangnya sedikit. Hubungan antara lama kerja dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 10 tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14).

6.1.1.6 Lama Tinggal

Lama tinggal adalah satuan tahun lama tinggal responden di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah sejak perumahan tersebut dibangun yakni rentang waktu antara tahun 1998 hingga saat ini (tahun 2009). Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 63,8 persen responden yang sudah lama menetap di lokasi penelitian yakni enam sampai dengan 11 tahun, sedangkan tingkat partisipasi 43,3 persen responden yang baru menetap nol sampai dengan lima tahun adalah yang paling rendah.

Tabel 11. Persentase Responden Menurut Lama Tinggal dan Tingkat Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009

Variabel Kategori

Tingkat Partisipasi (%)

Rendah Tinggi

Lama Tinggal Baru 43,3 56,7

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,072 , artinya antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin lama responden tinggal di suatu wilayah, maka semakin besar pula rasa memiliki dan perasaan bahwa dirinya (responden) sebagai bagian dari lingkungan tempat tinggalnya serta kuatnya keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dimana ia tinggal sehingga tingkat partisipasi juga semakin tinggi. Hubungan antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 11 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14).

6.1.1.7 Status Tempat Tinggal

Status kepemilikan tempat tinggal didefinisikan sebagai status kepemilikan rumah yang ditinggali oleh responden. Tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 62,2 persen responden dengan status tempat tinggal rumah sendiri, sedangkan yang paling rendah tingkat partisipasinya adalah 100 persen responden yang status tempat tinggalnya menumpang. Artinya semakin tidak memiliki rumah sendiri, maka tingkat partisipasinya semakin rendah dan sebaliknya semakin memiliki rumah sendiri maka tingkat partisipasinya semakin tinggi. Namun, berdasarkan hasil uji koreasi Chi-Square didapatkan nilai x2 hitung lebih kecil daripada x2 tabel (0,053< 4,605) sehingga H0 diterima, jadi tidak hubungan antara status tempat tinggal dengan tingkat partisipasi responden. Tabel 12. Persentase Responden Menurut Status Tempat Tinggal dan Tingkat

Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Variabel Kategori Tingkat Partisipasi (%) Rendah Tinggi Status tempat tinggal Rumah Dinas 0 0 Rumah sendiri 37,8 62,2 Sewa/kontrak/kos 50 50 Menumpang 100 0

6.1.2 Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Peserta